Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

UAS AL-QUR’AN DAN SAINS

FENOMENA KOBARAN API DALAM LAUT MENURUT PERSPEKTIF


AL-QURAN DAN SAINS

Dosen:

Mahfuz Nur,S.Sos.I,M.E,M.Si

Disusun Oleh:

Yustiana Agustin (2720237180)

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’YAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPEERAWATAN

2023/2024
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
rahmad dan cinta kasihnya telah memberi kami kemudahan dalam menyusun makalah
‘’Fenomena Kobaran Api dalam Laut Menurut Perspektif Al-Quran dan Sains’’ sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada watunya.

Penyusun sadar, bahwa makalah yang disusun ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat dan dijadikan reverensi oleh para
pembaca.

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................2
I PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................5
II PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 Fenomena Kobaran Api dalam Laut Menurut Perspektif Al-Quran......................................6
2.1.1 Pengertian Laut Menurut Al-Quran................................................................................6
2.1.2 Tafsir Kobaran Api di Laut dalam Surah Ath-Thur Ayat 6............................................6
2.2 Fenomena Kobaran Api dalam Laut Menurut Perspektif Sains............................................9
III PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

3
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-qur’an adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan. Kitab suci Al-qur’an bukan saja
menjelaskan sejarah dan perkembangan tentang keislaman,tetapi juga merupakan sumber ilmu
pengetahuan lain seperti hidrologi, perbintangan, biologi, fisika, dan ilmu lain yang telah di
tegaskan oleh AllahSWT.

Ilmu Al-qur’an itu seperti lautan yang tidak bertepi. Sebelum ilmuwan-ilmuwan
menjelaskan teori penciptaan alam, teori fisika, teori evolusi dan berbagai teori, Al-qur’an telah
lama menjelaskan teori itu, hanya saja parailmuan baru menemukannya, bahkan Al-qur’an telah
menjelaskan seluruh kehidupan yang ada di alam semesta yang belum diketahui oleh akal
manusia. Oleh karena itu Al-qur’an bertujuan sebagai pedoman hidup agar manusia tidak tersesat
dan selalu berada dijalan yang di ridhoi Allah SWT. (Yahya, 2004)

Dalam Surat Ali Imran ayat 190, Allah berfiman :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”

Ilmu pengetahuan yang kita pelajari saat ini tentu tidak lepas dari yangnamanya seorang
berakal, seorang cerdas, seorang yang berwawasan luas danseorang yang biasa disebut ilmuwan.
Dan Al- Qur’an telah menyebutkan bahwa penciptaan alam semesta ini terdapat tanda-
tanda bagi orang yangberakal. Sehingga ketika ‘seorang yang berakal’ itu melihat apa sebenarny
a yang disimpan alam ini, ia akhirnya menemukan satu teori yang menjadi pengetahuan umum
dan dipelajari.

Salah satu ilmu Al-qur’an dari sekian banyak ilmu pengetahuannya adalah tentang
penciptaan lautan dan daratan. Khususnya di Indonesia, lautan adalah salah satu sumber mata
pencaharian bagi sebagian besar penduduknya,karena Indonesia merupakan negara maritim,
yang banyak dikelilingi oleh lautan. Bukan hanya sebagai mata pencaharian tetapi lautan juga
memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan manusia. (Naik, dkk 2009)

4
1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami fenomena oseanografi dalam tinjauan sains dan Al-Qur’an

2. Mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah sumber sains yang mencakup segala aspek keilmuan

5
II PEMBAHASAN

2.1 Fenomena Kobaran Api dalam Laut Menurut Perspektif Al-Quran

2.1.1 Pengertian Laut Menurut Al-Quran

Kata laut didalam al-quran disebut dengan al-bahr. Secara etimologi al-bahr (laut) terdiri

dari huruf ba’, ha’, ra’ yang artinya al-wasi’ dan insibat yaitu sesuatu yang luas dan dalam. Kata

bahr dalam kamus munawwir merupakan jamak dari kata abhuru, buhuru, biharu yang berarti

laut. Selain itu, kata bahr dalam lisanul arab memiliki mana kumpulan air yang banyak berupa

air asin atau tawar. Akan tetapi mayoritas air yang dimaksud dalam tafsir tersebut ialah air asin

(Yunus, 1992).

Ditinjau dari segi jumlah penyebutan antara kata bahra, bahri, bahru, atau lautan disebut

sebanyak 32 kali dalam ayat al-quran. Penyebutan dalam pengertian laut namun dengan

penulisan yang berbeda seperti bahraini,dan bahran atau dua laut sebanyak 5 ayat. Sedangkan

dalam bentuk plural seperti abhar, dan bihar terdapat dalam 1 dan 2 ayat yang lain. Disamping

itu, tafsir dengan pengertian sama juga ditunjukkan dengan kata al-yammu yang dijumpai dalam

3 ayat lain. Sehingga secara keseluruhan terdapat 42 ayat penyebutan laut dalam al-quran (Agus,

2004).

