Kelompok PANTUN
EYD tentang Penulisan kata dan Pembentukan Kata
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
Dosen : Bapak Asep Nursiwan, M. PD.”
Bismillahirrakhmanirrahim,
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenaan-Nya pula kami selaku
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpah pada nabi junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Di dalam penulisan makalah ini membahas tentang “EYD tentang Penulisan kata dan
Pembentukan Kata”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang senantiasa mendukung serta membantu dalam
penyelesaian makalah ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Bapak Asep Nursiwan, M. PD. selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2. Ayah serta ibunda tercinta yang selalu mendukung kami
3. Teman-teman seperjuangan dari Prodi PAI 1B yang selalu memberikan dukungan
moril kepada kami.
Penulis menyadari penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, penulis meminta saran serta kritik yang bersifat membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Penulisan ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Penulisan Kata
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Pembentukan Kata
1
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Penulisan Kata
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Pembentukan Kata
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
Apabila bentuk maha diikuti kata dasar (mengacu pada nama atau sifat Tuhan,
kecuali esa), maka ditulis serangkai. Contoh: Tuhan Yang Maha Esa memberikan
banyak nikmat
6. Gabungan kata
Unsur gabungan yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, dan di
tulis terpisah. Contoh: simpang lima, cendera mata, dan duta besar
Apabila terdapat gabungan kata yang bisa menimbulkan salah pengertian, kata
tersebut di tulis dengan memberikan tanda hubung (-). Contoh:
- Anak- istri kolonel (anak dan istri dari kolonel)
- Anak istri-kolonel (anak dari istri kolonel)
Apabila terdapat gabungan kata yang penulisannya terpisah, maka penulisannya
tetap terpisah jika mendapat awalan atau akhiran. Contoh: bertepuk tangan, garis
bawahi, dan sebar luaskan.
Apabila terdapat gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sealigus,
penulisannya serangkai. Contoh: diberitahukan, menggarisbawahi, dan
menyebarluaskan.
Gabungan kata yang sudah padu di tulis serangkai. Contoh: apalagi, bagaimana,
dan barangkali
7. Partikel
Partikel “lah” dan “kah” di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
- Ambillah kue yang ada di meja!
- Apakah yang kamu inginkan?
Partikel “pun” dilakukan secara terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun,
partikel “pun” unsur kata penghubung di tulis serangkai. Contoh: tidak diminta pun
ia akan tetap datang
Partikel “per” di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Namun, aturan ini
berlaku untuk “per” yang maknanya “demi”, “tiap”, dan “dimulai”. Contoh: para
tamu undangan masuk ke dalam ruanagan satu per satu
8. Kata sandang “si” dan “sang”
Di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Namun, jika ada unsur nama Tuhan
di tulis dengan huruf kapital. Contoh:
- Dongeng si kancil dan kura-kura
- Dia mempunyai gelar sang pemberontak
6
- Ia berpasrah diri pada Sang Pencipta
9. Singkatan dan Akronim
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan. Contoh: W.R. Supratman = Wage Rudolf
Supratman
Singkatan yang terdiri dari huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh: NKRI = Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata (bukan nama diri) ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh: PT = Perseroan Terbatas
Singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik. Contoh: hlm. =
halaman
Singkatan yang terdiri dari dua huruf (yang lazim dipakai dalam surat-menyurat)
masing-masing diikuti oleh tanda titik. Contoh: a.n. = atas nama
Penulisan lambang kimia, takaran, timbangan, singkatan satuan ukuran, serta mata
uang tidak diikuti tanda titik. Contoh: Ar = Arsen
Penulisan dengan huruf kapital pada bagian huruf awal setiap kata (tanpa tanda
titik) dilakukan pada akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata.
Contoh: BIN = Badan Intelijen Negara
Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Bulog = Badan Urusan
Logistik
Akronim bukan nama diri berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Contoh: pemilu = pemilihan umum
10. Kata Turunan
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kata Dasar Berimbuhan. Contoh:
berlibur dan sinari
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Istilah Asing atau Singkatan yang
diberi Imbuhan. Contoh: men-download dan di-PHK
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Gabungan Kata yang salah satunya
Berimbuhan Awalan atau Akhiran. Contoh: bekerja sama dan tanda tangani
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Gabungan Kata yang diberi
Imbuhan Konfiks. Contoh: Mempertanggungjawabkan dan digarisbawahi
7
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara Bentuk Kata
Terikat dengan Kata Dasar Biasa. Contoh: Adidaya dan Malfungsi
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara Bentuk Kata
Terikat dengan Kata Dasar Berhuruf Awal Kapital. Contoh: se-Indonesia dan pos-
Islamisme
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara
Kata “Maha” dengan Kata Berimbuhan. Contoh: maha pengasih dan maha
pengampun
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara
kata “Maha” dengan Kata Dasar Bersuku Kata Dua. Contoh: mahatinggi dan
mahasiswa
11. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi biasanya dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor. Contoh: Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan Angka Romawi: I, II, III,
IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄
(1.000.000)
Penulisan menggunakan huruf untuk bilangan dalam teks (yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata). Namun, ada pengecualian jika bilangan dipakai secara
berurutan seperti perincian. Contoh: Keluarga besarku menyaksikan film
dokumenter sampai lima kali
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Namun, jika bilangan pada awal
kalimat tidak bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimat diubah.
