Di susun oleh :
NIM : 20.14.3749
Semester : 2 (dua)
Prodi : PAI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada
pembahasan ini saya akan menyampaikan materi dari Biologi Bahasa Indonesia
mengenai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Pembentukan Kata,
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena sumber yang saya gunakan minimal, oleh karena itu saya mohon maaf bagi
audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak
manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini
sangat diharapkan segala masukan dan saran yang membangun.
Muhammad Bahtiar
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
I. Sejarah Ejaan yang Disempurnakan..................................................................2
II. Pemakaian Huruf-Huruf.................................................................................3
III. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring................................................4
IV. Penulisan Kata..................................................................................................5
V. Pembentukan Kata-Kata Bahasa Indonesia......................................................7
VI. Definisi Istilah...................................................................................................8
VII. Afiks Bahasa Indonesia yang Umum..............................................................8
VIII. Penggunaan Afiks.........................................................................................8
IX. Frekuensi Penggunaan Afiks...........................................................................9
X. Aplikasi Afiks.......................................................................................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
1. Kesimpulan.........................................................................................................14
2. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak penjelasan
tentang bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta-pengertian yang diwakilinya.
Dengan kata lain telah diberikan tentang cirri bentuk kata dan penggunaan
pemakaian dalam bahasa. Pengetahuan tentang cirri-ciri penting sekali, karena
bahasa sebenarnya tidak lain pada tanda-tanda yang tidak selalu diketahui oleh
suatu sistem, berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemakaian huruf-huruf ?
2. Bagaimana cara penggunaan huruf kapital dan huruf miring ?
3. Bagaimana huruf miring itu ?
4. Beberapa pengertian mengenai pembentukan kata ?
5. Bagaimana penulisan kata ?
6. Bagaimana pembentukan dan pemilihan kata ?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan penggunaan huruf-huruf.
2. Dapat menjelaskan penggunaan huruf kapital dan huruf miring.
3. Dapat menjelaskan penulisan kata.
4. Dapat menjelaskan beberapa pengertian mengenai pembentukan kata.
1
5. Dapat menjelaskan pembentukan kata.
6. Dapat menjelaskan kesalahan pembentukan dan pemilihan kata.
BAB II
PEMBAHASAN
Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama
(ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus1972
diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan
tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
(EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan
bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966.
2
tanggal 12 Oktober1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor
0196/U/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Revisi 1987
Revisi 2009
b) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
c) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
d) Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
3
e) Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f) Pemenggalan Kata
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan.
Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1)
diantara unsur-unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah
1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
4
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua
unsur kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
udul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti.
b. Huruf Miring
5
IV. Penulisan Kata
Kata Dasar adalah kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Jika bentuk
dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu di tulis serangkai. Jika salah satu unsur gabungan
kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Gabungan kata, termasuk istilah khusus,
yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Gabungan kata ditulis serangkai. Kata Ganti -ku, -kau, -mu, dan -nya. Kata
ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku,mu,
dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Kata Depan
di- ke-, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya. Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’,dan ‘tiap’ ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
6
atas tiga huruf atau lebih satu tanda titik. Lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlukan sebagai kata. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Akronim
nama diri yang berupa gaungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaital. Akronim yang
bukan nama diri gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Bilangan utuh
Misalnya : dua belas (12), dua puluh dua (22)
Bilangan pecahan
Misalnya : setengah (½)
tiga perempat ( ¾)
Penulisan lambang bilangan tingkat.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran. Lambang bilangan
yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dam pemaparan.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Angka yang
menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuintasi. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat.
7
Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian
besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang
berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya
mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan
di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami
menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk
menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang
infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang
berafiks.
8
VIII. Penggunaan Afiks
Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita
dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam
mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami
menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua
– 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di
bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata
dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak
diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan
di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat –
siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan
apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.
X. Aplikasi Afiks
Ber– : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering
kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga
dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan
prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu.
Fungsi utama prefiks “ber-” adalah untuk menunjukkan bahwa subyek
9
kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam
kalimat itu. Banyak verba dengan afiks “ber-” mempunyai kata yang sama
dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Me-,
meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini
membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana
fokus utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek
tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan,
menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling
umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari prefiks ini.
Di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks
“me-.” Prefiks “me-” menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks “di-”
menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah
fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen
yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga
bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang
tersebut pada katadasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka
kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata
dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki prefiks ini.
Ter– : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua
kemungkinan. Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya
menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi
(ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling
baru, paling murah) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif,
umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu
suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa
menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi
secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak
disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus
dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan
pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.
10
Se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks
ini sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar
satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
prefiks ini. Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai
berikut:
Untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the”
dalam Bahasa Inggris)
11
-lah :sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan,
tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks inisering digunakan
untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau
menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.
ke-an : konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap
65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
Konfiks ini adalah untuk:
membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan
dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang
berhubungan dengan kata dasar
membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan
Pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari
keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang
menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh
verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti
kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan
kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh: biasanya = usually;
rupanya = apparently
12
-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan
semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada
umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan
kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak
mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya,
“bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka. Selain
sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat
memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti
“buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk. Penggunaan “-nya”
baik sebagai kata ganti maupun penunjuk(bukan sebagai sufiks murni)
adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu”
bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat
umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya,
dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar
dan majalah berita.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang
menjadi kata. Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian
besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang
berbeda.
2. Saran
Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya
ilmiah agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm
https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia
pembentukan-kata/
https://nurulhidayatullahb.wordpress.com/2013/12/15/makalah-tentang-ejaan-
yang-disempurnakan/
15