Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN DUA LAUT DALAM AL-QUR’AN

Habib Joyo Negoro


IAIN Pontianak, Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Email :joyonegorohabib@gmail.com

ABSTRAK
Disebutkan di 32 ayat dalam Al-QUR’AN berkenaan tentang penciptaan laut,samudra,
pantai,dan muara dan berbagai hal yang..berhubungan dengan laut. Sungguh menakjubkan,
bahwa Al-Qur'an banyak berbicara..tentang laut..meskipun kitab suci ini diturunkan..di
daerah..gurun pasir, bahkan tidak ada satu riwayat pun yang menyebutkan sebuah ayat yang
diturunkan di tengah lautan...Pertemuan dua laut yang tidak saling menyatu adalah salah satu
keajaiban yang telah di jelaskan dalam Al-Qur’an bahkan jauh sebelum para peneliti tau
bahwa adanya lautan tersebut di muka bumi ini. Menariknya lautan tersebut baru ditemukan
pada masa ini dan kedua laut tersebut tidak dapat menyatu dan bercampur. Al-Qur’an telah
menjelaskannya pada Qs. Al- Furqon (25): 53 yaitu bahwa kedua laut tersebut merupakan 2
air yang berbeda, yang satu asin dan yang satu lagi tawar. Dalam penelitian ini akan lebih
terfokus pada bahasan tentang lautan dalam kitab Tafsir ‘Ilmi yaitu Kitab Tafsir Kemenag RI
yang merupakan kitab tafsir khusus tentang ayat-ayat sains.jurnal ini akan membahas tetang
pertemuan dua laut dalam AL-QUR’AN

PENDAHULUAN

Al-Qur‟an merupakan kalamullah yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad Saw
melalui perantara malaikat jibril secara berangsurangsur dan merupakan mukjizat terbesar
bagi Nabi Muhammad Saw. AlQur‟an banyak mengandung pokok ajaran sehingga segala
sesuatu yang terjadi di muka bumi ini menjadi teratur, sehingga Al-Qur‟an menjadi pedoman
bagi hidup manusia sebagai petunjuk di dunia dan akhirat. Kemurnian Al-Qur‟an sangat
terpelihara dan tidak bisa diragukan lagi, karena Allah swt telah memberikan jaminan atas
dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya serta upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
manusia. AlQur‟an memberikan dalil-dalil yang berisikan hikmah dan kekuasaan-Nya yang
membuktikan bahwa Allah swt maha bijaksana dan maha menciptakan segala sesuatu yang
tidak akan sia-sia. Al-Qur‟an memiliki kandungan makna yang lengkap untuk mengatur
segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia seperti masalah ibadah, aqidah, hukum,
jihad, bahkan juga membahas permasalahan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Maka dari itu, Al-Qur‟an disebut sebagai induk ilmu pengetahuan yang mana tidak ada
satupun perkara yang terlewatkan di dalamnya baik yang berhubungan dengan Allah swt,
sesama manusia, alam lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu agama, umum dan 2
sebagainya.2 Ilmu pengetahuan bukan hanya sekedar pengetahuan saja, namun merangkum
segala pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah disepakati dan dapat diuji secara
sistematik berdasarkan bidang ilmu tertentu.3 Hubungan Al-Qur'an dengan Ilmu pengetahuan
dimaksudkan untuk membuka dan mengatur alam semesta ini. Banyak ayatayat Al-Qur‟an
yang berisikan fakta ilmiah yang terjadi di muka bumi ini. Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan, fakta ilmiah yang terkandung dalam Al-Quran dapat dibuktikan kebenarannya,
bukan sebagai mitos atau fiksi ilmiah semata. Bagi seseorang yang telah mempelajari ilmu-
ilmu Al-Qur‟an tidak akan merasa ragu untuk menyatakan bahwa Al-Qur‟an mengandung
isyaratisyarat ilmiah, bahkan fakta ilmiah yang bersifat i‟jaz. Karena hal tersebut melampaui
batas-batas masa, umat bahkan Nabi Muhammad sebagai orang terpilih yang menerima Al-
Qur‟an. Seperti Firman Allah swt di dalam AlQur‟an: 4

َ‫َاب ْال ُمب ِْطلُوْ ن‬


َ ‫ك اِ ًذا اَّل رْ ت‬ ُّ ‫ب َّواَل تَ ُخ‬
Oَ ِ‫طهٗ بِيَ ِم ْين‬ ٍ ‫َو َما ُك ْنتَ تَ ْتلُوْ ا ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِم ْن ِك ٰت‬

48. Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab sebelum (Al-Qur'an) dan
engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah
membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.

