Anda di halaman 1dari 19

1

SEJARAH TURUN & PENULISAN AL – QUR AN


Diajukan untuk memenuhi tugas makalah pada
Mata kuliah FIKIH
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Endah serina sembiring
Desi Febrina Damanik
Dwi mildayani saragih
Salma Muzizah
Dosen Pengampu: Dr.Mulkan Hasibuan M.pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH STIT AL-HIKMAH TEBING TINGGI TAHUN AKADEMIK
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapakan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat -Nya sehingga makalah
dapat tersusun sampai dengan selesai .Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca.bahkan kami berap lebih jauh agar makalah ini bisa pembaca
praktekan dalam kehidupan sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun, kami merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tebing Tinggi 6 September 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................

BAB 1 PENFAHULUAN:

Latar belakang..................................................................................................................1

Rumusan masalah............................................................................................................1

BAB 11 PEMBAHASAN

Sejarah Turunnya Al-Qur’an................................................................................................

Wahyu Diturunkan nya Al-Qur’an secara berangsur angsur.....................................

Sejarah Penulisan Al Quran..............................................................................................6

Sejarah Penyusunan Al Qur’an DI Zaman Nabi............................................................

BAB III PENUTUP

Saran..................................................................................................................................9

Kesimpulan........................................................................................................................9

KATA PENGANTAR........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk
(hidayah) bagi seluruh umat manusia. al-Qur’an diwahyukan oleh Allah swt kepada Nabi
Muhammad saw melalui malaikat Jibril a.s. setelah beliau genap berusia 40 tahun.
Diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Turunnya alQur’an
kepada beliau tidak menentu dari segi waktu dan keadaan. Terkadang diturunkan pada musim
panas dan terkadang diturunkan di musim dingin. Terkadang turun pada waktu malam, tetapi
sering pula turun pada waktu siang hari. Terkadang turun saat beliau berpergian, tetapi sering
pula turun saat beliau tidak dalam berpergian. Itu semua bukan kehendak Rasulullah, akan
tetapi kehendak Allah swt. Allah swt lah yang telah mengatur semuanya.1 Tidak semua ayat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dapat dipahami dengan mudah oleh para
sahabat. Oleh karena itu, Rasulullah saw lah yang menerangkan dan menafsirkan ayat-ayat
tersebut berdasarkan petunjuk yang diperoleh dari Allah swt melalui wahyu.2 1 Departemen
Agama, Mukadimah Al-Qur-an dan Tafsirnya: Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2010), 6. 2 Ibid, 44. 2 Setelah masa wafatnya Rasulullah, perkembangan penafsiran
ayatayat al-Qur’an telah mengalami perkembangan yang cukup variatif.
Perkembangan itu dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktor diantaranya
perbedaan aliran atau madzab, faktor politik, faktor kondisi sosial masyarakat, tingkat
keilmuan mufassir itu sendiri, dan faktor-faktor lainnya sehingga muncullah corak dan
metode penafsiran yang beranekaragam.3 Tidak ada kata finish dalam menafsirkan ayat-ayat
al-Qur’an. Para mufassir terus berusaha keras dalam memahami, menyingkap kandungan
makna-makna di dalam al-Qur’an. Akan tetapi sehebat apapun mereka, para mufassir hanya
bisa sampai pada derajat pemahaman relatif dan tidak bisa sampai pada derajat pemahaman
yang absolut.4 Sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang, air tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari sumber pengairan dalam pertanian, pemenuhan
kebutuhan rumah tangga, pembangkit sumber energi listrik, bahan baku dalam proses
produksi, dan sebagainya. Semua membutuhkan air. Pada zaman modern ini, air menjadi
sorotan dunia karena jumlah air bersih di dunia semakin berkurang, pencemaran air terus
meningkat, terjadi krisis air di mana-mana seiring bertambahnya kepadatan populasi manusia
dan makhluk hidup lainnya.

