Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Kelompok PANTUN
EYD tentang Penulisan kata dan Pembentukan Kata
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
Dosen : Bapak Asep Nursiwan, M. PD.”

Disusun Oleh : Prodi PAI 1B

No. NIM Nama


1. 020.86208.012002 Ai Sri Handayani
2. 020.86208.012009 Annisa Azmi Fidini H
3. 020.86208.012043 Novi Nuryanti
4. 020.86208.012047 Resiani Regita Putri
5. 020.86208.012051 Risma Permata Sari

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI GARUT
Website: www.staisgarut.ac.id, email: staisiliwangigarut@gmail.com
Alamat: Jl. Raya Leles No. 117 Ds. Haruman Kec. Leles Kab. Garut Telp. 0262 (455000)
GARUT
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrakhmanirrahim,
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenaan-Nya pula kami selaku
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpah pada nabi junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Di dalam penulisan makalah ini membahas tentang “EYD tentang Penulisan kata dan
Pembentukan Kata”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang senantiasa mendukung serta membantu dalam
penyelesaian makalah ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Bapak Asep Nursiwan, M. PD. selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2. Ayah serta ibunda tercinta yang selalu mendukung kami
3. Teman-teman seperjuangan dari Prodi PAI 1B yang selalu memberikan dukungan
moril kepada kami.
Penulis menyadari penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, penulis meminta saran serta kritik yang bersifat membangun.

Leles, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
2.1 Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan .................................................................... 4
2.2 Penulisan Kata .......................................................................................................8
2.3 Pembentukan Kata ...............................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................16
3.2 Saran ....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan
bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan
adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan
tanda baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan
Republik atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya pada 16
Agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati
maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.
Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri
bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri
penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada tanda bunyi bebas
yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan
perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana EYD tentang Penulisan Kata?
2. Bagaimana EYD tentang Pembentukan Kata?

1.3. Tujuan
Penulisan ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Penulisan Kata
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Pembentukan Kata

1
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Penulisan Kata
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan EYD tentang Pembentukan Kata

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan


Sebelum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru
(Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah
dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari
panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil
merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu
bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No.062/67,
tanggal 19 September1967.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri
Pelajaran Malaysia, Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang
Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin
bagi bahasa Melayu (“Rumi” dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa
Indonesia.
Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama
(ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal
dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut
merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah
dibentuk pada tahun 1966.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan
serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak
dipakai sejak bulan Maret 1947.Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”
dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan
3
dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27
Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
1. Revisi 1987
Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang
Penyempurnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.
2. Revisi 2009
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan
menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

2.2 Penulisan Kata


1. Kata Dasar
Di tulis menjadi satu kesatuan. Contoh: pintu, air, dan rumah
2. Kata Ulang
Di tulis lengkap dengan tambahan kata penghubung. Contoh: kupu-kupu, paru-
paru, dan cumi-cumi
Apabila ada bentuk ulang gabungan kata, penulisannya dilakukan dengan
mengulang unsur pertama. Contoh:
- Kisah klasik: kisah-kisah klasik
- Kursi tua: kursi-kursi tua
- Bus malam cepat: bus-bus malam cepat
Apabila bentuk ulang yang memiliki huruf kapital, seperti nama lembaga,
dokumen, atau judul buku. Bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf
pertama tiap unsurnya. Contoh: pembicara mempresentasikan hasil penelitian
tentang “Aplikasi Asas-Asas Hukum Pidana”.
3. Kata Depan “di”, “dari”, dan “ke”
Di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
- Mereka berlarian di depan halaman
- Sinta pulang dari Pasar
- Ahmad pergi ke Bandung
4
Kecuali, di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata.
Contoh: kepada, daripada, keluar, kemari, dan kesampingkan
- Kami percaya sepenuhnya kepadanya
- Dia lebih tua daripada saya
- Dia masuk, lalu keluar lagi
- Bawa kemari gambar itu
- Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu
Kata “di” yang bertindak sebagai imbuhan, di tulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: dijual
Imbuhan “di” dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Contoh: di-PHK dan di-
upgrade
4. Kata Ganti “ku”, “kau”, “mu”, dan “nya”
Kata ganti “ku” dan “kau” di tulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
- Jus buah ini ku minum
- Buku ini boleh kau baca
- Pensilmu dipinjam Nisa
- Rumahnya sedang diperbaiki
- Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakan
Kata ganti “ku”, “mu”, dan “nya” dirangkaikan dengan tanda hubung apabila
digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan
huruf kapital. Contoh: STNK-KU, KTP-mu, dan SIM-nya
5. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
Di tulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: berlari, keinginan, dan sastrawan
Imbuhan terikat di tulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh:
Adibusana, Antarkota, dan Antibiotik
Imbuhan terikat yang diikuti kata dengan huruf awal kapital atau singkatan yang
berupa huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Contoh: Anti-PKI,
Non-ASEAN, dan Pro-Barat
Apabila terdapat bentuk maha yang diikuti kata turunan (mengacu pada nama atau
sifat Tuhan), maka ditulis terpisah dengan huruf awal kapital. Contoh: kita
panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