2 Siti Lailiyah, “Korelasi Al Qur‟an Dengan Ilmu Pengetahuan” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisikan FITK
UNSIQ 1, no. 1 (2018): 121-125. 3 Eva Iryani, “Al-Qur‟an Dan Ilmu Pengetahuan,” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi 17, no. 3 (2017): 66-83. 4 Yusuf Qardhawi, Al-Qur‟an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Gema
Insani Press, 1998).

PEMBAHASAN

Secara bahasa dua lautan diterjemahkan dari bahasa arab yang diambil dari kutipan surah Ar-Rahman
ayat 19 yaitu al-bahraini bentuk mutsanna dari “bahr” yang artinya laut. Sedangkan secara istilah,
Bahraini sendiri dimaksud dengan dua lautan yang memiliki jenis air yang berbeda yaitu air tawar dan
air asin dan terdapat dinding pemisah sehingga tidak bisa saling menyatu diantara keduanya. Dalam
Al-Qur‟an laut disebut dengan kata al-bahr, disebutkan 41 kali termasuk kata bahrain, bahraini, dan
dalam bentuk tunggal sebanyak 33 kali sedangkan dalam bentuk tathniyah sebanyak 5 kali yaitu
dalam

Qs. Ar-rahman ayat 19, Al-Furqon ayat 53, Al-fatir ayat 12, Al-Kahfi ayat 60, An-Naml ayat 61.12
Bentuk tathniyah digunakan karena mengandung arti dua lautan yang memilik karakter yanng berbeda
dari rasa maupun kandungannya dan tidak menyatu meskipun dalam satu tempat. Adanya beberapa
pendapat mengenai arti dari dua laut (bahraini), pendapat pertama ada yang mengatakan sebagai air
laut dan sungai yang bersifat asin dan tawar. Sedangkan pendapat kedua yaitu keduanya berupa lautan
yang dibedakan dengan karakteristik dari masing masing laut atau dari kadar garam yang berbeda.

Bagaimana bisa kedua lautan saling bertemu dan bercampur sedang di sisi lain terdapat penghalang
atau sekat di antara kedua lautan yang bercampur tersebut ?

MENURUT PARA AHLI

Fenomena ilmiah yang telah di sebutkan dalam al-Qur’an juga telah di konfirmasi oleh seorang
ilmuwan laut dan juga seorang professor ilmu geologi di Universitas Corolado, AS, bernama Dr.
William Hay. Fenomena atau kejadian yang menakjubkan tentang pembatas antara dua lautan seperti
yang disebut dalam alQur’an dapat ditemukan di daerah Selat Gibraltar yaitu pertemuan antara Laut
Mediterania dan Laut Atlantik. Seorang ahli Osenografi bernama Francis, J. Cousteau pernah
menyampaikan sebuah isi tentang laporannya sebagai hasil dari pengkajiannya terhadap batas atau
penghalang air. Berikut adalah penyataannya,

Kami mempelajari pernyataan peneliti tertentu tentang penghalang yang memisahkan lautan, dan
mengamati bahwa laut Mediterania memiliki salinitas dan kepadatan yang berbeda dan merupakan
rumah bagi flora dan fauna yang unik di tempat itu. Kemudian kami meneliti air di Samudra Atlantik
dan menemukan alam yang sama sekali berbeda dengan Laut Mediterania. Awalnya kami mengira
dua laut yang bertemu di selat Gibraltar pasti memiliki sifat yang sama dalam salinitas, densitas, dan
sifat lainnya. Namun, kedua laut tersebut menunjukkan sifat yang berbeda meski berdampingan. Ini
sangat mengejutkan. Kerudung ajaib mencegah keduanya bercampur.”