1
2

alam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang membahas mengenai term al-‘arḍ (bumi), al-
samā’ (langit), al-insān (manusia), khususnya yang berbicara mengenai term al-mā’ atau air.
Air merupakan suatu senyawa kimia yang berbentuk cairan dan memiliki sifat tidak berbau,
tidak berwarna, dan tidak ada rasanya. Air juga merupakan suatu bagian yang sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Tanpa adanya air, maka tidak akan ada tanda-tanda kehidupan di
bumi ini. Bagian terbesar penyusun tubuh makhluk hidup adalah air. Begitupun di bumi ini,
sebagian besar ditutupi oleh air, seperti air laut, air sungai, air danau. Air memiliki titik beku
pada suhu 0º C pada tekanan 1 atm, titik didih pada suhu 100º C dan kerapatan 1,0 g/cm³
pada suhu 4º C.6

2.Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas di atas, maka penulis akan menarik
sebuah rumusan masalah agar penelitian dapat tersusun secara sistematis dan terarah. Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana penafsiran term al-mā’ dalam al-Qur’an dengan menggunakan
pendekatan metode tafsir mauḍu‘i ?
2. Bagaimana relevansi term al-mā’ terhadap urgensi air dalam pemanfaatannya ?
3.Tujuan

Suatu kajian ilmiah, tentunya mempunyai tujuan-tujuan penelitian agar bisa menjadi
sebuah penelitian yang baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui penafsiran term al-mā’ dalam al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui relevansi term al-mā’ terhadap urgensi air dalam pemanfaatannya.

2
Ramli Abdul Wahid , ulumul quran
2
BAB II
PEMBAHASAN

1.SEJARAH TURUN DAN PENULIS AL-QUR’AN

Definisi Al-Qur’anQuraan menurut pendapat yang palig kuat seperti yang


dikemukakan Dr. SubhiAl Salih berarti “bacaan”, asal kata qaraa. Qara’a mempunyai arti
mengumpulkandan menghimpun.1 Allah berfirman :”Sesungguhnya atas tangguhan kamilah
mengumpulkan nya (dalam dadamu) dan(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami
telah selesai membacakannyamaka ikutilah bacaannya.” (Q.S. Al-Qiyamah:17-18)Qur’an
dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepadaMuhammad saw.
Sehingga Qur’an menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri.Dan secara gabungan kata
itu dipakai untuk nama Qur’an secara keseluruhan, begitujuga untuk penamaan ayat
ayatnya.Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan nama
qur’andiantara kitab kitab allah itu karena kitab -kitab Allah itu karena kitab ini mencakupinti
dari kitab-kitab Nya, bahkan mencakup inti dari semua ilmu. Para ulama menyebutkan
definisi Qur’an yang mendekati maknanya danmembedakan dari yang lain dengan
menyebutkan bahwa: “Qur’an adalah kalam atauFirman Allah yang diturunkan kepada
Muhammad saw. Yang pembacaannyamerupakan suatu ibadah.”Katakanlah :sekiranya
lautan menjadi tinta untuk menuliskan Firmantuhanku, akan habislah lautan
sebelum Firman Tuhanku habis ditulis; sekalipunkami berikan tambahannya sebanyak itu
pula. “(Q.S Al-kahfi:109).Q.S. Al-A’raf ayat 204Dan apabila dibacakan qur’an, maka
dengarlah dan perhatikanlah dengan tenangagar kamu mendapat rahmat.

Qur’an dan al-kitab lebih populer dari nama nama yang lain. Dalam hal ini Dr.Muhammad
Abdullah Daraz berkata: “Ia dinamakan Qur’an karena ia “dibaca “dengan lisan, dan
dinamakan al-kitab karena ia “ditulis” dengan pena. Kedua namaini menunjukkan makna
yang sesuai dengan kenyataannya.”2Penamaan qur’an dengan kedua nama ini memberikan
isyarat bahwa selayaknyaia dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Apabila diantara
salah satunya adayang yang melenceng, maka yang lain akan meluruskannya. Kita
tidak dapatmenyadarkan hanya kepada hafalan seorang sebelum hafalannya sesuai
3
dengantulisan yang telah disepakati oleh sahabat, yang diwakilkan kepada kita
darigenerasi ke generasi menurut keadaan sewaktu dibuatnya pertama kali. Dan kita puntidak
dapat menyadarkan hanya kepada tulisan penulis sebelum tulisan itu sesuaidengan hafalan
tersebut berdasarkan isnad yang sahih dan mutawatir.3 Dengan penjagaan ganda ini yang
oleh Allah telah ditanamkan kedalam jiwaumat Muhammad untuk mengikuti langkah Nabi-
Nya, maka Qur’an tetap terjagadan terjamin terpeliharanya Qur’an, seperti difirmankan-Nya
dalam Surah Al-Hijrayat 9.Dengan demikian Qur’an tidak mengalami penyimpangan,
perubahan dankeputusan sanad seperti pada kitab-kitab terdahulu. Allah telah melukiskan
Qur’an dengan beberapa sifat, di antaranya:
Nur(cahaya)
Huda(petunjuk) Syifa(obat), Rahmah(Rahmat) dan Mau’izah(nasihat)
Mubin(yang menerangkan)
Mubarak(Yang diberkati)
Busyara(khabar gembira)
’Aziz(yang mulia)
Majid(yang dihormati)
Basyir(pembawa khabar gembira