2.1.2 Tafsir Kobaran Api di Laut dalam Surah Ath-Thur Ayat 6

Fenomena kobaran api dalam laut dijelaskan dalam al-quran surah ath-thur ayat 6

‫ َو ٱْلَبْح ِر ٱْلَم ْسُج وِر‬yang memiliki arti ‘’Dan laut yang didalam tanahnya ada api’’

6
Banyak ulama yang telah menafsirkan ayat ini baik tafsir klasik maupun kontemporer.

Ulama memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan kata masjur. Ada yang menafsirkannya

dengan air laut yang akan dibakar pada hari kiamat dan ada yang berpendapat bahwa laut

menjadi demikian karena tidak boleh digunakan airnya karena rasanya asing ‘’membakar’’ serta

ada pula yang menafsirkan ‘’penuh’’ atau ‘’terhalang’’ sehingga tidak menggenangi daratan.

Ath-Thabari (2008) mengatakan bahwa beberapaa ulama tafsir klasik menafsirkan makna

kata al-masjur ‘’yang di dalam tanahnya ada api’’, adalah ‘’dinyalakan’’ sehingga makna ayat

ini adalah laut yang dinyalakan dan dipanaskan. Ulama yang lain menafsirkan bahwa lautan

yang dimaksud dalam sumpah ini ialah lautan diatas langit yaitu tepatnya di bawah Arsyi,

singgasana ilahi. Dari beberapa pedapat diatas, At-thabari menyimpulkan bahwa pendapat yang

lebih diunggulkan ialah pendapat yang mengatakan bahwa laut yang penuh airnya hingga

memuntahkan isinya ke daratan. keunggulan pendapat ini dikarenakan kata as-sajr biasanya

digunakan dua makna yang pertama ialah menyalah dan yang kedua ialah penuh. Namun hingga

saat ini laut tidak menyala-nyala seperti makna pertama sehingga kata masjur tidak dapat

diartikan dengan lautan yang menyala-nyala. Oleh karena itu makna masjur diartikan dengan

lautan yan penuh airnya dan membuat air pasang hingga luber ke pesisir pantai.

Di dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir, dinyatakan bahwa laut yang di dalamnya ada api akan

terjadi pada hari kiamat kelak, lautan akan dijadikan api yang berkobar mengelilingi orang-

orang. Lebih lanjut, Ibnu Katsir juga menukil dari riwayat Qatadah yang mengatakan, “yaitu

nyala api yang benar-benar penuh”. Dan yang dimaksud al-masjūr adalah yang ditahan dan

dilarang dari bumi sehingga tidak melumuri dan membakar para penghuninya (Al-Syaikh,

2008).

7
Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya fī hilāli al-Qur‟ān menjelaskan kata wal-baḥril

masjūr menurut ulama kontemporer berarti laut yang penuh. Yang disandingkan dengan

penyebutan kata langit sebelum ayat. Sehingga dikatakan penuh dalam hal keluasan, limpahan,

dan bentangannya. Laut merupakan tanda kekuasaan yang mengerikan dan menakutkan. Langit

dan laut pantas digunakan sebagai sumpah atas perkara yang sangat penting.

Sayyid Quthb menjelaskan dengan kemungkinan bahwa masjūr berarti „dinyalakan‟

sebagaimana firman Allah di surat at-Takwīr ayat 6, “Dan apabila lautan menyala bergejolak”,

yakni menyemburkan api. Dan mungkin pula masjūr menunjukkan makhluk lain seperti

bangunan tinggi yang hanya diketahui Allah. 69 Dalam Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab

menafsirkan kata masjūr yang terambil dari kata assajara yang berarti mengobarkan api atau

penuh. Makna pertama dikuatkan dengan ayat lain dalam QS. At-Takwīr ayat 6 lautan yang

dipanaskan (yakni dengan mengobarkan api di lautan itu) sedang makna yang kedua dibuktikan

oleh kenyataan di mana lautan penuh dengan air. Dengan mengutip dari Thahir Ibnu Asyur yang

memahami bahwa yang dimaksud laut itu adalah laut merah, dan masjūr dalam arti dipenuhkan

oleh air. Karena ulama ini mengaitkan sumpah sumpah Allah di atas dengan Nabi Musa as, di

mana dalam kisahnya antara lain terjadi penenggelaman Fir‟aun di Laut Merah, setelah

sebelumnya air surut dan terbelah lalu dipenuhkan kembali oleh air.(Qutb, 2004).

