Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh:
Habil al hakam(23010224)
Imam nurholis(23010225)
Ripal(23010238)
CIAMIS
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
kuliah bahasa indonesia yang membahas tentang ejaan Bahasa Indonesia dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan sumber-sumber yang berkaitan dengan judul
makalah, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan bahasa Indonesia .
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
secara materi maupun penyampaiannya. Penulis juga menerima kritik serta saran agar dapat
membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya, terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Bahasa adalah salah satu aspek kultur dan identitas suatu bangsa. Ejaan merupakan bagian
integral dari bahasa yang berperan penting dalam menjaga konsistensi, memfasilitasi
komunikasi, dan merekam sejarah suatu negara. Ejaan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa
nasional Indonesia, telah mengalami sejumlah perubahan seiring berjalannya waktu.
Pemahaman mendalam tentang ejaan Bahasa Indonesia menjadi penting karena berdampak
pada pemahaman, komunikasi, dan penggunaan bahasa ini dalam berbagai bidang kehidupan.
Makalah ini akan mengulas perkembangan sejarah ejaan Bahasa Indonesia dari masa kolonial
hingga zaman kemerdekaan, serta aturan-aturan penting yang mengatur ejaan Bahasa
Indonesia saat ini. Pengetahuan tentang sejarah ejaan ini akan membantu kita memahami
proses transformasi bahasa dalam konteks budaya dan politik, serta menghargai upaya-upaya
yang telah dilakukan untuk menjaga dan menyempurnakan bahasa nasional ini.
Melalui pembahasan ini, diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
dalam tentang pentingnya ejaan dalam penggunaan Bahasa Indonesia sehari-hari, serta
menggugah apresiasi terhadap peran bahasa sebagai alat komunikasi dan identitas nasional.
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH EJAAN BAHSA INDONESIA
Ejaan Bahasa Indonesia adalah seperangkat aturan penulisan kata bahasa Indonesia
dengan menggunakan abjad latin. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia telah mengalami
beberapa kali perubahan sejak awal berdirinya. Berikut rangkuman sejarah Ejaan Bahasa
Indonesia berdasarkan hasil pencarian:
1. Ejaan van Ophuijsen adalah seperangkat aturan Ejaan Bahasa Indonesia pertama
yang digunakan pada tahun 1901 hingga 1948. Aturan ini dibuat oleh Charles
Adriaan van Ophuijsen, seorang ahli bahasa Belanda, yang dibantu oleh Engku
Nawawi Sutan Makmur dan Mochammad Taib Sutan Ibrahim, dua orang ahli.
dalam bahasa Melayu. Ejaannya menggunakan alfabet Latin dan sistem ejaan
bahasa Belanda, yang membuat pengucapan kata-kata Melayu dan Indonesia lebih
mudah dipahami oleh otoritas kolonial Belanda. Ejaan van Ophuijsen digunakan
selama 46 tahun dan digantikan oleh ejaan republik pada tahun 1948. Ejaan van
Ophuijsen dapat dilihat pada dokumen sejarah seperti teks proklamasi atau sumpah
pemuda.
2. Ejaan Soewandi, juga dikenal sebagai Ejaan Republik, adalah seperangkat aturan
Ejaan Bahasa Indonesia yang diterapkan pada tanggal 17 Maret 1947, dan
digunakan hingga tahun 1972. Aturan ini dibuat untuk menyederhanakan sistem
ejaan dan membuatnya lebih konsisten dengan penggunaan bahasa Indonesia
modern. Perubahan yang dilakukan pada Ejaan Soewandi antara lain sebagai
berikut:
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah seperangkat aturan Ejaan Bahasa
Indonesia yang diterapkan pada tahun 1972 dan digunakan hingga tahun 2015.