Berkatalah orang-orang kafir:”Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkankepadanya


sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimudengannya dan Kami
membacakannya secara tartil (teratur dan benar).Q.S. Al-Isra’:106Dan Al-Qur’an itu telah
Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamumembacakannya perlahan-lahan
kepada manusia dan Kami menurunkannyabagian demi bagian.Al-Qur’an diturunkan
secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan,22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di
Mekkah dan 10 tahun di Madinah.Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur
antara lain;a. Hikmah pertama: Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah saw.Rasulullah
saw. Telah menyampaikan dakwahnya kepada manusia, tetapi iamenghadapi sikap
mereka yang membangkang dan watak yang begitu keras. Iaditantang oleh orang-orang yang
berhati batu, berperangai kasar dank eraskepala. Mereka senantiasa melemparkan
berbagai macam ancaman dangangguan kepada Rasul. Padahal dengan hati tulus ia
ingin menyampaikansegala yang bai kepada mereka, sehingga dalam hal ini Allah
mengatakandalam surah Al Kahfi ayat 6Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh
dirimu karena bersedih hatisetelah mereka berpaling,

4
Turunnya Surat Al-Alaq ayat 1-5 menjadikan awal dari kenabian Muhammad. Waktu
turunnya Al Quran juga menjadi awal penyebaran agama Islam. Al Quran diturunkan dalam
dua cara, yaitu secara lengkap di malam Lailatulqadar dari Lauh Mahfudz ke langit dunia,
lalu diturunkan ke Nabi Muhammad secara bertahap. Sejarah turunnya Al Quran dibagi
menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah (sebelum hijrahnya Nabi pada 17 Ramadan 610
M) dan Madinah (setelah hijrah). Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang
diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama
Islam). Pada periode ini, terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Ayat
yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalat (hubungan manusia sebagai
makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam), dan hukum Islam.
Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad ini, terdapat 28 surat yang diturunkan
selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat Al Quran yang terakhir diturunkan adalah surat
Al-Maidah ayat 5.
Nabi Muhammad mewahyukan ayat-ayat Al Quran selama 23 tahun. Sekitar 42 juru tulis
menulis ayat-ayat tersebut pada bahan yang berbeda, seperti kertas, kain, pecahan tulang dan
kulit.

Pada zaman kuno, literasi adalah keterampilan yang hanya dimiliki sedikit orang dan Nabi
Muhammad sendiri tidak tahu cara membaca atau menulis.

Pada masa Khalifah Abu Bakar, ketika 70 orang yang penghafal Al Quran (qari), terbunuh
dalam Pertempuran Yamama, Umar bin al-Khattab menjadi prihatin dan memohon kepada
Abu Bakar untuk menyusun Al Quran menjadi sebuah buku.Abu Bakar membentuk delegasi
di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit, salah seorang ahli kitab terkemuka.
Kelompok itu terdiri dari 12 orang, diantaranya tokoh-tokoh terkenal seperti Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Talha bin Ubaydullah, Abdullah bin Masood, Ubayy bin Kab,
Khalid bin Walid, Hudhaifah dan Saleem. Mereka berkumpul di rumah Umar dan
mengumpulkan semua bahan-bahan yang di atasnya tertulis ayat-ayat Al Quran.

5
Selain itu, mereka juga mendengarkan lantunan ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat
Nabi. Masing-masing dari mereka diminta untuk menunjukkan dua orang saksi dari ayat yang
mereka baca.