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, para ilmuwan oseanologi kini dapat menjelaskan
sekat atau penghalang yang berada di antara kedua lautan tersebut membagi keduanya karena
masing-masing lautan memiliki suhu, salinitas dan kerapatan yang berbeda. Di sisi lain
keduanya juga bercampur. Ketika air dari laut yang satu memasuki air laut yang lainnya, air itu akan
kehilangan ciri khas dan karakteristiknya. Air tersebut akan menjadi homogeny dengan air lain yang
dimasukinya. Dengan demikian diketahui bahwa sekat atau pembatas berfungsi sebagai tempat
peralihan dan keseragaman antara kedua jenis perairan tersebut. Hal menarik dari adanya fenomena
diatas yaitu bertambahnya bukti kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang belum memercayainya.
Al-Qur'an telah mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan pada saat manusia tidak memiliki
pengetahuan tentang fisika, tegangan permukaan atau ilmu kelautan.

ANALISI DATA

Batas kedua laut ini dapat diartikan sebagai 'batas vertikal', atau sebagai 'batas horizontal'. Pengertian
batas dua laut, sebenarnya bisa juga dibentangkan secara horizontal. Batas antara lautan bagian atas
dan lautan bagian bawah. Batas ini dapat diartikan dengan membatasi lautan bagian atas yang hangat
(permukaan atas) dan lautan bagian bawah yang bersuhu dingin atau lebih rendah (permukaan
bawah). Atau sebaliknya laut bagian atas yang kadar garamnya lebih rendah dan laut bagian bawah
yang kadar garamnya lebih tinggi. Atau sebaliknya lapisan permukaan laut yang momentumnya
bergerak ke arah barat memanfaatkan lapisan bawah laut yang arus pasang surutnya ke arah timur.
Atau di sisi lain kondisi yang membatasi lautan atas dan bawah yang memiliki sifat fisik dan sintetis
yang berbeda. Pertemuan “dua lautan” atau maraja al bahrayni oleh Quraish Shihab diartikan sebagai
pertemuan laut dan sungai, yang segar dan segar dari Surah AlFurqân (25): 53.

ِ ‫ات َّو ٰه َذا ِم ْل ٌح اُ َجا ۚ ٌج َو َج َع َل بَ ْينَهُ َما بَرْ َز ًخا و‬


‫َّحجْ رًا َّمحْ جُوْ رًا‬ ٌ ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َم َر َج ْالبَحْ َر ْي ِن ٰه َذا ع َْذبٌ فُ َر‬
Terjemahan
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi
pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.

