Anda di halaman 1dari 18

i

Teknik Leading (Pengarahan), Reflection of Feeling


(Refleksi Perasaan) dan Clarification (Klarifikasi)

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ketrampilan Dasar Konseling
Dosen pengampu
Drs. Suharso, M.Pd., Kons.
Muslikah, S.Pd, M.Pd.

Oleh
1. Dardaniela Yosi Wardani (1301418010)
2. Oka Frina Adi Pastimo (1301418025)
3. Raffael Juan Bilyardo A (1301418041)
4. Dita Kamila Rahmawati (1301418069)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “Evaluasi Bimbingan Konselin di
Sekolah Dasar”.Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memenuhi tugas mata
kuliah Ketrampilan Dasar Konseling..
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Ketrampilan Dasar Konseling yang telah mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain
itu, ucapan terimakasih juga saya tujukan kepada orang tua dan teman-teman yang
telah memberikan doa, dukungan serta bantuan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Pada penyajian makalah ini saya menyadari masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan perbaikan berupa kritik dan saran
yang membangun demi penyempurnaan masalah ini.
Demikianlah makalah ini saya susun dengan segala kelebihan dan
kekurangan.Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan dan memperluas wawasan pembaca.

Semarang, 26 Maret 2020

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1..............................................................................................Latar Belakang
.........................................................................................................1
1.2............................................................................................Rumusan Masalah
.........................................................................................................1
1.3.....................................................................................................Tujuan
.........................................................................................................1
1.4....................................................................................................Manfaat
.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Leading.............................................................................................. 2
2.2 Reflection of Feeling......................................................................... 5
2.3 Clarification....................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1..............................................................................................Kesimpulan
.....................................................................................................13
3.2...................................................................................................Saran
.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... iv
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika memahami Bimbingan dan Konseling, terdapat proses interaksi antara
konselor dengan klien baik secara langsung atau tidak langsung. Interaksi
tersebut diharapkan sebagai salah satu upaya membantu agar klien dapat
mengembangkan potensi dalam dirinya atau memecahkan masalah yang
sedang dialaminya secara mandiri. Hal tersebut tidak dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya pengetahuan serta keterampilan dalam konseling bagi
seorang konselor. Oleh karena itu diperlukan beberapa keterampilan yang
dapat dilakukan dalam proses bimbingan dan konseling antara lain, Teknik
Leading (Pengarahan), Reflection of Feeling (Refleksi Perasaan) dan
Clarification (Klarifikasi).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu hakekat mengenai Leading (Pengarahan) dalam proses konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan refleksi perasaan dalam proses konseling?
3. Apa yang dimaksud dengan klarifikasi dalam proses konseling?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hakekat mengenai Leading (Pengarahan) dalam proses
konseling.
2. Memahami tentang refleksi perasaan dalam proses konseling.
3. Memahami tentang klarifikasi dalam proses konseling.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis untuk menyelesaikan tugas matakuliah Keterampilan Dasar
Konseling serta mendapatkan nilai.
2. Bagi pembacan untuk mengetahui mengenai teknik leading, reflection of
feeling, clarification sebagai salah satu keterampilan dasar konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leading
2.1.1 Hakikat Leading
Lead adalah teknik atau keterampilan yang berupa ungkapan verbal
konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan
pembicaraan konseli pada alur pembicaraan yang dikehendaki menurut
proses dan isi bahasan konseling. Oleh karena dalam menggunakan teknik
lazim dengan menggunakan kata-kata pertanyaan atau permintaan, maka
sering disebut pula sebagai teknik bertanya (questioning).
Dalam keterampilan ini memiliki tujuan yaitu mendorong klien untuk
dapat merespon pembicaraan terutama pada ketika awal pembicaraan.
Selain itu ada beberapa tujuan dari lead antara lain:
a. Tergugahnya konseli memulai diskusi isu penting
b. Terhindarnya konseli dari bebera detail yang kurang relevan
c. Ditemukannya gagasan pembicaraan tertentu oleh konseli
d. Terfokusnya pembicaraan mennurut proses dan alur konseling
Komponen danVariasi
a. Kata permintaan,himbauan,atau kata tanya
b. Kata petunjuk bidang isu yang diharapkan (umum & khusus)
c. Kata penjelasan atau keterangan
Contoh: “Anda dapat menjelaskan perbuatan anda kepada ayah setelah
perdebatan anda dengannya?”
Kata-kata permintaan yang lazim dipakai :
a. Rasanya perlu anda uraikan ikhwal..
b. Menarik ungkapan lebih jauh mengenai..
c. Dapatkah anda dapat uraikan lebih detail..
Kata-katatanya yang lazim dipakai :