2 Wahyu diturunkan nya Al Quran Secara Berangsur angsur

Al-Qur’an diturunkan dalam tempo, menurut satu riwayat, 22 tahun 2 bulan 22 hari,
yaitu mulai dari malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji
Wada` tahun tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.Proses turunnya al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad saw melalui tiga tahapan, yaitu:Pertama, al-Qur’an turun secara sekaligus
dari Allah ke lauh al-mahfuzh , yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala
ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S. al-Buruj (85) ayat
21–22, “Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan)
dalam lauh al-mahfuzh”.Diisyaratkan pula oleh firman Allah surat al-Waqi`ah (56) ayat 77—
80, “Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang
terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
Diturunkan dari Tuhan semesta alam.”Tahap kedua, al-Qur’an diturunkan dari lauh al-
mahfuzh itu ke bait al-izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini
diisyaratkan Allah dalam surat al-Qadar [97] ayat 1, “sungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al-Qur’an) pada malan kemuliaan.”Juga diisyaratkan dalam Q.S. Surat ad-
Dukhan [44] ayat 3, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”Tahap ketiga, al-Qur’an diturunkan
dari bait al-izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan.
Adakalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai proses turun
dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam Q.S. asy-Syu`ara’ [26] ayat 193–195, “……Dia
dibawa turun oleh ar-ruh al-`amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang di antara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”

3
Amin Abdulloah, sejarah Al Quran Di Era Post Modernisme, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997).
6
.Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, tidak
secara sekaligus melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan sering wahyu turun
karena untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau untuk
membenarkan tindakan Nabi saw. Di samping itu banyak pula ayat atau surat yang
diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.Dalam kenyataan
tersebut terkandung hikamah dan faidah yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran
itu sendiri dalam Surat al-Furqan [25] ayat 32, “Berkatalah orang-orang yang kafir:
“Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan
benar).Di samping hikmah yang telah diisyaratkan ayat di atas, masih banyak hikmah yang
terkandung dalam hal diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur, antara lain adalah:1.
Memantapkan hati NabiKetika menyampaikan dakwah, Nabi kerapkali berhadapan dengan
para penentang. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan doroaikan
dakwah. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah, Berkatalah orang-orang yang kafir:
“Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).
(QS. Al-Furqan [25]:32).2. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’anNabi
kerapkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan orang-orang
musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu
tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang
serupa dengan al-Qur’an.

Dan ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus
merupakan salah satu mu`jizat al-Qur’an.3. Memudahkan untuk dihapal dan difahamiNabi
Muhammad sangat merindukan turunnya wahyu. Saking rindunya, suatu ketika mengikuti
bacaan wahyu yang disampaikan Jibril sebelum wahyu itu selesai dibacakannya. Karena itu,
Allah berfirman, “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu,
dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha
[20]:114) Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak
cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”

7
Dengan demikian, semua ayat Al Quran yang menggambarkan penciptaan alam
semesta dan manusia, hari penghakiman, kisah teladan orang-orang yang hidup sebelumnya
dan kepercayaan, ibadah, moral dan dasar hukum yang harus dipatuhi oleh orang-orang yang
beriman dikumpulkan menjadi satu volume buku.
Setiap ayat diajarkan oleh malaikat Jibril dan dinyatakan oleh Nabi Muhammad. Ayat adalah
nama yang diberikan untuk setiap kalimat Al Quran, dan surah adalah nama yang diberikan
untuk setiap bagian dari kitab suci. Dalam Al Quran ada 6.236 ayat, 114 surah dan sekitar
323.000 surat. Saeed bin al-Aas, yang terkenal dengan keindahan tulisan tangannya,
menuliskannya di atas kulit kijang. Tulisan yang digunakan adalah tulisan Arab pada masa
itu, yang sudah tua dan umum digunakan pada masa itu di Hijaz. Para sahabat sepakat bahwa
tulisan yang digunakan Nabi Ismail di Hijaz ini adalah tulisan kaum Muslim. Salinan Al
Quran dibacakan kepada para sahabat pada pertemuan umum. Tidak ada keberatan. Maka,
muncullah kitab yang disebut “mushaf” yang artinya ayat-ayat tertulis.Sebanyak 33.000
sahabat sepakat bahwa setiap huruf Al Quran sudah benar. Kemudian naskah ini dikirim
kepada Umar bin al-Khattab. Setelah kematiannya, kitab ini diteruskan ke Hazrat Hafsah,
putri Umar dan istri Nabi Muhammad.