Tingkat salinitas atau salinitas air laut berkisar antara 33 – 37 ppt, namun pada daerah tertentu terjadi
tingkat yang ekstrim, misalnya di Laut Merah yang memiliki tingkat salinitas ekstrim mencapai lebih
dari 40 ppt, apa lagi salinitas yang sangat tinggi di Laut Mati di Yordania. Lautan 'segar' dengan
salinitas antara 20-30 ppt ditemukan di laut Arktik di Arktik. Rasa asin yang rendah ini bergerak
menuju air baru yang asin, khususnya di sepanjang pantai utara, di Laut Baltik antara Swedia dan
Finlandia. Rasa asin yang rendah ini dimungkinkan karena penguapan di dekat Kutub Utara sangat
rendah karena suhu rendah, curah hujan tinggi, dan masuknya air baru dari lapisan es yang mencair
Air tawar memiliki suhu yang relative normal. Tidak terlalu dingin dan tidak terlalu hangat, seperti air
mineral dingin yang kita ambil dari kulkas. Dalam ayat ini tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai
manfaat 'adzbun furat atau milhun ujaaj (asin dan pahit) maupun adanya barzakh atau batasan. Tidak
seperti pada surat Ar-Rahman ayat 19-22 yang merupakan serangkaian petunjuk adanya pemberian
berupa 'lu'lu wal marjan' dan tantangan untuk selalu mensyukuri nikmat Allah SWT. Seperti yang
disebutkan pada surat An-Naml (27): 61, meskipun tidak secara khusus menyebutkan adanya karunia
Allah SWT, ayat-ayat ini memberikan seruan tentang keberadaannya di bumi ini dan ayat ini
merupakan pernyataan sekaligus indikasi bahwa kebesaran Allah SWT melalui ciptaan-Nya di alam
adalah nyata. Perhatikan ayat dalam Surat AlNaml yang secara tegas menuliskan kata “Bahrayni”,
yang maknanya “dua laut.” Bukankah ini mampu bermakna bahwa dua laut yang terpisah ini mampu
berdampingan satu di samping lainnya, ataupun bertindihan satu di atas lainnya.
Dalam Surah Al-Furqân (25): 53 dan Al-Naml (27): 61 kata “bahryani” disebutkan lagi. istilah
“berdampingan” dalam tafsir Al Furqan 53 yang merupakan tafsir, bukankah bisa juga berarti
“tumpang tindih”, jika kita memahaminya dalam arti “ruang” (spasial) dan bukan arti “bidang "
(planar). Dalam ayat ini dijelaskan lebih lanjut bahwa kedua lautan itu dipisahkan oleh “tembok”
(barzakh) dan “batas” (hijran). Ini menyiratkan bahwa kedua lautan itu sebenarnya memiliki dan
mengikuti karakter atau sifat aktual mereka sendiri (suhu, tekanan, dan sebagainya) serta ilmu mereka
sendiri (senyawa, rasa asin, dan sebagainya), sehingga kedua jenis lautan akan memiliki berbagai
jenis ikan dan tumbuhan. Pemahaman bahwa batasnya datar, memisahkan lautan atas dan bawah
jarang terjadi. Padahal penemuan manusia tentang kejadian tersebut juga banyak dan menarik, apalagi
jika dikaitkan dengan karunia (Ar-Rahman [55]:22)
ۚ ‫يَ ۡخ ُر ُج ِم ۡنهُما اللُّ ۡـؤلُـُؤ و ۡالم ۡر َج‬
‌ُ‫ان‬ َ َ َ

yang dijamin oleh Allah SWT karena adanya pemisah antara dua lautan.
Batas "pembagi" mengisolasi dua laut yang memiliki sifat fisik dan substansi yang berbeda.
Muhamad Ibrahim Alaihi Salam-Sumaih – Guru Besar Fakultas Sains jurusan Ilmu Kelautan di
Universitas Qatar – dalam penelitiannya di Teluk Persia dan Teluk Oman (1984-1988), sebagaimana
dikutip Quraish Shihab dalam buku yang sama, menemukan batas melintang horizontal ini, yaitu pada
daerah antara kedua teluk tersebut, terdapat pemisahan antara air laut permukaan dari Teluk Oman
dan air laut bawah dari Teluk Persia.
Hal ini sebagaimana seperti yang dikemukakan oleh banyak ahli kelautan dan ilmuan tentang adanya
batas antara laut atas dan bawah, misalnya di Selat Gibraltar antara laut Mediterania dan samudera
Atlantik. Zat garam tinggi umumnya ditemukan di segmen air laut terpencil di daerah dengan suhu
dingin dan cakupan tinggi seperti poros. Kemudian lagi, di khatulistiwa, rasa asin tinggi di permukaan
dan rasa asin lebih rendah saat segmen air semakin jauh. Kondisi tersebut dapat menunjukkan kepada
kita serta memberi pelajaran bahwa air laut tidak memiliki keseragaman dari awal hingga akhir,
demikian pula halnya dengan lautan yang hangat dan lautan yang dingin. Sebagai aturan, ada suatu
tempat di sekitar dua lautan yang dibatasi oleh 'pembagi' sebagai berbagai sifat fisik dan sintetis.
Sebelumnya, orang-orang percaya bahwa air permukaan laut yang mengalir ke arah barat juga
memanfaatkan arus pasang surut di bawahnya. Namun data penelitian yang diperoleh dan apa yang
dialami para penyelam menunjukkan hal yang berbeda.
Sirkulasi arus yang mengalir di permukaan laut membawa air laut hangat dari daerah tropis di bawah
khatulistiwa menjauh menuju dua kutub di utara dan selatan. Pemicunya adalah faktor iklim (suhu,
tekanan udara, angin), letak laut ke benua dan dampak Coriolis. Pergerakan arus permukaan laut ini,
hanya melibatkan sekitar 10% dari total volume air laut. Namun, pergerakan volume arus air yang
bersirkulasi lebih besar di kolom perairan dalam lebih dipengaruhi oleh perbedaan kerapatan air laut,
perbedaan suhu dan salinitas. Gerakan sirkulasi ke bawah ini dikenal sebagai pola sirkulasi
termohalin. Air dingin, atau air asin, bergerak ke atas dan ke bawah, berputar dan mungkin sama
sekali berbeda menggunakan sirkulasi di atas, mengikuti sunatullah yang pasti di kedalaman laut. Di
Selat Gibraltar, kebetulan terjadi penyebaran arus laut ke arah sebaliknya. Momentum permukaan
mengalir ke Laut Mediterania sementara aliran dalam mengalir keluar ke Samudra Atlantik.
Perbedaan penyebaran ini jelas dipengaruhi oleh perbedaan kadar asin atau garam pada air laut
tersebut. Air laut di Selat Gibraltar yang memiliki kadar garam tinggi memiliki ketebalan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan air laut yang dekat dengan permukaan yang memiliki kadar garam
rendah, sehingga berada di bawahnya. Arus yang masuk ke Laut Mediterania memiliki kadar garam
yang rendah, tidak begitu menyengat seperti air laut yang mengalir di bawahnya. Dengan 2
penyebaran yang tidak pada arah yang sama meskipun terjadi di daerah yang sama, khususnya Selat
Gibraltar, maka pada saat itu, jelas ada batasan antara kedua aliran laut pada suatu titik tertentu. Ini
adalah bukti bagaimana dua laut tersebut, dengan batas diantara keduanya yang tidak saling
melampaui dapat terjadi.
PENUTUP