2
3

a. Apakah..?/denganapa…?
b. Kapan..?/Bilamana…?
c. Sejauhmana..?/Seberapa..?
d. Dimana…?/Kapan…?
e. Siapa…?/DenganSiapa…?
f. Bagaimana..?/Dalamkeadaanapa..?
g. Mengapa..?/Apasebab…?
2.1.2 Jenis-jenis Leading
1. Lead Umum
Lead umum adalah suatu teknik pertanyaan dimana dalam teknik
ini anak diberikan suatu kesempatan untuk dapat
memadukan/mengelaborasi, mengeksplorasi atau bahkan memberikan
jawaban sesuai keinginan mereka secara bebas. Lead umum juga dapat
diartikan sebagai pernyataan himbauan konselor agar konseli responnya
terfokus pada topik konseling.
Contoh : Anda boleh menceritakan ikhwal studi Adaa menurut
pengalaman Anda selama ini
2. Lead Khusus
Lead khusus adalah suatu teknik pengarahan atau pertanyaan
dimana klien memberikan suatu reaksi atau jawaban yang spesifik.
Dalam melakukan lead ada beberapa yang harus diperhatikan oleh
konselor yaitu:
a. Ketika awal pembicaraan, sebaiknya konselor menggunakan lead
umum daripada lead khusus. Hal ini dilakukan agar konseli
merasakan adanya kebebasan atau keluasaan dalam menyampaikan
sesuatu.
b. Dalam melakukan konseling, sebaiknya konselor menggunakan
variasi komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien, jangan
hanya terpaku pada teknik lead saja. Hal tersebut dilakukan agar
4

tidak terbentuk suasana konseling yang terkesan tanya jawab atau


bahkan menginterogasi klien. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
umum dan terbuka, tidak menuntut jawaban Ya atau Tidak lebih
bagus dan efektif digunakan untuk :Memulai interview,
Mendorong konseli menjajagi atau menemukan informasi,
Mengungkapkan contoh tingkah laku spesifik, perasaan, atau
pikiran konseli, dan Memotivasi konseli untuk berkomunikasi.
2.1.3 Silence
Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara
konselor dan klien dalam proses konseling. Dalam konseling, silence
memiliki beberapa tujuan yaitu memberikan kesempatan kepada klien agar
klien dapat beristirahat atau menenangakan pikiran dan perasaannya atau
bahkan memberikan kesempatan klien mereorganisasi kalimat yang akan
dikemukakan selanjutnya.
Tujuan dari silence yaitu :
1. Memberikan kesempatan kepada konseli untuk istirah atau
mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorganisasi kalimat
yang akan dikemukakan selanjutnya,
2. Mendorong konseli atau memotivasi konseli mencapai tujuan
konseling,
3. Teredakannya sejumlah perasaan atau emosi negative konseli atas
dampak peristiwa yang baru diungkapkannya.
Jenis-jenis silence yaitu :
1. Silence dari konselor
Contoh:
Konseli :“Pak,selama ini saya selalu bertanya-tanya pada diri
saya sendiri sebetulnya siapa yang bertanggung jawab atas kematian
ayah?”
5

Konselor :(diam untuk memberikan kesempatan kepada konseli


istirahat sejenak setelah menumpahkan perasaan-perasaannya berkaitan
dengan pertanyaan mengenai kematian ayahnya)
2. Silence dari konseli
Contoh :
Konseli :“Begini Pak, saya selalu menggunakan kebiasaan-
kebiasaan orangtua saya dalam mendidik anak-anaknya dengan keras,
sebetulnya saya tidak ingin menerapkannya kepada anak-anak saya
karena menurut saya itu terlalu menyakitkan, tapi saya tidak bias
mengendalikan emosi saya ketika anak saya melakukan sedikit
kesalahan,saya bingung………(konselidiam)”
Konselor :“………………………(diam beberapa saat untuk
memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengalami perasaan
perasaannya secara mendalam.
2.2 Reflection of Feeling
2.2.1 Pengertian Reflection of Feeling
Refelection of feeling (pemantulan perasaan) adalah teknik yang
digunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang terkandung di
balik pernyataan klien. Geldard & Geldard (2011: 81) mengemukakan
bahwa Refleksi perasaan adalah salah satu ketrampilan mikro yang paling
bermanfaat ketikam dipraktikan dengan benar dan pada saat yang tepat
selama proses konseling. Refleksi perasaan adalah merefleksikan kepada
klien ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien.
Dengan menggunakan keterampilan refleksi perasaan, konselor
menyampaikan kepada klien bahwa dia mencoba memahami bagaimana
perasaannya, agar memperkuat kebebasan klien dan mempercayai ekspresi
perasaannya sendiri. Refleksi yang baik tentang perasaan mencakup
pengenalan akan apa yang dikatakan dan bagaimana klien mengatakannya.
Refleksi ini menyangkut upaya mencapai isi dan mengeluarkan perasaan,
6