Thanthawi Jauhari yang termasuk pendukung pendekatan corak tafsir ilmi, menjelaskan

bahwa kata al-masjūr berarti dinyalakan dan dipanaskan. Berasal dari kata Sajaratan Nāra, yang

artinya menyalakan api. Sedang maksudnya ialah perut bumi. Dengan menunjukkan penemuan

di zaman modern, yang belum dikenal oleh bangsa-bangsa dahulu. Selanjutnya, Thanthawi

Jauhari menggambarkan bumi ini dan seluruhnya seperti semangka. Sedang kulitnya adalah

seperti kulit semangka. Maksudnya, bahwa hubungan antara kulit bumi dengan api yang ada

8
yang dalam perutnya adalah seperti hubungan kulit semangka dengan dagingnya. Dan waktu ke

waktu bisa saja api itu naik dari lautan tersebut muncul ketika terjadi gempa dan letusan gunung

api. Seperti letusan gunung api Fairuz di Italia yang terjadi pada tahun 1909. Juga gempa yang

terjadi di Jepang pada tahun 1925 (Jauhari, 2006).

Al-Maraghi dalam kitab tafsirnya berpendapat tidak jauh berbeda dengan Thanthawi

Jauhari yang memberikan gambaran Bumi seperti Buah semangka. Namun, al-Maraghi lebih

lanjut memberikan kemungkinan pula bahwa yang dimaksud dengan baḥril masjūr adalah lautan

yang ditahan agar jangan melonjak lalu menenggelamkan semua yang di muka Bumi (Al-

Maraghi, 1989).

2.2 Fenomena Kobaran Api dalam Laut Menurut Perspektif Sains

Proses terbentuknya gunung berapi di dasar laut.

9
Kerak bumi terdiri dari 2 macam, yaitu kerak benua (25-90 km) dan kerak samudra (5-10 km).
kerak samodra yang memiliki ketebalan yang tipis maka dapat dengan mudah ditembus oleh lava
yang ada di dalam perut bumi. Proses terbentukknya gunung berapi di dasar laut:

1. Lava yang berasal dari perut bumi akan menembus benua samodra melalui celah
(palung), sehingga magma terus keluar dan membentuk kerak samodra baru. Proses ini
disebut sea floor spreading. Proses terbentuknya kerak samodra baru menyebabkan
pemekaran lantai samudra.
2. Kerak samudra ini selalu bertambah atau bergerak karena ada pembentukan kerak baru
pada zona pemekaran samodra. Gunung api bawah laut ini terbentuk diatas kerak
samodra dan terus terbawa oleh kerak samodra menuju zona penunjaman (batas lempeng
konvergen) disebelah kanan. Kerak samudra yang mengalami pemekaran dapat memicu
keluarnya lava cair yang bersifat basah. Daerah pemekaran samodra terjadi proses
keluarnya material dari mantel atas yang keluar seperti keluarnya gelembung air pada
saat mendidih.
3. Semakin jauh dari zona pemekaran, material mantel yang cair dan panas (lava) akan
kehilangan suhunya, sehingga membentuk seamount atau gunung laut yang seringkali
berupa gundukan yang tidak lagi berupa gunung api yang aktif. Ketika mendekati zona
penunjaman, bagian atas dari kerak samodra ini akan bergesekan dengan kerak benua.
Gesekan ini menimbulkan panas dan sering menyebabkan batuan pembentuk kerak
samodra ini meleleh. Batuan yang meleleh dan cair ini akan keluar membentuk gunung
api.

Api dalam laut berasal dari gunung berapi yang terletak di dasar laut. Secara ilmiah telah
terbukti bahwa terdapat gunung berapi dari dasar laut dan memuntahkan lava. Gunung api
berasal dari pergerakan lempeng bumi yang terletak berjauhan di dalam bumi. Kerak bumi
memiliki lapisan batuan luar yang terbelah menjadi beberapa bagian akan tetapi masih terkait
satu sama lain. Belahan itu menahan lelehan batuan panas pada kerak bumi dan jika belahan itu
bergerak saling menjauh maka akan memancar keluar hingga ke dasar laut dan membuatnya
meluap-luap. Air yang sedemikian banyak di laut tidak mampu memadamkan bara dari bebatuan
magma itu, sementara bara yang sedemikian panas itu lebih dari 1000ºC pun tidak mampu
menguapkan air laut tersebut. Semakin banyak magma yang memancar akan semakin banyak