5
Apabila bentuk maha diikuti kata dasar (mengacu pada nama atau sifat Tuhan,
kecuali esa), maka ditulis serangkai. Contoh: Tuhan Yang Maha Esa memberikan
banyak nikmat
6. Gabungan kata
Unsur gabungan yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, dan di
tulis terpisah. Contoh: simpang lima, cendera mata, dan duta besar
Apabila terdapat gabungan kata yang bisa menimbulkan salah pengertian, kata
tersebut di tulis dengan memberikan tanda hubung (-). Contoh:
- Anak- istri kolonel (anak dan istri dari kolonel)
- Anak istri-kolonel (anak dari istri kolonel)
Apabila terdapat gabungan kata yang penulisannya terpisah, maka penulisannya
tetap terpisah jika mendapat awalan atau akhiran. Contoh: bertepuk tangan, garis
bawahi, dan sebar luaskan.
Apabila terdapat gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sealigus,
penulisannya serangkai. Contoh: diberitahukan, menggarisbawahi, dan
menyebarluaskan.
Gabungan kata yang sudah padu di tulis serangkai. Contoh: apalagi, bagaimana,
dan barangkali
7. Partikel
Partikel “lah” dan “kah” di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
- Ambillah kue yang ada di meja!
- Apakah yang kamu inginkan?
Partikel “pun” dilakukan secara terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun,
partikel “pun” unsur kata penghubung di tulis serangkai. Contoh: tidak diminta pun
ia akan tetap datang
Partikel “per” di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Namun, aturan ini
berlaku untuk “per” yang maknanya “demi”, “tiap”, dan “dimulai”. Contoh: para
tamu undangan masuk ke dalam ruanagan satu per satu
8. Kata sandang “si” dan “sang”
Di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Namun, jika ada unsur nama Tuhan
di tulis dengan huruf kapital. Contoh:
- Dongeng si kancil dan kura-kura
- Dia mempunyai gelar sang pemberontak
6
- Ia berpasrah diri pada Sang Pencipta
9. Singkatan dan Akronim
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan. Contoh: W.R. Supratman = Wage Rudolf
Supratman
Singkatan yang terdiri dari huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh: NKRI = Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata (bukan nama diri) ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh: PT = Perseroan Terbatas
Singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik. Contoh: hlm. =
halaman
Singkatan yang terdiri dari dua huruf (yang lazim dipakai dalam surat-menyurat)
masing-masing diikuti oleh tanda titik. Contoh: a.n. = atas nama
Penulisan lambang kimia, takaran, timbangan, singkatan satuan ukuran, serta mata
uang tidak diikuti tanda titik. Contoh: Ar = Arsen
Penulisan dengan huruf kapital pada bagian huruf awal setiap kata (tanpa tanda
titik) dilakukan pada akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata.
Contoh: BIN = Badan Intelijen Negara
Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Bulog = Badan Urusan
Logistik
Akronim bukan nama diri berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Contoh: pemilu = pemilihan umum
10. Kata Turunan
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kata Dasar Berimbuhan. Contoh:
berlibur dan sinari
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Istilah Asing atau Singkatan yang
diberi Imbuhan. Contoh: men-download dan di-PHK
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Gabungan Kata yang salah satunya
Berimbuhan Awalan atau Akhiran. Contoh: bekerja sama dan tanda tangani
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Gabungan Kata yang diberi
Imbuhan Konfiks. Contoh: Mempertanggungjawabkan dan digarisbawahi
7
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara Bentuk Kata
Terikat dengan Kata Dasar Biasa. Contoh: Adidaya dan Malfungsi
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara Bentuk Kata
Terikat dengan Kata Dasar Berhuruf Awal Kapital. Contoh: se-Indonesia dan pos-
Islamisme
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara
Kata “Maha” dengan Kata Berimbuhan. Contoh: maha pengasih dan maha
pengampun
Kata Turunan untuk Kata Turunan yang berupa Kombinasi Antara
kata “Maha” dengan Kata Dasar Bersuku Kata Dua. Contoh: mahatinggi dan
mahasiswa
11. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi biasanya dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor. Contoh: Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan Angka Romawi: I, II, III,
IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄
(1.000.000)
Penulisan menggunakan huruf untuk bilangan dalam teks (yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata). Namun, ada pengecualian jika bilangan dipakai secara
berurutan seperti perincian. Contoh: Keluarga besarku menyaksikan film
dokumenter sampai lima kali
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Namun, jika bilangan pada awal
kalimat tidak bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimat diubah.
Contoh: Tiga belas kepala keluarga mendapatkan bantuan dari pemerintah. (benar)
13 kepala keluarga mendapatkan bantuan dari pemerintah. (salah)
Penulisan menggunakan huruf dapat diterapkan pada angka yang menunjukkan
bilangan besar. Tujuannya agar lebih mudah dibaca. Contoh: Masyarakat tidak
mampu mendapatkan bantuan 100 ribu rupiah

8
2.3 Pembentukan Kata
A. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah peristiwa pembentukan kata kompleks. Ada tiga
macam bagian proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1. Afiksasi adalah proses pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan
afiks pada bentuk dasar. Afiks ada empat, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan
konfiks.
Contoh afiks:
- di + pukul → dipukul
- makan + an → makanan
- ke + an + hujan → kehujanan
Jenis prefiks (awalan) antara lain: ber; se; me; ter; di; dll.
Contoh:
- ber + ajar → belajar
- me + baca → membaca
- ber + kerja → bekerja, dll
Jenis Sufiks (akhiran) antara lain: an; i; kan; nya.
Contoh:
- makan + an → makanan
- bau + nya → baunya
- guna + kan → gunakan
- warna + i → warnai
Jenis infiks (sisipan) antara lain: em; el; er, dll.
Contoh:
- gigi + er- → gerigi
- guruh + em- → gemuruh, dll
Jenis Konfiks (gabungan awalan dan akhiran) antara lain: ber-an; ke-an; me-
kan; dll.
Contoh:
- menemukan
- membangkikan
- pembangkitan
- bergesekan, dll.

9
2.  Reduplikasi (Pengulangan) adalah proses pembentukan kata dengan mengulang
satuan bahasa baik secara keseluruhan maupun sebagian. Reduplikasi adalah
Proses pembentukan kata kompleks dengan cara pengulangan bentuk kata. Jenis
kata ulang ada lima, yaitu :
a. Kata ulang utuh/dwilingga adalah pengulangan seluruh bentuk dasar
Contoh:  tamu-tamu, mobil-mobil, dll.
b. Kata ulang sebagian
Contoh: baca-membaca, tulis-menulis, buka-membuka, dll.
c. Kata ulang berimbuhan
Contoh: buah-buahan, rumah-rumahan, kebarat-baratan, dll.
d. Kata ulang berubah bunyi/dwilingga salin suara
Contoh: bolak-balik, sayur-mayur, mondar-mandir, dll.
e. Kata ulang dwipurwa adalah pengulangan sebagian atau seluruh suku awal
sebuah kata,
Contoh: tamu menjadi tetamu, laki menjadi lelaki, dll.
f. Kata ulang fonologis adalah pengulangan unsur fonologis seperti fonem, suku
kata, atau bagian kata yang tidak ditandai oleh perubahan makna.
Contoh: lelaki, pipi, kupu-kupu
a. Kata ulang idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak dapat
dijabarkan dari bentuk yang diulang.
Contoh: mata-mata artinya detektif, tidak ada hubungannya dengan mata
h. Kata ulang morfologis adalah pengulangan morfem yang menghasilkan kata.
Contoh: rumah-rumah, mengobar-ngobarkan
i. Kata ulang sintaksis adalah pengulangan morfem karena tuntutan kaidah
sintaksis, seperti pembentukan keterangan.
Contoh: jauh-jauh, didatanginya = walaupun jauh, didatanginya
3. Komposisi atau pemajemukan adalah penggabungan dua kata atau lebih dalam
membentuk kata. Penggabungan dua morfem bebas atau lebih membentuk kata
kompleks (kata majemuk). Ciri-ciri kata mejemuk, antara lain:
a. Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi
masing-masing unsurnya.
b. Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan baik secara morfologis maupun
secara sintaksis.
Contoh:
10
- kambing + hitam → kambing hitam
- rumah + sakit → rumah sakit
- kaki + tangan → kaki tangan
- orang + tua → orang tua
- kepala + batu → kepala batu
- mata + pelajaran → mata pelajaran, dll.
B. Nonmorfologis
Selain pembentukan kata secara morfologis, ada juga pembentukan kata secara
nonmorfologis. Pembentukan kata secara nonmorfologis dapat berupa abreviasi
ataupun perubahan bentuk kata.
1. Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau
kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah
pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut kependekan. Bentuk kependekan
dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa
secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti
cabang-cabang ilmu, kepanduan, dan angkatan bersenjata. Jenis jenis abreviasi
adalah sebagai berikut:
a. Singkatan dalam abreviasi yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:
- FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia),
- DKI (Daerah Khusus Ibukota), dan
- KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Maupun singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
- dll. (dan lain-lain),
- dgn. (dengan),
- dst. (dan seterusnya).
b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah satu bagian
dari kata, seperti:
- Prof. (Profesor)
- Bu (Ibu)
- Pak (Bapak)
c. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang
memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti:
11
- FKIP /fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
- ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
- AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe/, /i/
d. Kontraksi dalam abreviasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata
dasar atau gabungan kata, seperti:
- tak dari tidak
- sendratari dari seni drama dan tari
- berdikari dari berdiri di atas kaki sendiri
- rudal dari peluru kendali
e. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau
lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
- g (gram)
- cm (sentimeter), dan
- au (aurum)
2. Perubahan Bentuk Kata Proses pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata
dapat disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis. Macam-macam
perubahan bentuk kata sebagai berikut.
a. Asimilasi adalah perubahan bunyi konsonan akibat pengaruh konsonan yg
berdekatan.
- alsalam → asalam
- ad similatio → asimilasi
b. Disimilasi adalah proses yang mengakibatkan dua hal yang sama menjadi
tidak sama, misalnya pasangan bunyi r dan r dihindarkan dan menjadi l dan r,
seperti kata:
- berajar → belajar
- terantar → telantar
c. Diftongisasi adalah proses suatu monoftong yang berubah menjadi diftong.
- anggota → anggauta
- teladan →  tauladan
d. Monoftongisasi adalah proses suatu diftong yang berubah menjadi
monoftong.
- pulau → pulo
- sungai → sunge
- danau → dano
12
e. Haplologi adalah penghilangan satu atau dua bunyi secara bersamaan yang
berurutan
- morfofonologi  →  morfonologi.
- Samanantara (Skt: sama + an + antara) → sementara
- budhidaya → budaya
- mahardika (Skt: maha + ardhika) → merdeka
f. Anaptiksis (suara bakti) adalah penyisipan vokal pendek di antara dua
konsonan atau lebih untuk menyederhanakan struktur suku kata.
- sloka → seloka
- glana → gelana, gulana
g. Metatesis adalah proses pergantian tempat bunyi (huruf) dalam sebuah kata,
- berantas → banteras;
-  copot →  pocot.
- padma → padam (merah padam = merah seperti padma: padma = lotus
merah)
- drohaka →  durhaka
- prtyaya →  percaya
- arca →  reca
- banteras → berantas
h. Aferesis adalah proses penanggalan huruf awal atau suku awal kata.
- tirta amarta → tirta marta
- akan → kan
- adhyasa → jaksa
- upawasa → puasa
i. Sinkope adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah
tengah kata tersebut.
- tidak → tak
- domina → dona
- listuhaju → lituhayu
j.  Apokop adalah proses hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata.
- pelangit → pelangi
- possesiva → posesif
k. Protesis adalah penambahan vokal atau konsonan pada awal kata, untuk
memudahkan melafalkannya.
13
- lang → elang
- mas → emas
- smara → asmara
- stri →  istri
l. Epentesis  adalah penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata, terutama kata
serapan, tanpa mengubah arti untuk menyesuaikan denga pola fonologis
bahasa peminjam
- akasa →angkasa           gopala (Skt) → gembala
- jaladhi → jeladri             racana (Skt) → rencana
m. Paragog adalahproses penambahan huruf atau bunyi pada akhir kata:
- hulubala →  hulubalang   ana →  anak
- ina →  inang                 kaka →  kakak

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan
bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan
adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan
tanda baca.
Penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang mempertimbangkan unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
Pembentukan kata adalah proses mengolah leksem atau huruf yang menjadi kata.
Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk
dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.
3.2 Saran
Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah
agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.

15
DAFTAR PUSTAKA

ttps://dewisartikasebatik.wordpress.com/2016/01/03/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-
yang-disempurnakan-dan-pembentukan-kata/
https://www.slideshare.net/septianraha/makalah-pembentukan-kata-dan-kalimat
http://eprints.ums.ac.id/53524/3/BAB%20I.pdf
https://www.rijal09.com/2016/05/pembentukan-kata.html
http://wavekuliahonline.blogspot.com/2014/05/penulisan-kata.html

16

Anda mungkin juga menyukai