serta membaca apa yang sedang dikomunikasikan (Hutauruk dan Pibradi,


1984: 21).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
refleksi perasaan adalah teknik yang digunakan konselor untuknmenangkap
perasaan, pikiran, sikap, dan pengalaman klien kemudian merefleksikannya
kembali pada klien dengan bahasa konselor sendiri untuk memperkuat
kebebasan klien dan mempercayai ekspresi perasaannya klien.
2.2.2 Tujuan
Ada beberapa tujuan dari refleksi perasaan (Hariastuti dan Darminto,
2007: 42) antara lain yaitu:
a. Membantu klien memahami perasaanya.
b. Mendorong klien agar lebih banyak mengekspresikan perasaanya, baik
positif maupun negatif, tentang situasi, orang, atau hal-hal khusus
lainnya.
c. Membantu klien menata atau mengatur perasaan-perasaannya.
d. Memberitahukan pada klien bahwa konselor memahami perasaan klien
yang tidak suka atau marah kepada konselor, sehingga perasaan
tersebut dapat berkurang.
e. Membantu kien membedakan intensitas berbagai perasaan yang ada
dalam dirinya.
Latihan refleksi bertujuan untuk memberikan kemampuan dan
keterampilan kepada calon konselor agar dia dapat merefleksikan
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien melalui pengamatan perilaku
verbal dan nonverbal (Willis, 2009:184).
2.2.3 Manfaat
Manfaat dari teknik refleksi perasaan adalah:
a. Untuk menunjukkan pada klien bahwa kita berempati terhadapnya dan
memahami apa yang mereka rasakan.
7

b. Untuk merefleksikan kepada klien ekspresi – ekspresi emosional yang


terjadi dalam diri klien.
c. Untuk memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dibalik
pernyataan klien.
2.2.4 Aspek-aspek
Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan adalah:
a. Mengamati  perilaku klien, pengamatan ini terutama ditujukan pada
postur tubuh dan ekspresi wajah klien.
b. Mendengarkan dengan baik, penekanannya pada usaha mendengarkan
dengan cermat intonasi suara klien dan kata-kata yang diucapkan.
c. Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien, tindakan ini
dimaksudkan untuk memahami dan menangkap isi pembicaraan klien.
d. Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
e. Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami klien.
f. Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien.
g. Mengecek kembali perasaan klien.
2.2.5 Bentuk
Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan, seperti
agaknya, sepertinya, tampaknya, rupa-rupanya, kedengarannya, nada-
nadanya, dsb.
2.2.6 Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Hindari stereotip
b. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien.
c. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan/sikap klien
secara tepat.
d. Sesuaikan bahasa yang digunakan dengan kondisi klien.
2.2.7 Cara penggunaan teknik refleksi perasaan
Cormier & Cormier dalam Hariastuti & Darminto (2009:42)
mengemukakan enam langkah dalam membuat refleksi perasaan, yaitu:
8

