Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM PENGGUNAAN HURUF”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sulastriningsih Djimingin, M. Hum

Oleh :

Ririn Indriani Safitri

230101501023

Pemeriksa :

Nuzul Qur’ani

230101501040

KELAS A12
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat

waktu.

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk

menyelesaikan tugas dari dosen Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk memperluas wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai

perkembangan Bahasa Indonesia di Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Sulastriningsih

Djumingin, M.Hum selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah

memberikan tugas sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang

studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan membagi sebagian pengetahuan sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi membangun kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 19 September 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

1.4 Manfaat......................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................3

2.1 Pengertian...................................................................................................3

2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia................................................................3

2.3 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)................................5

BAB 3 PENUTUP................................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................15

3.2 Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

LAMPIRAN..........................................................................................................19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain

digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat

digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi

dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif

untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan

sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan

tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik

dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan

masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam

memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan

baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik

hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia

yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi

dalam ketatabahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar

dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi

tersebut dapat di sampaikan dan di pahami secara komprehensif dan terarah.

Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam

keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia

dapat digunakan secara baik dan benar.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD?

2. Bagaimana sejarah perkembangan EYD?

3. Bagaimana ruang lingkup EYD?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian EYD.

2. Untuk mengetahui sejarah EYD.

3. Untuk mengetahui Ruang lingkup EYD.

1.4 Manfaat

Ejaan yang disempurnakan membantu menjaga keseragaman dalam

penulisan, sehingga pesan atau dokumen yang Anda tulis akan lebih mudah

dipahami oleh pembaca.Dengan ejaan yang benar, Anda dapat menghindari

salah paham dalam komunikasi tertulis. Ini penting dalam situasi profesional,

akademik, dan pribadi.Penggunaan ejaan yang benar meningkatkan

kredibilitas Anda dalam tulisan, baik dalam dunia akademik, profesional,

maupun sosial.Mempelajari ejaan yang disempurnakan dapat membantu

Anda memahami aturan-aturan bahasa yang lebih dalam, yang kemudian

dapat diterapkan dalam penulisan yang lebih kompleks.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku

sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik

atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara

menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai

sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda

dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata sedangkan

ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah

pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi

keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan

bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang

mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi

oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang

ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira

bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.

2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua

puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan

3
tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami

perubahan sistem ejaan, yaitu :

1. Ejaan van Ophuysen

Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun

dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang

menjadi dasar bahasa Indonesia.

2. Ejaan Suwandi

Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang

menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947

sampai tahun 1972.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini

merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus

1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor :

57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan

keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat

terwujud dengan baik.

4
Perubahan pemakaian huruf

Ejaan Yang Ejaan Republik Ejaan Ophuysen

Disempurnakan (EYD) (Ejaan Soewandi) (1901-1947)

(mulai 16 Agustus 1972) 1947-1972

Khusu Chusus Choesoes

Jumat Djum’at Djoem’at

Yakni Jakni Ja’ni

dalam tiga ejaan bahasa indonesia

2.3 Ruang lingkup ejaan yang disempurnakan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2)

penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian

tanda baca.

1) Pemakaian Huruf

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak

menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang

digunakan sebanyak 26 buah.

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas

huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

5
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a A J j je S s es

B b be K k ka T t te

C c ce L l el U u u

D d de M m em V v ve

E e e N n en W w we

F f ef O o o X x eks

G g ge P p pe Y y ye

H h ha Q q ki Z z zet

I i i R r er

b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas

huruf a, e, i, o, dan u.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Vokal
Di awal Di Tengah Di akhir

a Api Padi lusa

e enak petak sore

i itu simpan murni

o oleh kota radio

6
u ulang bumi ibu

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri

atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf konsonan
Di awal Di Tengah Di akhir

b bahasa Sebut adab

c cakap kaca -

d dua ada abad

f fakir kafan maaf

g guna tiga balig

h hari saham tuah

j jalan manja mikraj

k kami paksa politik

l lekas alas kesal

m maka kami diam

n nama anak daun

7
p pasang apa siap

q Quran Furqan -

r raih bara putar

s sampai asli lemas

t tali mata rapat

v varia lava -

w wanita hawa -

x xenon - -

y yakin payung -

z zeni lazim juz

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan

dengan ai, au, dan oi.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Diftong
Di awal Di Tengah Di akhir

ai ain Syaitan pandai

au aula saudara harimau

8
oi - boikot amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang

melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing

melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan huruf Contoh pemakaian dalam kata

konsonan Di awal Di Tengah Di akhir

kh Khusus Akhir tarikh

ng ngilu bangun senang

ny nyata hanyut -

sy syarat isyarat arasy

2) Penulisan Huruf

Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan

EYD, yaitu (a) penulisan huruf besar, dan (b) penulisan huruf miring. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :

a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)

Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :

1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

9
 Dia menulis surat di kamar.

 Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

 Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.