Contoh: Tiga belas kepala keluarga mendapatkan bantuan dari pemerintah. (benar)
13 kepala keluarga mendapatkan bantuan dari pemerintah. (salah)
Penulisan menggunakan huruf dapat diterapkan pada angka yang menunjukkan
bilangan besar. Tujuannya agar lebih mudah dibaca. Contoh: Masyarakat tidak
mampu mendapatkan bantuan 100 ribu rupiah
8
2.3 Pembentukan Kata
A. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah peristiwa pembentukan kata kompleks. Ada tiga
macam bagian proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1. Afiksasi adalah proses pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan
afiks pada bentuk dasar. Afiks ada empat, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan
konfiks.
Contoh afiks:
- di + pukul → dipukul
- makan + an → makanan
- ke + an + hujan → kehujanan
Jenis prefiks (awalan) antara lain: ber; se; me; ter; di; dll.
Contoh:
- ber + ajar → belajar
- me + baca → membaca
- ber + kerja → bekerja, dll
Jenis Sufiks (akhiran) antara lain: an; i; kan; nya.
Contoh:
- makan + an → makanan
- bau + nya → baunya
- guna + kan → gunakan
- warna + i → warnai
Jenis infiks (sisipan) antara lain: em; el; er, dll.
Contoh:
- gigi + er- → gerigi
- guruh + em- → gemuruh, dll
Jenis Konfiks (gabungan awalan dan akhiran) antara lain: ber-an; ke-an; me-
kan; dll.
Contoh:
- menemukan
- membangkikan
- pembangkitan
- bergesekan, dll.
9
2. Reduplikasi (Pengulangan) adalah proses pembentukan kata dengan mengulang
satuan bahasa baik secara keseluruhan maupun sebagian. Reduplikasi adalah
Proses pembentukan kata kompleks dengan cara pengulangan bentuk kata. Jenis
kata ulang ada lima, yaitu :
a. Kata ulang utuh/dwilingga adalah pengulangan seluruh bentuk dasar
Contoh: tamu-tamu, mobil-mobil, dll.
b. Kata ulang sebagian
Contoh: baca-membaca, tulis-menulis, buka-membuka, dll.
c. Kata ulang berimbuhan
Contoh: buah-buahan, rumah-rumahan, kebarat-baratan, dll.
d. Kata ulang berubah bunyi/dwilingga salin suara
Contoh: bolak-balik, sayur-mayur, mondar-mandir, dll.
e. Kata ulang dwipurwa adalah pengulangan sebagian atau seluruh suku awal
sebuah kata,
Contoh: tamu menjadi tetamu, laki menjadi lelaki, dll.
f. Kata ulang fonologis adalah pengulangan unsur fonologis seperti fonem, suku
kata, atau bagian kata yang tidak ditandai oleh perubahan makna.
Contoh: lelaki, pipi, kupu-kupu
a. Kata ulang idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak dapat
dijabarkan dari bentuk yang diulang.
Contoh: mata-mata artinya detektif, tidak ada hubungannya dengan mata
h. Kata ulang morfologis adalah pengulangan morfem yang menghasilkan kata.
Contoh: rumah-rumah, mengobar-ngobarkan
i. Kata ulang sintaksis adalah pengulangan morfem karena tuntutan kaidah
sintaksis, seperti pembentukan keterangan.
Contoh: jauh-jauh, didatanginya = walaupun jauh, didatanginya
3. Komposisi atau pemajemukan adalah penggabungan dua kata atau lebih dalam
membentuk kata. Penggabungan dua morfem bebas atau lebih membentuk kata
kompleks (kata majemuk). Ciri-ciri kata mejemuk, antara lain:
a. Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi
masing-masing unsurnya.
b. Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan baik secara morfologis maupun
secara sintaksis.
Contoh:
10
- kambing + hitam → kambing hitam
- rumah + sakit → rumah sakit
- kaki + tangan → kaki tangan
- orang + tua → orang tua
- kepala + batu → kepala batu
- mata + pelajaran → mata pelajaran, dll.