Dari hasil pembahasan serta analisa yang sudah dijelaskan, maka disimpulkan bahwa pertemuan dua
laut perspektif al-Qur’an dan sains dalam Kitab Tafsir Kemenag RI adalah sebagai berikut:

1. Tafsir dalam kitab tafsir ‘ilmi Kemenag RI adalah Allah mengaduk dua butir laut yang tidak
sejajar, yang satu segar dan yang lain asin. Masing-masing bergerak berdampingan tetapi tidak
mengalami pencampuran. Ini adalah berkah bagi umat manusia. Sesuai penelitian, ahli kelautan telah
menang dalam hal mengungkapkan adanya batas yang tidak sama antara kedua laut. Pembagi atau
batas tersebut bergerak di antara dua lautan dan dikenal dengan istilah front (jabhah), hal ini berbeda
dengan penggunaan front yang memisahkan dua militer. Dengan pemisah ini, setiap laut mengikuti
atribut yang ditunjukkan oleh makhluk hidup yang hidup di sekitarnya. Di antara pertemuan kedua
lautan tersebut terdapat lapisan-lapisan air yang membedakannya, dan mengikuti kualitas setiap laut
mengenai gravitasi nyata, kandungan garam, biota laut, suhu, dan kemampuan memecah oksigen.

DAFTAR PUSTAKA

Agus S. Djamal, Ayat-ayat Laut (Yogyakarta: Ar Rasy Mizan, 2012).

_______ , al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004).

_______ , Batas Dua Laut, (Yogyakarta: Niru Design Alam, 2012).

Al-Hajj, Yusuf Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Lutan dan Dunia Binatang, (Solo: Aqwam, 2016).

Fu’ad, Muhammad ‘Abd Al-Baqi, Mu’jam al- Mufahras Li alfazi al-Qur’an (Kairo: Mat’ba’ah Dar
al-Kutb al- Misriyyah, 1364 H).

9 Harun Yahya, Al Quran dan Sains, Terj. Tim Penerjemah Hikmah Teladan, Cet. 1, (Bandung:
Dzikra, 2004).

Khalîl, Mannâ’ al-Qaththân, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Terj. Mudzakir AS, (Bogor: Litera Antar
Nusa, 2012).

Laila, Izzatul, Penafsiran Al-Quran Berbasis Ilmu Pengetahuan, (Jurnal Episteme, Vol.9

Anda mungkin juga menyukai