Aturan ini dibuat untuk menyederhanakan sistem ejaan dan membuatnya lebih
konsisten dengan penggunaan bahasa Indonesia modern. Perubahan yang
dilakukan pada EYD antara lain sebagai berikut:
4. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah seperangkat aturan
Ejaan Bahasa Indonesia yang diterapkan pada tahun 2015 dan saat ini masih
digunakan. Merupakan pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang benar dalam
menulis dan berbicara. PUEBI digunakan oleh instansi pemerintah, lembaga
swasta, dan masyarakat umum untuk menjamin konsistensi dan keakuratan
penggunaan bahasa Indonesia. PUEBI mencakup aspek-aspek bahasa Indonesia
sebagai berikut:
Ejaan kata-kata
Penggunaan tanda baca
Penggunaan huruf kapital
Penggunaan angka dan simbol
Penggunaan kata serapan dan kata asing
Penggunaan singkatan dan akronim
PUEBI menjadi referensi penting bagi siapa saja yang ingin menulis atau berbicara
bahasa Indonesia dengan benar dan efektif. Hal ini juga digunakan sebagai
panduan untuk pengembangan materi pendidikan dan kebijakan bahasa. PUEBI
tersedia dalam bentuk buku dan online, serta diperbarui secara berkala untuk
menyesuaikan dengan perubahan dalam bahasa Indonesia.
5. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) tahun 2022 merupakan
aturan kelima dan terkini untuk Ejaan Bahasa Indonesia. Aturan ini resmi
diterapkan pada 16 Agustus 2022, menggantikan aturan sebelumnya, Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).Perubahan pada EYD 2022 dilakukan
untuk menyederhanakan sistem ejaan dan membuatnya lebih konsisten dengan
penggunaan bahasa Indonesia modern. Perubahan tersebut juga dilakukan untuk
memudahkan orang mempelajari dan menggunakan bahasa tersebut. EYD 2022
saat ini merupakan aturan resmi Ejaan Bahasa Indonesia dan digunakan oleh
instansi pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat umum untuk memastikan
konsistensi dan keakuratan penggunaan bahasa Indonesia.
B. ATURAN EJAAN BAHASA INDONESIA
Aturan ejaan bahasa Indonesia adalah kaidah yang harus dipatuhi dalam menuliskan
kata/kalimat dengan benar, dengan memperhatikan penggunaan huruf serta tanda
baca.Aturan ejaan bahasa Indonesia mencakup beberapa aspek, seperti ejaan kata,
penggunaan tanda baca, penggunaan huruf kapital, penggunaan angka dan simbol,
penggunaan kata serapan dan kata asing, serta penggunaan singkatan dan akronim. Aturan
ejaan bahasa Indonesia sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dengan benar agar
tulisan atau ucapan kita dapat dipahami dengan mudah dan tidak menimbulkan
kesalahpahaman.Berikut aturan ejaan bahasa indonesia dari dulu sampai sekarang(EYD):
Ejaan van Ophuijsen adalah jenis ejaan yang pernah digunakan pada zaman
kolonialisme Belanda untuk menulis bahasa Melayu dan kemudian bahasa Indonesia.
Berikut adalah beberapa prinsip utama aturan ejaan van Ophuijsen:
Dalam aturan ini, bunyi /u/ dieja dengan menggunakan huruf "oe". Contohnya, kata
"kura-kura" dieja "koera-koera".
Bunyi /j/ dieja dengan menggunakan huruf "dj". Contohnya, kata "ajaib" dieja "adjajb".
Bunyi /y/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "hayat" dieja "hajat".
Bunyi /ch/ dieja dengan menggunakan huruf "tj". Contohnya, kata "cuci" dieja "tjoe-
tjie".
Bunyi /dʒ/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "aja" dieja "adja".
Bunyi /z/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "raja" dieja "radja".
Bunyi /kh/ dieja dengan menggunakan huruf "ch". Contohnya, kata "khusus" dieja
"khoesoeseu".
Aturan ejaan van Ophuijsen banyak mendapatkan kritik dan kontroversi, terutama karena
dianggap tidak konsisten dan sulit diterapkan secara praktis. Oleh karena itu, aturan
ejaan ini tidak lagi digunakan setelah tahun 1947, ketika aturan ejaan yang lebih
sederhana dan konsisten diperkenalkan.Aturan ejaan van Ophuijsen digunakan selama
masa penjajahan Belanda dan kemudian digantikan oleh aturan ejaan yang lebih
sederhana dan konsisten. Meskipun demikian, aturan ejaan van Ophuijsen masih dapat
ditemukan dalam beberapa dokumen sejarah, seperti teks Sumpah Pemuda.
ejaan Soewandi adalah sistem pengejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia pada
periode 1947 hingga 1972. Aturan ini dinamakan berdasarkan nama Dr. Soewandi,
seorang ahli bahasa Indonesia yang memimpin panitia penyusunan ejaan tersebut. Aturan
ejaan Soewandi bertujuan untuk menyederhanakan dan mengkonsistenkan sistem ejaan
bahasa Indonesia.
Berikut adalah beberapa prinsip utama aturan ejaan Soewandi:
1. Penggunaan "oe" untuk bunyi /u/
Bunyi /u/ dieja dengan menggunakan huruf "oe". Contohnya, kata "kura-kura" dieja
"koera-koera".
2. Penggunaan "j" untuk bunyi /y/
Bunyi /y/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "hayat" dieja "hajat".
3. Penggunaan "dj" untuk bunyi /j/
Bunyi /j/ dieja dengan menggunakan huruf "dj". Contohnya, kata "ajaib" dieja "adjajb".
4. Penggunaan "tj" untuk bunyi /ch/
Bunyi /ch/ dieja dengan menggunakan huruf "tj". Contohnya, kata "cuci" dieja "toesi".
5. Penggunaan "j" untuk bunyi /dʒ/
Bunyi /dʒ/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "aja" dieja "adja".
6. Penggunaan "j" untuk bunyi /z/
Bunyi /z/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "raja" dieja "radja".
7. Penggunaan "ch" untuk bunyi /kh/
Bunyi /kh/ dieja dengan menggunakan huruf "ch". Contohnya, kata "khusus" dieja
"khosoesh".
8. Penggunaan "j" untuk bunyi /dz/
Bunyi /dz/ dieja dengan menggunakan huruf "j". Contohnya, kata "adzan" dieja
"adjan".
Aturan ejaan Soewandi mengalami perubahan beberapa kali selama masa
penggunaannya. Pada tahun 1951, beberapa perubahan dilakukan, termasuk penggunaan
"j" untuk bunyi /y/ dan penggunaan "dj" untuk bunyi /j/. Pada tahun 1972, aturan ejaan
Soewandi digantikan oleh aturan ejaan yang lebih sederhana dan konsisten, yang dikenal
sebagai "Ejaan Yang Disempurnakan" atau EYD yang masih digunakan hingga saat ini.
Persamaan aturan ejaan van ophuijsen dengan ejaan soewandi
Meskipun Aturan Ejaan van Ophuijsen dan Aturan Ejaan Soewandi adalah dua sistem
ejaan yang berbeda dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa persamaan antara
keduanya. Berikut adalah beberapa persamaan yang dapat disoroti:
1. Penggunaan "oe" untuk bunyi /u/: Baik dalam Aturan Ejaan van Ophuijsen maupun
Aturan Ejaan Soewandi, bunyi /u/ dieja dengan menggunakan huruf "oe". Contohnya,
kata "kura-kura" dieja "koera-koera".
2. Penggunaan "j" untuk bunyi /y/: Kedua aturan tersebut menggunakan huruf "j" untuk
mewakili bunyi /y/. Contohnya, kata "hayat" dieja "hajat".
Namun, penting untuk dicatat bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kedua aturan
tersebut, seperti penggunaan huruf "dj" dalam Aturan Ejaan van Ophuijsen untuk
bunyi /j/ dan penggunaan "dj" dalam Aturan Ejaan Soewandi untuk bunyi /dʒ/. Selain
itu, terdapat perbedaan dalam penggunaan huruf-huruf lainnya untuk bunyi-bunyi
tertentu dalam kedua aturan tersebut.
Meskipun ada beberapa persamaan dalam penggunaan huruf-huruf tertentu, Aturan
Ejaan Soewandi secara keseluruhan memperkenalkan perubahan dan penyederhanaan
yang lebih signifikan dibandingkan Aturan Ejaan van Ophuijsen.
Aturan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972 adalah sistem
ejaan yang saat ini masih digunakan di Indonesia. Aturan ini menggantikan Aturan Ejaan
Soewandi yang digunakan sebelumnya. EYD 1972 bertujuan untuk menyederhanakan
ejaan, meningkatkan konsistensi, dan mengikuti perkembangan bahasa Indonesia.
Berikut adalah beberapa prinsip utama Aturan EYD tahun 1972:
1. Penggunaan "e" dan "o" dalam vokal terbuka
Dalam suku kata terbuka, vokal /ɛ/ dieja sebagai "e" (misalnya, "telur") dan /ɔ/ dieja
sebagai "o" (misalnya, "koper").
2. Penggunaan "u" dalam vokal tertutup
Dalam suku kata tertutup, vokal /ʊ/ dieja sebagai "u" (misalnya, "tulang") dan /i/ dieja
sebagai "i" (misalnya, "cinta").
3. Penggunaan "k" dalam kata berakhiran "-ik"
Kata-kata dengan akhiran "-ik" dieja dengan menggunakan "k" (misalnya, "musik",
"teknik").
4. Penggunaan "ng" dalam bunyi /ŋ/
Bunyi /ŋ/ (seperti dalam "mengapa", "mengungkap") dieja dengan menggunakan "ng".
5. Penggunaan "kh" untuk bunyi /x/
Bunyi /x/ (seperti dalam "khayalan", "khalayak") dieja dengan menggunakan "kh".
6. Penggunaan "sy" untuk bunyi /ʃ/
Bunyi /ʃ/ (seperti dalam "syarat", "sistem") dieja dengan menggunakan "sy".
7. Penggunaan "ai" untuk bunyi /ai/
Bunyi /ai/ (seperti dalam "kain", "raih") dieja dengan menggunakan "ai".
8. Penggunaan "au" untuk bunyi /au/
Bunyi /au/ (seperti dalam "raja", "rautan") dieja dengan menggunakan "au".
Selain prinsip-prinsip di atas, aturan EYD 1972 juga mengatur penggunaan tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan lain-lain.
Penting untuk dicatat bahwa aturan ini tidak bersifat tetap dan dapat mengalami
perubahan seiring perkembangan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, Pusat Bahasa yang
berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memiliki
otoritas dalam menetapkan dan memperbarui pedoman EYD.
Penting untuk dicatat bahwa aturan ejaan bahasa Indonesia dapat mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, selalu penting untuk merujuk pada sumber resmi,
seperti Pusat Bahasa, untuk memperoleh panduan terkini tentang pedoman ejaan bahasa
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ejaan Bahasa Indonesia adalah aspek penting dalam pemertahanan budaya,
komunikasi efektif, dan keseragaman dalam penulisan. Sejarahnya mencerminkan usaha
untuk menciptakan konsistensi dalam penulisan Bahasa Indonesia, dan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang digunakan saat ini adalah hasil dari upaya ini. Dalam
konteks zaman modern, isu-isu terkini seperti perubahan EYD, pengaruh bahasa asing,
dan digitalisasi menantang pemeliharaan ejaan yang benar. Namun, menjaga
keseimbangan antara tradisi dan kebutuhan zaman adalah kunci. Ejaan yang benar tetap
krusial dalam memastikan pesan disampaikan dengan jelas dan efektif dalam berbagai
konteks komunikasi. Demikianlah, ejaan Bahasa Indonesia memegang peranan penting
dalam keberlanjutan budaya dan komunikasi yang efisien.
DAFTAR PUSTAKA