Perbedaan diamati dalam pembacaan Al Quran dalam pertempuran Armenia


antara Muslim dari Damaskus dan Irak selama periode khalifah ketiga, Khalifah Utsman.
Hudhaifah, salah satu Sahabat Nabi, pergi ke hadapan khalifah dalam perjalanan kembali dari
ekspedisi dan memintanya untuk mencegah perbedaan itu. Pada tanggal 25 Hijriah (647),
Utsman mengumpulkan delegasi yang dihadiri oleh Abdullah bin al-Zubair, Saeed bin al-Aas
dan Abd al-Rahman bin Harits di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit. Semuanya, kecuali Zaid,
berasal dari Quraisy Utsman berkata bahwa dialek Quraisy harus lebih diutamakan, jika
mereka berkonflik dengan Zaid mengenai dialek, karena Nabi Muhammad berasal dari suku
Quraisy. Al Quran diturunkan dalam tujuh dialek bahasa Arab pada masa itu. Muslim pertama
yang melek huruf dapat dengan mudah membaca tulisan bahasa mereka sendiri. Tetapi
kondisinya agak berbeda pada saat itu, karena aksara Arab tidak memiliki tanda diakritik
untuk membedakan huruf atau simbol vokal.

Rombongan membawa naskah asli dari Hafsah. Dalam mushaf ini, surat-suratnya tidak
dipisahkan satu sama lain. Surat-surat diurutkan menurut urutan keturunannya dalam naskah
Ali dan menurut panjangnya dalam naskah Abdullah bin Masood. Sekarang ayat-ayat itu
ditulis dalam dialek Quraisy. Surat-surat itu disusun dalam barisan, dipisahkan satu sama lain
berdasarkan panjangnya.
8
Urutan surat-surat itu tidak didasarkan pada perintah yang diberikan malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad, tetapi berdasarkan kesepakatan para sahabat Nabi.

3.Sejarah Penulisan Al-Qur’an

Sejarah penulisan ini terbagi menjadi tiga masa, antara lain masa Nabi Muhammad
SAW, masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan masa Utsman bin Affan. Pada masa Utsman bin
Affan yaitu di tahun 15 Hijriah sempat terjadi perbedaan bacaan dalam Al-Qur’an.

Hal tersebut terjadi karena banyaknya lembaran mushaf yang saat itu beredar. Sehingga
kekhawatiran seperti perpecahan antara kaum muslimin pun terasa langsung oleh para
khalifah. Lalu, bagaimana ya, sejarah penulisan Al-Qur’an dan pengumpulannya
berlangsung? Simak rangkumannya berikut ini :

Era Rasulullah SAW

Pada zaman Nabi SAW, Al-Qur’an masih ditulis pada pelepah kurma, papan, kulit binatang,
tanah keras, batu dan lain-lain. Beberapa sahabat memiliki catatan kumpulan wahyu ilahi ini.
Di antara sahabat yang masyhur sebagai penulis wahyu adalah Zaid bin Tsabit. Tatkala
Kalamullah diturunkan, beliau segera memanggilnya seraya berpesan:

‫ادعوا لي زيًدا و ليجْئ باللوح و الدواة‬

“Panggillah Zaid untukku, serta hendaknya dia membawa lauh (alat tulis) dan tinta” (HR
Bukhari dan Muslim).
9
Berkenaan dengan hal itu, Zaid bin Tsabit menyatakan: “Aku adalah jar (tetangga)
Rasulullah. Apabila turun wahyu, beliau mengutus (seseorang) kepadaku, maka aku pun
menulis wahyu tersebut” (HR Abu Dawud).

Salah seorang Tabi’in, Muhammad bin Syihab az-Zuhri, berkata: “Rasulullah wafat, dan saat
itu (ayat-ayat) Alquran belum terkumpul pada sesuatu (dalam satu kitab). Ia masih berada
pada pangkal dan pelepah kurma” (Jami’ul Bayan).