B. Nonmorfologis
Selain pembentukan kata secara morfologis, ada juga pembentukan kata secara
nonmorfologis. Pembentukan kata secara nonmorfologis dapat berupa abreviasi
ataupun perubahan bentuk kata.
1. Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau
kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah
pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut kependekan. Bentuk kependekan
dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa
secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti
cabang-cabang ilmu, kepanduan, dan angkatan bersenjata. Jenis jenis abreviasi
adalah sebagai berikut:
a. Singkatan dalam abreviasi yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:
- FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia),
- DKI (Daerah Khusus Ibukota), dan
- KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Maupun singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
- dll. (dan lain-lain),
- dgn. (dengan),
- dst. (dan seterusnya).
b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah satu bagian
dari kata, seperti:
- Prof. (Profesor)
- Bu (Ibu)
- Pak (Bapak)
c. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang
memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti:
11
- FKIP /fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
- ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
- AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe/, /i/
d. Kontraksi dalam abreviasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata
dasar atau gabungan kata, seperti:
- tak dari tidak
- sendratari dari seni drama dan tari
- berdikari dari berdiri di atas kaki sendiri
- rudal dari peluru kendali
e. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau
lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
- g (gram)
- cm (sentimeter), dan
- au (aurum)
2. Perubahan Bentuk Kata Proses pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata
dapat disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis. Macam-macam
perubahan bentuk kata sebagai berikut.
a. Asimilasi adalah perubahan bunyi konsonan akibat pengaruh konsonan yg
berdekatan.
- alsalam → asalam
- ad similatio → asimilasi
b. Disimilasi adalah proses yang mengakibatkan dua hal yang sama menjadi
tidak sama, misalnya pasangan bunyi r dan r dihindarkan dan menjadi l dan r,
seperti kata:
- berajar → belajar
- terantar → telantar
c. Diftongisasi adalah proses suatu monoftong yang berubah menjadi diftong.
- anggota → anggauta
- teladan → tauladan
d. Monoftongisasi adalah proses suatu diftong yang berubah menjadi
monoftong.
- pulau → pulo
- sungai → sunge
- danau → dano
12
e. Haplologi adalah penghilangan satu atau dua bunyi secara bersamaan yang
berurutan
- morfofonologi → morfonologi.
- Samanantara (Skt: sama + an + antara) → sementara
- budhidaya → budaya
- mahardika (Skt: maha + ardhika) → merdeka
f. Anaptiksis (suara bakti) adalah penyisipan vokal pendek di antara dua
konsonan atau lebih untuk menyederhanakan struktur suku kata.
- sloka → seloka
- glana → gelana, gulana
g. Metatesis adalah proses pergantian tempat bunyi (huruf) dalam sebuah kata,
- berantas → banteras;
- copot → pocot.
- padma → padam (merah padam = merah seperti padma: padma = lotus
merah)
- drohaka → durhaka
- prtyaya → percaya
- arca → reca
- banteras → berantas
h. Aferesis adalah proses penanggalan huruf awal atau suku awal kata.
- tirta amarta → tirta marta
- akan → kan
- adhyasa → jaksa
- upawasa → puasa
i. Sinkope adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah
tengah kata tersebut.
- tidak → tak
- domina → dona
- listuhaju → lituhayu
j. Apokop adalah proses hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata.
- pelangit → pelangi
- possesiva → posesif
k. Protesis adalah penambahan vokal atau konsonan pada awal kata, untuk
memudahkan melafalkannya.
13
- lang → elang
- mas → emas
- smara → asmara
- stri → istri
l. Epentesis adalah penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata, terutama kata
serapan, tanpa mengubah arti untuk menyesuaikan denga pola fonologis
bahasa peminjam
- akasa →angkasa gopala (Skt) → gembala
- jaladhi → jeladri racana (Skt) → rencana
m. Paragog adalahproses penambahan huruf atau bunyi pada akhir kata:
- hulubala → hulubalang ana → anak
- ina → inang kaka → kakak
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan
bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan
adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan
tanda baca.
Penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang mempertimbangkan unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
Pembentukan kata adalah proses mengolah leksem atau huruf yang menjadi kata.
Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk
dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.
3.2 Saran
Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah
agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.
15
DAFTAR PUSTAKA
ttps://dewisartikasebatik.wordpress.com/2016/01/03/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-
yang-disempurnakan-dan-pembentukan-kata/
https://www.slideshare.net/septianraha/makalah-pembentukan-kata-dan-kalimat
http://eprints.ums.ac.id/53524/3/BAB%20I.pdf
https://www.rijal09.com/2016/05/pembentukan-kata.html
http://wavekuliahonline.blogspot.com/2014/05/penulisan-kata.html
16