a. Dengarkan kata-kata yang digunakan klien untuk menyatakan


perasaan-perasaannya, atau kata-kata afektif dalam pesan atau
pernyataan klien.
b. Perhatikan tingkah laku nonverbal klien ketika ia mengemukakan
pernyataan/pesan-peasan secara verbal. Sering kali perilaku nonverbal
menjadi petunjuk yang lebih sesuai dengan emosi klien karena
perilaku nonverbal lebih sulit dikontrol dibandingkan dengan kata-
kata.
c. Menyatakan kembali perasaan-perasaan klien dengan menggunakan
kata-kata yang berbeda dari yang diucapkan klien.
d. Mengemukakan pernyataan refleksi dengan awalan kata yang sesuai
dengan petunjuk dari klien, apakah disampaikan secara visual, auditori
atau kinestetik.
e. Menambahkan konteks atau situasi dimana perasaan itu muncul.
f. Memeriksa keefektifan refleksi berdasarkan respon klien terhadap
pernyataan refleksi yang disampaikan konselor
2.2.8 Contoh
a. Contoh Pertama
Klien : “Pak, saya sudah belajar dengan giat sebelum
menghadapi UNC, tetapi nilai yang saya terima jauh di bawah yang
saya harapkan“.
Konselor : “ Sepertinya Anda merasa kecewa terhadap nilai UNC
yang Anda terima “.
b. Contoh Kedua
Konseli : “Saya dihadapkan dengan 2 pilihan yang sulit Pak.
Disatu sisi, saya  ingin melanjutkan kuliah di fakultas kesehatan, tetapi
disisi lain orang tua saya menghendaki saya melanjutkan ke fakultas
pendidikan Pak. Mereka ingin saya menjadi guru Pak.
9

Konselor   : “Emmm...iya...iya. namapaknya sekarang ini Mbak


sedang bingung ya, harus memilih melanjutkan ke fakultas apa...”
Konseli      : “Iya Pak, benar sekali...”
c. Contoh Ketiga
Konseli : “(Berbicara dengan lambat serta intonasi yang
menurun). Saya selalu berharap bahwa ibu selalu memperhatikan saya.
Saya selalu meminta agar ibu dapat mengunjungi saya. Kemarin
adalah hari ulang tahun saya, dan ternyata dia tidak datang. Apakah
anda tahu bahwa ibu sudah tidak ingat dengan tanggal ulang tahun
saya. Saat ini saya berpikir bahwa ibu sudah tidak memperhatikan saya
lagi.”
Konselor : “Kedengarannya anda sedang kecewa dengan sikap
ibu anda ya.”.
2.3 Clarification
2.3.1 Pengertian Clarification
Clarification adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan
kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar
(Supriyo dan Mulawarman, 2006: 25). Sedangkan menurut Fauzan Lutfi,
dkk (2008: 34) clarification atau penegasan pernyataan adalah pola respon
atau teknik menanggapi pembicaraan dengan cara memperjelas kata-kata
yang telah diucapkan konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti
pembicaraan yang dianggap penting.
Sekilas teknik clarification hampir sama dengan paraphrasing. Namun,
dalam clarification ini, konselor tidak hanya mengungkapkan kembali apa
yang telah diungkapkan konseli. Tetapi juga melakukan penegasan dan
penajaman sehingg wawancara konseling menjadi lebih jelas dan terarah.
Penajaman membantu konseli dalam menggali pernyataan-pernyataannya
dan makna yang melekat dalam kata-kata yang dipergunakannya. Hal ini
akan mengarahkan konseli untuk memahami lebih jauh pokok pembicaraan
10

itu dan memberikan keterbukaan yang lebih besar untuk menghadapi hal-
hal yang terkait dengan masalahnya (Yeo dalam Sugiharto & Mulawarman,
2007: 58)
Clarification merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling
yang berarti penegasan pernyataan. Clarification dilakukan oleh konselor
untuk menanggapi pembicaraan konseli dengan cara memperjelas kata-kata
yang telah diucapkan oleh konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti
pembicaraan yang dianggap penting (Fauzan, 2008:34)
Klarifikasi ialah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan
kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan
segar. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan: pada
dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, dan
sebagainya.
2.3.2 Tujuan
Menurut Sofyan Willis (2007: 198) tujuan clarification adalah agar
konseli dapat menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman)
dengan jelas, alasan yang logis, dan dapat mengilustrasikan perasaan
dengan cermat. Selain itu, clarification juga bertujuan menangkap pesan
konseli yang samar-samar (tidak jelas) atau meragukan, serta menyusun
kalimat yang menjernihkan pernyataan-pernyataan yang samar-samar,
tidak jelas, dan meragukan. Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk. (2008:
34) tujuan clarification adalah:
a) Konseli memperoleh balikan bahwa konselor memahaminya secara
Utuh.
b) Diperoleh kejelasan inti isi pembicaraan konseli
c) Konseli terbantu mendiskriminasikan perbuatan ataupun situasi
yang dihadapi
d) Mengarahkan pembicaraan lebih lanjut ke arah uraian situasi
ataupun perbuatan yang lebih luas dan dalam
11

2.3.3 Manfaat
Manfaat penggunaan teknik clarification ini adalah sebagai salah satu
upaya untuk memahami konseli secara lebih utuh. Dengan clarification,
konselor dapat memahami maksud yang ingin di sampaikan atau pesan-
pesan yang disampaikan konseli melalui pernyataan-pernyataannya.
Sehingga akan memperjelas dan mempermudah konselor mengarahkan
proses wawancara konseling.

2.3.4 Contoh
a. Contoh 1
Konseli : Saya harus bagaimana, “Ibu menginginkan saya putus
dengan pacar saya dan mencari pengganti yang sama-sama anak kuliah,
Bapak menghendaki saya untuk bertunangan dengan putra sahabat
dekatnya sewaktu SMA, saya sendiri lebih suka cowok pilihanku.
Konselor : Pada dasarnya anda berada dipersimpangan jalan.
(Arah pembicaraan Agar konseli mengungkap lebih jauh aspek-aspek
konflik pilihanya)
b. Contoh 2
Konseli : “Saya harus menjadi seperti apa, setiap langkah yang
saya lakukan selalu saja tidak disetujui ibu dan ayah, setiap saya mau
ini, harus begitu, saya benar- benar lelah harus mengikuti apa yang
mereka inginkan, seakan-akan aku seperti boneka saja”.
Konselor : “ Pada dasarnya anda kurang suka atas sikap orang tua
anda, yang suka mengatur-atur anda”
c. Contoh 3
Konseli : saya benar-benar bingung harus memilih si A atau si
B?
Konselor : anda bingung memilih A yang sangat baik dan
mencintai anda dengan tulus tapi anda tidak mencintainya, atau
12

bertahan dengan B yang sangat anda cintai meski B kerapkali


menyakiti hati anda, begitu?
d. Contoh 4
Konseli : “saya pernah meminjamkan buku catatan kuliah
konseling individual kepada andi, tetapi ia tidak mengembalikannya
lagi kepada saya Ee.. kemarin lusa adik andi, ari, mau pinjam buku
psikologi belajar kepada saya. Saya tidak memberinya pak. Dia kan
adik andi, sudah tentu dia juga tidak akan mengembalikan buku yang
dipinjamnya itu pada saya.”
Konselor : “dengan kata lain, anda menyamakan ari dengan
andi”.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Lead adalah teknik atau keterampilan yang berupa ungkapan verbal
konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan pembicaraan
konseli pada alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi
bahasan konseling.
Refleksi perasaan adalah salah satu ketrampilan mikro yang paling
bermanfaat ketikam dipraktikan dengan benar dan pada saat yang tepat selama
proses konseling. Refleksi perasaan adalah merefleksikan kepada klien
ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien.
Clarification adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan
kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar
dengan mengambil inti pembicaraan klien yang dianggap penting. hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas dari pernyataan klien, supaya klien dapat
menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman) dengan jelas, alasan
yang logis, dan dapat mengilustrasikan perasaan dengan cermat. Dan supaya
konselor tidak salah tangkap apa yang telah diungkapkan klien.
1.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran agar seorang
konselor dapat menguasi Teknik-tekin ketrampulan dasar konseling seperti
Teknik leading, reflection of feeling dan clarification agar konseling berjalan
dengan lancar.

13
iv

DAFTAR PUSTAKA
Himsonadi. 2019. Keterampilan Komunikasi Hiptonic Konseling. Jurnal al-Tazkiah.
Vol.8. No. 1.
Kusmaryani, Rosita Endang. 2010. Penguasaan Keterampilan Konseling Guru
Pembimbing di Yogyakarta. Jurnal Pendidikan. Vol. 40. No. 2.
Rahmi, Siti dan Suriata. 2019. Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap
Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Pada Mata Kuliah Mikro
Konseling. Indonesia Journal of Learning Education and Counseling. Vol. 1.
No. 2.
Fauzan, Lutfi dkk. 2008. Teknik-teknik Komunikasi Untuk Konselor. UM : UPTBK
http://himcyoo.wordpress.com/2011/02/18/latihan-keterampilan-dasar
konseling/Diakses 16 November 2013
Sugiharto, DYP & Mulawarman.2007.Buku Ajar Psikologi Konseling.Semarang :
Jurusan bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
Supriyo dan Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang : UNNES
PRESS

Anda mungkin juga menyukai