 “Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.

3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan

dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.

Misalnya :

 Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.

 Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan,

keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

 Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.

 Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat

yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama

instansi, dan nama tempat.

Misalnya :

 Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.

 Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.

 Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.

10
 Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.

6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.

Misalnya :

 Nurhikmah

 Dewi Rasdiana Jufri

7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan

nama bahasa.

Misalnya :

 bangsa Indonesia

 suku Sunda

 bahasa Inggris

8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,

dan peristiwa sejarah.

Misalnya :

 tahun Hijriyah

 hari Jumat

 bulan Desember

 hari Lebaran

 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.

Misalnya :

 Laut Jawa

11
 Jazirah Arab

 Asia Tenggara

 Tanjung Harapan

10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,

lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi,

kecuali terdapat kata penghubung.

Misalnya :

 Republik Indonesia

 Majelis Permusyawaratan Rakyat

11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan

dan pengacuan.

Misalnya :

 Surat Saudara sudah saya terima.

 Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.

12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya :

 Surat Anda telah saya balas?

 Sudahkah Anda sholat?

13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat dan sapaan.

Misalnya :

 Dr. doktor

12
 S.H. sarjana hukum

14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang

sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

 Perserikatan Bangsa-Bangsa

 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul,

majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata

depan dan kata penghubung.

Misalnya :

 Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

 Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

b. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk :

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam

tulisan.

Misalnya :

 Buku Negarakertagama karangan Prapanca.

 Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.

 Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.

2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan

kelompok kata.

13
Misalnya :

 Huruf pertama kata abad adalah a.

 Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

 Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.

Misalnya :

 Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Pengertian EYD

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku

sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan

Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang

cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca

sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan

berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata;

sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar

masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.

2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami

perubahan sistem ejaan, yaitu :

a) Ejaan van Ophuysen

Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal

tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu

yang menjadi dasar bahasa Indonesia.

b) Ejaan Suwandi

15
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan

yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu

1947-1972.

c) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan

ini merupakan penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang

pernah berlaku di Indonesia.

3. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

a) Pemakaian Huruf

b) Penulisan Huruf

3.2 Saran
Mulailah dengan memahami aturan ejaan yang berlaku dalam bahasa

yang Anda gunakan. Ini termasuk penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan

aturan lainnya.Setelah menulis teks, selalu luangkan waktu untuk

memeriksanya. Perhatikan penggunaan huruf kapital pada awal kalimat,

nama tempat, nama orang, dan kata-kata khusus lainnya. Huruf kapital

biasanya digunakan pada awal kalimat, nama orang, nama tempat, judul,

dan akronim. Pastikan Anda menggunakannya sesuai dengan aturan

ini.Jangan menggunakan huruf kapital secara berlebihan. Hanya kata-kata

yang memang memerlukan huruf kapital yang harus diberi

penekanan.Pastikan akronim ditulis dengan huruf kapital semua atau hanya

huruf awal, sesuai dengan konvensi yang berlaku.Memahami perbedaan

antara huruf kapital dan huruf kecil sangat penting. Gunakan huruf kapital

16
hanya ketika sesuai aturan.Tanda baca seperti titik, koma, tanda tanya, dan

tanda seru juga mempengaruhi ejaan yang benar. Pastikan Anda

menggunakannya dengan benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugroho. 2005. PEMAHAMAN KEDUDUKAN DAN FUNGSI


BAHASA INDONESIA SEBAGAI DASAR JIWA NASIONALISME.
nugrohoagung329@yahoo.co.id

Dahri D., S.S., M.Hum.,Indrawan Dwisetya Suhendi, S.S., M.Hum. 2020.


BAHASA INDONESIA Akademik/halaman 2-4. Pusat MPK-LP3M Universitas
Mulawarman. Samarinda, Kalimantan timur

WARA MAYA PRABAWATI. 2014. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah


dan Bahasa Asing. http://warmayy.blogspot.com/2014/01/kedudukan-dan-fungsi-
bahasa-daerah-dan.html

18
LAMPIRAN

1. Apakah perubahan ejaan memiliki implikasi ekonomi, misalnya dalam

produksi literatur dan pendidikan?

Oleh Ferdy

Jawaban kelompok 2 oleh Sherlyana:

Perubahan ejaan bahasa Indonesia telah terjadi beberapa kali sepanjang

sejarah, seperti dari Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi. Namun, tidak

ditemukan informasi yang jelas mengenai implikasi ekonomi dari perubahan

ejaan bahasa Indonesia dalam produksi literatur dan pendidikan. Beberapa

sumber yang berkaitan dengan ekonomi dan pendidikan hanya membahas

topik-topik lain seperti pembangunan ekonomi, sejarah pendidikan Indonesia,

ekonomi syariah, industri kreatif, dan kamus istilah ekonomi. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa tidak ada informasi yang cukup untuk menjawab

pertanyaan mengenai implikasi ekonomi dari perubahan ejaan bahasa

Indonesia dalam produksi literatur dan pendidikan.

Jawaban individu:

Perubahan ejaan memiliki berbagai dampak, salah satunya adalah implikasi

ekonomi dalam produksi literatur dan pendidikan .Seperti saat tim penyunting

buku "10 tahun Koperasi (1930-1940)" karya R.M. Margono

Djojohadikusumo menerbitkan kembali buku tersebut seperti yang dituliskan

Opie (2015) karena adanya perubahan ejaan. Dimana hal ini berdampak

kepada biaya yang dikeluarkan untuk penyesuaian konten mereka dengan

19
ejaan yang baru. Ini dapat mencakup pembaharuan buku teks, revisi materi,

dan pergantian materi cetakan yang sudah ada yang pastinya memerlukan

biaya dalam prosesnya.

Sumber: Mijianti, Y. (2018, Februari). PENYEMPURNAAN EJAAN

BAHASA INDONESIA. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa &

Sastra Indonesia, Volume 3, No. 1, 115.

2. Bagaiman penggunaan huruf dalam EYD mempengaruhi pemahaman dan

penggunaan bahasa Indonesia khususnya terkait minat literasi kalangan

generasi muda?

Oleh Sultan Abdul Bimantara

Jawaban kelompok 3 oleh Rahmaniar Anindini:

Penggunaan huruf dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) memainkan

peran penting dalam pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia, terutama

terkait minat literasi kalangan generasi muda. salah satu pengaruhnya yaitu di

Konsistensi, EYD mengatur penggunaan huruf dalam bahasa Indonesia agar

konsisten dan lebih mudah dipahami. Aturan tersebut membantu

meminimalkan ambiguitas dan kesalahan interpretasi dalam membaca dan

menulis.

Jawaban individu:

Penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang tepat sesuai dengan EYD

(Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dapat mempengaruhi pemahaman

dan penggunaan bahasa Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda

yang tertarik pada literasi. Penelitian menunjukkan bahwa siswa sering

20
melakukan kesalahan dalam penggunaan huruf kapital dan tanda baca, hal ini

disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kurangnya latihan, serta

rendahnya motivasi belajar. Namun penggunaan media pembelajaran huruf

warna-warni terbukti memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar

menulis kalimat sederhana bahasa Indonesia. Penggunaan EYD yang tepat

dapat membantu dalam memahami bahasa dengan lebih mudah dan cepat,

karena EYD memberikan seperangkat aturan pengorganisasian alfabet, vokal,

konsonan, diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring, dan

huruf tebal. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan penggunaan huruf

kapital dan tanda baca yang tepat sesuai dengan EYD untuk meningkatkan

kualitas penulisan dan komunikasi dalam Bahasa Indonesia

Sumber: Roselin, M. R., Arafik, M., & Rini, T. A. (2022). Analisis

Kemampuan Siswa dalam Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca pada

Teks Narasi Bahasa Indonesia Kelas V SD Gugus 7 Kecamatan Sukun Kota

Malang. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, 2(2),

89-95.

3. Pada poin ke 12 huruf kapital tadi, telah dijelaskan bahwa huruf kapital tidak

digunakan pada nama suku, bahasa, dan aksara yang berupa bentuk dasar kata

turunan. Nah, bentuk dasar kata turunan itu seperti apa? mohon diberikan

contohnya!

Oleh Muthia Nadhifa Suwardi

Jawaban kelompok 2 oleh Syerlyana:

21
Kata turunan adalah kata yang terbentuk dari kata dasar dengan

menambahkan awalan, akhiran, atau kedua-duanya.

Contoh kata turunan:

a. Awalan: di-, ke-, me-, pe-, se-, ter-, dan lain-lain. Contoh: dikerjakan,

kebersihan, memperbaiki, perasaan, setibanya, terselesaikan, dan lain-

lain.

b. Akhiran: -an, -i, -kan, -lah, -nya, dan lain-lain. Contoh: perjodohan,

liberalis, dipertanggungjawabkan, hati-hati, kuda-kuda, dan lain-lain.

c. Campuran: imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang dibubuhkan

secara bersamaan pada sebuah kata. Contoh: kebersihan, perasaan,

peletakkan, dikerjakan, perjodohan, dan lain-lain.

d. Reduplikasi: pengulangan suatu kata sehingga menimbulkan makna baru.

Contoh: kura-kura, biri-biri, dan lain-lain.

Kata turunan memiliki ciri-ciri, fungsi, dan jenis. Ciri-ciri kata turunan adalah

memiliki hubungan dengan kata dasar, arti berbeda dari kata dasar, dan

terbentuk dari kata dasar dengan menambahkan awalan, akhiran, atau kedua-

duanya. Fungsi kata turunan adalah untuk memperluas kosa kata dan

memperkaya makna.

Jawaban individu:

Bentuk dasar kata turunan adalah kata yang menjadi dasar atau akar dari kata-

kata turunan yang terbentuk dari kata tersebut. Contohnya, kata "buku"

merupakan bentuk dasar dari kata-kata turunan seperti "membaca",

"pembaca", "bukuan", dan lain-lain. Bentuk dasar ini dapat diubah dengan

22
menambahkan afiks, seperti awalan (prefix) atau akhiran (suffix), atau dengan

mengulang kata tersebut (reduplikasi).

Sumber: Fauziyah, S. W., & Sofyan, A. N. (2018). Kemampuan Kosakata

(Kata Dasar Dan Turunan) Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Al-Haidar

Bandung. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(2), 351-360.

4. Di perkembangan ejaan dalam bahasa indonesia terdapat 6 ejaan, yg dimana 3

ejaan pernah diberlakukan yaitu ejaan van Ophuijsen, ejaan Republik, dan

EYD. Jelaskan apa alasan spesifik sehingga ketiga ejaan tersebut pernah di

berlakukan!

Oleh Nuzul Qurrani :

Jawaban kelompok 2 oleh Irawati :

Tiga ejaan yang diberlakukan dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Soewandi

atau Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan, dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

Berikut adalah alasan mengapa ketiga ejaan tersebut diberlakukan:

a. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947) diberlakukan karena pada

saat itu rakyat Indonesia sedang berjuang menentang kembalinya

penjajahan Belanda. Ejaan ini memancing reaksi yang muncul setelah

pemulihan kedaulatan (1949) dan kemudian melahirkan ide untuk

mengadakan perubahan ejaan lagi dengan berbagai pertimbangan

mengenai sejumlah kekurangan.

b. Ejaan Pembaharuan diberlakukan setelah Keputusan Kongres Bahasa

Indonesia III di Bandung (1954) yang menindaklanjuti gagasan

perubahan ejaan yang muncul dalam Kongres Bahasa Indonesia II di

23
Medan (1954). Ejaan ini disusun oleh sebuah panitia yang dipimpin

oleh Chaeruddin Djusman dan diberlakukan pada tahun 1972.

c. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) diberlakukan pada tahun 2015 setelah

diperkenalkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia. Latar belakang diresmikannya ejaan baru ini

adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga

pemakaian bahasa Indonesia semakin luas.

Dalam bahasa Indonesia, sistem ejaan harus dipilih secara tepat untuk

mengakomodasi penyaluran ide yang sesuai dengan karakter bangsa

Indonesia.

Jawaban individu:

Ejaan van Ophuijsen diberlakukan di Indonesia pada awal abad ke-20 karena

pengaruh kolonial Belanda yang mendominasi saat itu. Pada masa tersebut,

Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, dan bahasa Belanda adalah

bahasa resmi pemerintah kolonial. Ejaan van Ophuijsen, yang didasarkan

pada ejaan bahasa Belanda, dipandang sebagai alat untuk memperkuat

penggunaan bahasa Belanda di kalangan penduduk pribumi. Selain itu, ejaan

ini dirancang untuk memberikan konsistensi dalam penulisan dan pengucapan

kata-kata dalam bahasa Belanda yang digunakan di Indonesia, serta

memberikan kerangka kerja ejaan yang relatif konsisten untuk bahasa

Indonesia yang masih dalam tahap perkembangan sebagai bahasa nasional.

Ejaan Republik diberlakukan pada tanggal 17 Maret 1947 dengan tujuan

24
utama menghilangkan pengaruh kolonial Belanda yang telah lama

mendominasi Indonesia. Perubahan-perubahan ejaan yang terdapat dalam

Ejaan Republik, seperti penggantian huruf "oe" dengan "u," penghilangan

bunyi hamzah, dan penghilangan tanda trema, mencerminkan upaya untuk

memodernisasi dan menyederhanakan ejaan Bahasa Indonesia. Selain itu,

Ejaan Republik juga mengizinkan penggunaan angka dua untuk menandai

kata ulang, membuatnya lebih efisien dan mudah dipahami. Lebih dari

sekadar perubahan ejaan, pemberlakuan Ejaan Republik adalah simbol

penting dari upaya pemerintah Republik Indonesia dalam membangun

identitas nasional yang kuat dan merdeka. Ini menegaskan bahwa bahasa

Indonesia adalah bahasa yang mandiri dan sah sebagai bahasa nasional

Indonesia, memperkuat kedaulatan bahasa dan identitas nasional dalam

konteks kemerdekaan. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diberlakukan pada

17 Agustus 1972 dengan tujuan utama menyederhanakan ejaan Bahasa

Indonesia, mengikuti perkembangan bahasa dan ilmu pengetahuan, serta

memperbarui aturan ejaan. Beberapa perubahan penting dalam EYD

mencakup pengakuan penggunaan huruf f, v, dan z dari bahasa asing,

mempertahankan huruf q dan x dalam ilmu pengetahuan, serta membedakan

penggunaan di- sebagai awalan dan kata depan. Selain itu, EYD

menghilangkan penggunaan angka dua sebagai penanda perulangan dalam

kata ulang. Hal ini bertujuan untuk menjadikan ejaan Bahasa Indonesia lebih

konsisten, mudah dimengerti, dan sesuai dengan perkembangan bahasa.

25
Sumber: Sudaryanto. (2018). Halaman 6-13. TIGA FASE

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (1928—2009). AKSIS Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 1, 2580-9040.

5. Seperti yang kita ketahui bahwa kata "Anda" huruf awalnya ditulis dengan

huruf kapital. Pertanyaan saya, mengapa kata Anda ditulis dengan huruf

kapital sedangkan kata "kau/engkau" tidak perlu diawali dengan huruf

kapital? Padahal keduanya memiliki makna yang sama.

Oleh Aura Ramadhani Asri

Jawaban kelompok 2 oleh Irawati:

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), kata "Anda"

harus selalu dimulai dengan huruf kapital, meskipun di tengah atau akhir

kalimat. Hal ini karena "Anda" sering digunakan sebagai kata pengganti

"kau" dalam bentuk penghormatan. Sedangkan kata "kamu" digunakan dalam

ragam percakapan non formal, maka huruf pertama tidak dengan huruf

kapital. Kata ganti orang ditulis dengan huruf kecil kecuali jika diletakkan di

awal kalimat. Hanya kata "Anda" diawali dengan huruf kapital/besar, meski

tidak di awal kalimat. Kata ganti engkau merupakan kata ganti orang kedua,

yaitu orang yang diajak berbicara. Kata ganti engkau sering ditemukan dalam

lirik lagu dan karya sastra. Selain itu, kata ganti engkau juga kerap digunakan

ketika berdoa kepada Tuhan. Kata ganti engkau yang ditujukan untuk

manusia tidak menggunakan huruf kapital di awal kata. Akan tetapi, kata

ganti engkau yang ditujukan untuk Tuhan, harus menggunakan huruf kapital

di awal kata.

26
Jawaban individu: Penggunaan huruf kapital dalam bahasa Indonesia diatur

dengan kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Menurut aturan tersebut,

kata “Anda” menggunakan huruf kapital karena merupakan kata ganti formal

yang digunakan untuk menyapa seseorang dengan hormat, sedangkan

“kau/engkau” tidak menggunakan huruf kapital karena merupakan kata ganti

yang lebih informal yang digunakan untuk memanggil seseorang yang akrab.

Sumber: Mulawarman. 2018. KATA GANTI ORANG (PRONOMINA

PERSONA) DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB

(SUATU ANALISIS KONTRASTIF).

6. Ada 3 ejaan yg belum diresmikan, jelaskan secara detail mengapa tidak

diresmikan?

Oleh Mustainah

Jawaban kelompok 2 oleh Arinda Aulya:

Ada tiga Ejaan yang gagal untuk diresmikan diantaranya Ejaan Melindo

(1959) Ejaan pembaruan (1957), dan Ejaan LBK (1966) alasan utama gagal

nya di resmikan Ejaan tersebut karena ada nya beberapa konflik atau

permasalahan yang terjadi pada saat itu. Seperti saja gagal nya ejaan

pembaruan disebabkan karena adanya beberapa huruf baru yang tidak

praktis, yang dapat mempengaruhi perkembangan ejaan bahasa Indonesia

kedepannya, sedangakan gagal nya Ejaan malindo disebab kan adanya

Konfrontasi (konflik) antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun

kemudian. Dan LBK merupakan penganti melindo sehingga gagal untuk

diresmikan.

27
Jawaban individu:

Alasan ketiga penulisan di atas tidak diresmikan adalah karena dianggap tidak

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sebenarnya dan terlalu banyak

mengandung unsur bahasa Belanda. Pemerintah Indonesia kemudian

membuat Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada tahun 1972

sebagai pedoman resmi dalam penulisan ejaan bahasa Indonesia.

Sumber: Syahputra, E., & Alvindi, A. (2022). Berlakunya Perubahan Ejaan

yang disempurnakan (EYD) menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI). Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1),

160-166.

7. Mengapa dalam perkembangan ejaan yang disempurnakan mengalami banyak

perubahan dan revisi?

Oleh Nurrahma Sahlan

Jawaban oleh kelompok 2 oleh Irawati:

Ejaan bahasa Indonesia telah banyak mengalami perubahan dan revisi seiring

berjalannya waktu. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1946, ejaan bahasa

Indonesia mengalami dua kali revisi, yaitu Ejaan Republik pada tahun 1947

dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 1972. EYD merupakan

pedoman ejaan yang digunakan sejak tahun 1972, namun digantikan oleh

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada tanggal 26

November 2015. Alasan perubahan EYD menjadi PUEBI karena kemajuan

teknologi dan perlunya penguatan fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.

PUEBI merupakan jawaban yang lebih komprehensif terhadap kemajuan

28
bahasa Indonesia di tanah air, meliputi penggunaan huruf, kata, tanda baca,

dan kata serapan. Pedoman ejaan di Indonesia telah banyak mengalami

perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu, hal ini disebabkan adanya

kebutuhan untuk menyempurnakan bahasa dan mengikuti perkembangan

zaman.

Jawaban individu:

Ejaan dalam bahasa Indonesia perlu disempurnakan untu memantapkan

fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan. Perubahan ejaan yang

terjadi tidak mengubah keseluruhan isi dari EYD. Latar belakang yang

membelakangi terjadinya perubahan dalam pedoman EYD menjadi PUEBI

adalah karena adanya kemajuan teknologi dan pendidikan seiring dengan

kemajuan zaman dan untuk memantapkan fungsi dari bahasa Indonesia itu

sendiri. Atas dasar itu, PUEBI dihadirkan sebagai wujud kemajuan bahasa

Indonesia yang lebih lengkap. Perubahan isi yang termuat dalam PUEBI

adalah penggunaan huruf, pengunaan kata, penggunaan tanda baca, serta

penggunaan kata serapan.

Sumber: Syahputra, E., & Alvindi, A. (2022). Berlakunya Perubahan Ejaan

yang disempurnakan (EYD) menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI). Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1),

160-166.

8. Menurut kalian apakah kedepannya bahasa Indonesia bisa mengalami

kembali perubahan dalam ejaannya serta apabila bisa berubah apa dampak

29
yang bisa positif ataupun negatif jika hal ini terjadi serta bagaimana cara kita

sebagai penerus generasi bangsa menghadapi masalah tersebut?

Oleh Fathur Rahim

Jawaban kelompok 2 oleh Arinda Aulya:

Perubahan dalam ejaan bahasa Indonesia di masa depan dapat terjadi, dan

dampak yang akan terjadi positif: kita akan lebih banyak mengetahui kosa

kata atau penulisan bahasa baru dan menambah wawasan kita tentang Ejaan.

Dampak negatifnya yaitu: sebagian dari warga negara akan kesusahan untuk

ber adaptasi dengan penggunaan bahasa yang baru dan memerlukan waktu

lama untuk betul-betul mendalaminya. Sebagai penerus generasi bangsa, kita

dapat mengatasi masalah tersebut dengan cara:

a. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa Indonesia,

b. Meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.

c. Menghindari penggunaan bahasa gaul.

Jawaban individu:

Bahasa Indonesia dapat mengalami perkembangan dan perubahan yang

mungkin berdampak positif dan negatif. Jika terjadi perubahan dalam ejaan

bahasa Indonesia, dampak positif dan negatifnya adalah sebagai berikut:

Dampak Positif:

a. Memperbaharui bahasa Indonesia agar tetap sesuai dengan

perkembangan zaman.

b. Meningkatkan kreativitas dalam penggunaan bahasa Indonesia.

c. Memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

30
d. Memudahkan orang asing untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Dampak Negatif:

a. Menimbulkan kesulitan bagi orang yang sudah terbiasa dengan ejaan

lama.

b. Menurunkan kualitas bahasa Indonesia karena penggunaan ejaan yang

tidak baku.

c. Menurunkan rasa nasionalisme karena pengaruh budaya asing.

d. Menyebabkan kesulitan dalam memahami dokumen-dokumen lama

yang menggunakan ejaan lama.

Untuk menghadapi masalah ini, upaya yang dapat dilakukan adalah:

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan

ejaan yang baku.

b. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan tentang ejaan yang baru.

c. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan ejaan yang baku.

d. Mendorong penggunaan kamus dan tata bahasa yang baku.

e. Menyediakan sumber belajar yang memadai untuk mempelajari ejaan

yang baru.

Sumber: Saragih, D. K. (2022). Dampak Perkembangan Bahasa Asing

terhadap Bahasa Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Tambusai,

6(1), 2569-2577.

9. Berikan contoh lain dari gabungan huruf vokal monoftog dan bagaimana

pelafalannya?

Oleh Karolina Perada

31
Jawaban kelompok 2 oleh Sherlyana:

Untuk saat ini, ada 3 jenis monoftong, yaitu:

a. Gabungan AI, dibaca E

b. Gabungan AU, dibaca O

c. Gabungan EU, dibaca E

Lebih spesifiknya lagi, ada 7 daftar kata dalam KBBI yang menggunakan

aturan ini, yaitu:

Ramai, dibaca rame

Petai, dibaca pete

Satai, dibaca sate

Capai, dibaca cape

Cabai, dibaca cabe

Gulai, dibaca gule.

Jawaban individu:

Contoh dari gabungan huruf vokal monoftong adalah "ai" dalam kata "rain"

atau "ei" dalam kata "eight". Pelafalan "ai" dalam kata "rain" adalah dengan

mengucapkan "r" dan "ai" secara bersamaan, sedangkan pelafalan "ei" dalam

kata "eight" adalah dengan mengucapkan "e" dan "i" secara bersamaan.

Sumber: Lastaria, L., & Usop, D. S. (2019). Kemampuan Anak Usia 3 Tahun

Memperoleh Bunyi Vokal Dan Konsonan Dalam Bahasa Dayak Ngaju: The

Ability Of Children Aged 3 Years In Obtaining Vowel And Consonants

Sound In The Language Of Dayak Ngaju. Tunas: Jurnal Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, 5(1), 14-21.

32
10. Apa yang menjadi dasar pertimbangan yang digunakan sehingga ejaan harus

disempurnakan?

Oleh Sriyuliana Nasir

Jawaban dari kelompok 2 oleh Arinda Auliya:

Pertimbangan yang digunakan untuk menyempurnakan ejaan adalah

berdasarkan keinginan untuk menyusun konsep aspek-aspek kebahasaan demi

memperjelas makna dan memudahkan pemahaman. Selain itu, ejaan

Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan karena dianggap perlu

untuk penyempurnaan konsep ejaan itu sendiri. Pemberlakuan ejaan di

Indonesia sudah dilakukan sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20,

namun masih banyak hal yang belum sempurna sesuai tujuan.

Jawaban individu:

Sebagaimana yang temuat dalam Surat Keputusan Presiden no. 57 tanggal 16

Agustus 1972 pengertian ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah ejaan

dalam penulisan kata-kata/kalimat dalam Bahasa Indonesia. EYD adalah

aturan dasar atau pedoman ejaan dalam bahasa

Indonesia yang pernah digunakan di Indonesia. Sebelum menggunakan EYD,

negara kita sempat menggunakan berbagai pedoman ejaan salah satunya

adalah ejaan Suwandi. Sejak diberlakukannya EYD ada

beberapa penulisan huruf dalam ejaan Suwandi yang diubah seperti:

 J menjadi Y

 Dj menjadi j

 Nj menjadi ‘Ny

33
 Ch menjadi Kh

 Tj menjadi C

 Sj menjadi Sy

Ejaan tidak hanya digunakan untuk menulis suatu kata/kalimat dengan benar

tetapi juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan bahasa

Indonesia. Adanya fungsi ejaan yaitu:

 Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa.

 Pemilihan kosa kata serta istilah menjadi lebih baku.

 Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga tidak

menghilangkan makna aslinya.

 Membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan mudah, karena

penulisan bahasa yang teratur.

Dalam ejaan, terdapat beberapa aturan yang digunakan dalam mengatur huruf

abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan,

huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal.

Sumber: Edi Syahputra, Alvindi (2022), Halaman 160-166.Berlakunya

Perubahan Ejaan yang disempurnakan (EYD) menjadi Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia.Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2721-7957.

11. Apakah ada aturan dalam penggunaan menggunakan huruf miring?

Oleh Nufadillah

Jawaban dari kelompok 2 oleh Arinda Auliya:

Huruf miring digunakan untuk beberapa keperluan dalam penulisan, seperti

menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip

34
dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Selain itu, huruf miring juga

digunakan untuk huruf, kata, bagian kata, atau kelompok kata dalam sebuah

kalimat. Namun, nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi,

dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.

Jawaban individu:

a. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul

album lagu, judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama

media massa yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

b. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,

bagian kata, kata atau kelompok kata dalam kalimat.

c. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam

bahasa daerah atau bahasa asing.

Sumber : Sugiarto, Eko. (2023). Kitab EYD Edisi V Terlengkap & Terbaru.

Yogyakarta: Andi Anggota IKAPI.

12. Apakah ejaan van Ophuysen ini masih bisa digunakan dijaman sekarang atau

tidak, mohon penjelasannya

Oleh Anggun Nuraisy Shagly

Jawaban kelompok 2 oleh Arinda Auliya:

Ejaan van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah

digunakan untuk bahasa Melayu dan kemudian bahasa Indonesia pada zaman

kolonialisme. Ejaan ini disusun oleh Charles van Ophuijsen bersama Nawawi

Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim pada tahun 1896. Ejaan ini

bertujuan untuk menyeragamkan ejaan bahasa Melayu yang digunakan di

35
Indonesia. Ejaan Van Ophuijsen resmi diakui oleh pemerintah kolonial pada

tahun 1901. Ejaan ini digunakan hingga tahun 1947, ketika digantikan oleh

ejaan Republik untuk bahasa Indonesia. Saat ini, Ejaan van Ophuijsen tidak

lagi digunakan sebagai pedoman ejaan bahasa Indonesia karena saat ini telah

ada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang telah diremikan di Negara

Indonesia yang harus digunakan dengan sebaik-baiknya.

Jawaban individu:

Berdasarkan konsep Ch. A. van Ophuysen tersebut akhirnya pada 1901 oleh

Pemerintah Hindia Belanda diterapkan berlakunya ejaan bahasa Melayu

dengan huruf Latin dan diberi nama sesuai dengan nama penciptanya, yakni

Ejaan Ch. A. van Ophuysen. Ejaan tersebut berlaku juga sampai saat

diproklamasikannya bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia pada 28

Oktober 1928, bahkan berlaku pada zaman pendudukan Jepang dan berakhir

pada zaman Republik pada 1947. Ejaan Ch. A. van Ophuysen betapa pun

kurang sempurnanya, namun tidak dapat disangkal bahwa sistem itu telah

memberikan jasa-jasanya dalam mempersatukan bahasa Indonesia serta

ejaannya.

Sumber: Andrian, S. N. (2020, December). Bahasa Indonesia dalam Sejarah,

Kebijakan, dan Kuasa. In Seminar Nasional Literasi (No. 5, pp. 785-799).

36

Anda mungkin juga menyukai