10
rantaian gunung api yang dihasilkan (Muthi’ah, 2019). Palung merupakan celah yang sangat
dalam pada bebatuan yang menyelimuti bumi (kerak bumi). Lapisan bebatuan akan terbakar
hingga hampir meleleh didalam perut bumi yang dinamai ‚zona lemah‛. Dari zona inilah
bebatuan magma yang panasnya lebih dari 1000ºC berasal. Bebatuan magma ini bergerak keatas
hingga mencapai dasar semua samudra dan sebagian laut. Jutaan ton bebatuan magma yang
keluar dari perut bumi itupun memanaskan dasar laut dan samudra. samudra kemudian
mendinginkan bebatuan tersebut, namun tidak sampai mematikan baranya. Gunung-gunung yang
berada di dasar laut memuntahkan jutaan ton bebatuan magma. Jika jutaan ton bebatuan magma
itu berhasilnaik melalui palung-palung itu dan sampai kepermukaan, maka akan mucul
kepulauan vulkanik, seperti Jepang, Filipina, Indonesia dan kepulauan Hawai. Secara ilmiah
terbukti bahwa munculnya gunung-gunung berapi dari dasar laut dan mampu memuntahkan lava.
Ini merupakan kekuasaan Allah swt. Fenomena ini baru diketahui 50 tahun terakhir. Tidak
diragukan lagi bahwa tempat-tempat yang panas menyala-nyala di perut bumi di bawah samudra
yang kedalamannya mencapai 3000 meter, menyebabkan air didasar samudra mendidih.
(Adiyantama. 2017).
Laut yang di dalamnya ada api yaitu berisi lempeng yang bergerak saling menjauh
sehingga memancarkan magma panas ke dasar laut. Adanya gerakan lempeng ini menyebabkan
magma yang panas memancar keluar melewati celah dan memanaskan air laut. Kobaran api
dalam laut tidak menyala seperti kebakaran, tetapi berwarna hitam dan sangat panas. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya oksigen di dasar laut sehingga magma memancar melalui celah
berwarna hitam. Letusan besar gunung api menghasilkan sedimentasi di dasar laut. Suhu tanah
liat dan uap panasnya melebihi 300˚C. semakin banyak gunung api yang memuntahkan lava
panas ke dasar laut maka semakin banyak pula tumpukan lava itu dan menjadikan gunung api
yang dapat muncul ke permukaan laut. Gunung tersebut terlihat seperti pulau baru di permukaan
laut. Sumber panas membawa banyak manfaat bagi makhluk hidup di sekitar cerobong. Manfaat
tersebut yaitu berkembangnya koloni fauna dan flora yang unik dan mirip seperti terumbu karang
(Muthi’ah, 2019).

11
12
III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pernyataan dari pembahasan fenomena kobaran api dalam laut menurut
perspektif al-quran dan sains dapat di simpulkan bahwa fenomena- fenomena tersebut benar
terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya menurut Al-qur’an dan sains. Seperti halnya firman
Alah yang berarti terdapat laut yang didalam tanahnya ada api’’ dan begitupun menurut sains
bahwa Api dalam laut berasal dari gunung berapi yang terletak di dasar laut.

3.2 Saran

Sebaiknya jika mempelajari ilmu tafsir mengenai fenomena-fenomena tidak mempelajari


setengah-setengah supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agus S. D. 2004. Al-Qur’an dan Lautan. Mizan Pustaka : Bandung. Hal 66


Al-Maraghi. A. M. 1989. Tafsir al-Maraghi. Kasrya Thoha Putra. semarang, Hal 31- 32.
Al-syaikh. A. M. 2008. Tafsir Ibnu Katsir. Pustaka Imam sy-Syafii, Jilid 9. Jakarta. Hal 200.
Ardiyantama, M. 2017. Ayat-ayat Kauniyyah dalam Tafsir Imam Tantowi dan Al-Razi. Jurnal
Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits, 11 (2) : 187-208.
Ath-Thabari. A. J. M. B. J. 2008. Tafsir ath-Thabari. Pustaka Azzam, Jilid 19. Jakarta.
Jauhari. T. 2006. al-Jawāhir fi Tafsir al-Qur‟ānil Karim. Darul Fikri. Jakarta. Hal 206.
Muthi’ah, F. 2019. Telaah Penafsiran Zaghlul Al-Najjar Tentang Laut yang Mendidih Dalam
Kitab Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyah Fi Al-Qur’an Al-Karim (Kajian Tafsir Tematik
dan Sains). Skripsi. S1 Fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Naik, Zakir dan dr. Gary Miller. 2009. Keajaiban Al-Qur’an dalam Telaah Sains Modern.
Yogyakarta: Media Ilmu
Quraish S. A. 2012. Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-Qur’an. Lentera Hati, Jilid
III.
Quthb. S. 2004. Tafsir fī Zhilālil Qur‟ān, di Bawah Naungan alQur‟an, Gema Insani, Jilid 11.
Jakarta. Hal 58.
Yahya, H. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung:Dzikra
Yunus. M. 1992. Kamus Arab Indonesia. Hidakarya Agung : Jakarta. Hal 161.

14

Anda mungkin juga menyukai