Era Abu Bakar Ash-Shiddiq4

Pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq, geliat penulisan Al-Qur’an mulai dilakukan. Itu karena
banyak qari dan pengafal Al-Qur’an yang syahid pada Perang Yamamah pada tahun ke-12
Hijriah. Ada sekitar 50 qari, termasuk sahabat yang ahli Qur’an yaitu Salim maula Abu
Hudzaifah.

Sang Khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf.
Itu karena Abu Bakar khawatir terhadap sanadisasi Al-Qur’an karena banyak hafidz yang
wafat. Zaid bin Tsabit Ra berkata: “Abu Bakar Ra. Memanggilku saat kami berada di medan
Yamamah (setelah diketahui tentang gugurnya tujuh puluh hufazh) dan ketika itu terlihat
Umar bin Khattab duduk di sisinya.

Kemudian, Khalifah Abu Bakar berkata: “Tadi Umar bin Khattab menemuiku dan berkata
bahwa pertempuran di Yamamah itu amat mengerikan dan begitu dahsyat sampai para
huffazh berguguran dan aku khawatir hal ini berlanjut pada kelompok muslimin lainnya
sehingga banyak ayat yang hilang. Karena itu menurut pendapatku, sebaiknya engkau
mengumpulkan Al-Qur’an.”

Namun sebelum semua isi Al-Qur’an tertulis dalam satu mushaf, Khalifah Abu Bakar wafat.
Maka suhuf-suhuf yang telah terkumpul pada masa beliau disimpan di kediaman Umar bin
Khattab yang kemudian dipegang oleh Hafshah binti Umar.

Era Umar bin Khattab

4
http://alazhar58.blogspot.co.id/2013/12/definisi-pembagian-ruang-lingkup-serta.html
10
Umar bin Khattab menggantikan posisi Abu Bakar sebagai khalifah. Saat melakukan ekspansi
perluasan dakwah Islam ke beberapa daerah, Umar turut mengirim Ahlul Qur’an terbaik ke
Persia dan Romawi. Umar berkata “Kami kirimkan kepada kalian salah satu dari qurro’
terbaik (Abdullah bin Mas’ud)”. Satu-satunya orang yang bacaannya seolah-olah hadir saat
wahyu itu diturunkan.

Nabi Muhammad SAW. Bersabda “barang siapa ingin membaca Al-Qur’an persis seperti
diturunkannya, maka hendaklah dia membaca dengan bacaan Ibnu Mas’ud”. Adapun daftar
orang-orang yang dikirimkan pada zaman Khalifah Umar bin Khattab tersebut, adalah:
Abu Musa Al-Asy’ari ke Bashrah.
Abdullah bin Mas’ud ke Kufah.
Mu’adz bin Jabal ke Palestina.5
Abu Darda ke Damaskus.
Ubadah ke Suriah.
Era Utsman bin Affan

Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, tulisan-tulisan Al-Qur’an di tangan para sahabat
dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit. Pada zaman Utsman bin Affan, muncul beberapa qira’at di
tengah umat Islam. Hudzaifan bin Yaman yang mendengar berita ini melapor kepada
Khalifah Utsman. Dia melaporkan agar Utsman menyelesaikan masalah tersebut agar tidak
terjadi pertikaian mengenai kitab suci seperti yang terjadi pada kaum Nasrani dan Yahudi.

Utsman mengambil lalu mengumpulkan para pembesar, termasuk Ali bin Abi Thalib. Dia
meminta pendapat apa yang seharusnya kita lakukan. Dari situ muncul keputusan untuk
mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an dalam satu mushaf.

Penyusunan Alquran di Zaman Nabi Muhammad SAW

Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Alaq ayat 1-
5. Namun, urutan surat dalam mushaf Alquran tidak dimulai dari surat tersebut, lalu
bagaimana sebenarnya penyusunan mushaf Alquran hingga seperti saat ini?

5
Hamka Tagsir Al Azhar ⁹³
11
Ada banyak pendapat yang mengemukakan tentang metode penyusunan mushaf Alquran.
Sebagian ulama bahkan meyakini bahwa proses penyusunan mushaf Alquran sehingga
menjadi seperti sekarang ini sebenarnya sudah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad SAW
masih hidup.
Berdasarkan pendapat ini, selain mengajarkan bacaan dan pemahamannya, Rasulullah juga
mengajarkan bagaimana letak ayat Al-Quran tersebut nantinya ketika sudah berbentuk kitab.
Hanya saja, pada saat itu, Al-Quran masih belum dibukukan menjadi kitab seperti sekarang
ini.
Salah satu alasan mengapa mushaf Alquran tidak langsung dibukukan adalah karena wahyu
masih belum selesai turun selama Nabi Muhammad masih hidup. Jika penyusunan langsung
dilakukan sebelum wahyu turun secara lengkap, maka kitab Al-Quran akan terus mengalami
perubahan karena adanya ayat atau wahyu baru yang datang. Karena itu, proses pembukuan
ayat–ayat dalam Al-Quran tidak dilakukan.
Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan dan menjelaskan urutan ayat-ayat Alquran ketika
semua wahyu telah diturunkan secara lengkap. Meski demikian, pembukuan mushaf Alquran
baru dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, tapatnya di masa kepemimpinan
Abu Bakar. Di masa itu, para sahabat mengumpulkan lembaran mushaf tersebut.

Kebutuhan untuk menuliskan mushaf Alquran baru baru dimulai setelah Perang Yamamah
terjadi. Sebab, perang tersebut membuat banyak sahabat penghafal Alquran syahid. Sehingga,
sebagian sahabat khawatir ayat Al-Quran akan menghilang.
Salah satu sahabat yang merasa khawatir adalah Umar bin Khattab. Dia mengatakan hal
tersebut kepada Abu Bakar dan mengusulkan untuk menyusun mushaf Alquran menjadi
sebuah kitab. Sayangnya, Abu Bakar menolak karena menganggap Rasulullah tidak
melaksanakan atau mengamanahkan hal tersebut.
Namun, setelah beberapa waktu, akhirnya Abu Bakar menyetujui hal tersebut. Dia lalu
mengundang Zaid bin Tsabit dan menunjuknya sebagai ketua pelaksana. Zaid yang awalnya
menolak seperti Abu Bakar pun akhirnya menyetujui ide tersebut.
Mengumpulkan Al-Quran tentu saja bukan tugas yang ringan. Karena itu, Zaid dibantu oleh
banyak sahabat untuk menyelesaikannya. Mereka berupaya mengumpulkan lembaran Al-
Quran yang tersebar di berbagai tempat dan media. Lembaran yang sudah terkumpul itu
diserahkan kepada Abu Bakar hingga wafat.
Selanjutnya, tugas tersebut dilanjutkan kembali oleh Umar bin Khattab sebagai khalifah
setelah Abu Bakar. Setelah Umar meninggal, lembaran Al-Quran yang sudah terkumpul
tersebut dijaga oleh istri Rasulullah, Hafshah binti Umar bin Khathtab.
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an itu diturunkan pada 17 Ramadhan, ketika Rasulullah sedangberkhalwat


di gua Hira. Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar kebaitul izzah dunia, lalu
diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama duapuluh tiga tahun. Adapun Al-
Qur’an itu ditulis kedalam mushaf-mushafdikarenakan dengan kekhawatiran sahabat
akan hilangnya Al-Qur’an. Karenasering terjadi peperang-an yang menghilangkan
nyawa para penghapal Al-Qur’an. Penulisannya terbagi menjadi dalam dua priode
yaitu priode Rasulullahdan priode para Khulafaur Rasyidin

.B. Saran

Jika terdapat suatu kesalahan di dalam makalah yang penulis buat ini,maka
penulis selaku pemakalah memohon ampun kepada Allah dan memintamaaf yang
sebesar-besarnya kepada para pembaca. Dan mudah-mudahanmakalah ini
bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya Amin!!.
13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Gema Risalah Press Banduung Jakarta
Barat
2.Dr. Muniron, DKK, Studi Islam STAIN jember Press : Jember. 2010
3.Drs. Atang ABD. Hakim, MA dan Dr. Jain Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung :
PT Remaja Pesdakarya, 2000.
Acep Lim Abdurrahman, ilmu tajwid lengkap
Ulumul quran , dan sains

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai