Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Permasalahan Hama dan Peredaran Pestisida” ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Kami ucapkan terimakasih kepada Pulung Widi H. selaku Koodinator
Asisten Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman serta para asisten praktikum golongan B3
yaitu Ristina Dwi Y., Erlina Setyaningsih, dan Wulan Fajarwati yang telah membimbing kami
selama praktikum berlangsung.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Kami juga memohon maaf atas segala kesalahan yang kurang berkenan serta kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari kalian demi perbaikan makalah ini di waktu
mendatang.

Yogyakarta, 15 Mei 2018

1
ACARA VI

PERMASALAHAN HAMA DAN PEREDARAN PESTISIDA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan maupun tanaman hidup tidak selamanya bisa hidup tanpa adanya sebuah
gangguan. Terkadang tumbuhan maupun tanaman mengalami gangguan oleh binatang/hewan
ataupun organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka
mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Hama merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu kegiatan budidaya. Serangan hama tanaman merupakan salah satu kendala
penting dalam peningkatan produksi pertanian disuatu daerah. Hama dapat menyebabkan
penurunan kualitas dan kuantitas komoditas pertanian. Berkurangnya kuantitas hasil panen,
secara nyata dapat menurunkan pemasukan hasil penjualan panen. Begitu pula penurunan
kualitas produk pertanian, mampu mengurangi harga jual yang berujung pada kerugian petani.
Untuk mengatasi hama tersebut, sering kali manusia menggunakan obat – obatan anti hama.
Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang
digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.

Dalam mengatasi hama dengan menggunakan pestisida dan obat-obatan harus secara hati
– hati dan tepat guna ataupun tepat sasaran. Pestisida yang digunakan oleh petani adalah
pestisida kimia. Pestisida yang mudah dijangkau oleh petani adalah pestisida kimia. Pengunaan
pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal
itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama yang menyerang
tumbuhan tersebut. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama hendaknya diusahakan
seminimal dan sebijak mungkin walaupun terkadang tata cara penggunaan yang tertera pada
label kemasan belum menunjukkan penggunaan yang benar.
Pada dasarnya seperti yang kami tau bahwa persebaran pestisida di Indonesia sudah cukup
meluas. Bahkan sampai di pedesaan-pedesaan kecilpun telah terdapat toko yang menjual

2
pestisida. Namun, tidak semua pestisida yang telah beredar tersebut telah mendapatkan izin
peredaran maupun label. Sayangnya, para petani kurang memperhatikan hal tersebut. Mereka
hanya sekadar memperhatikan bahwa pestisida yang digunakan tersebut dapat membasmi hama
lebih cepat jika diaplikasikan pada tanaman yang dibudidayakannya. Melalui praktikum ini,
ingin diketahui hama yang menyerang tanaman terutama pada komoditas padi serta pestisida
yang sering digunakan oleh petani untuk menanggulanginya. Dalam makalah ini juga akan
dibahas mengenai pengetahuan petani tentang cara penggunaan pestisida tersebut.

B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui tentang jenis-jenis hama dan tingkat serangan hama terhadap tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan rakyat di suatu daerah/ kecamatan.

2. Mengetahui tentang cara-cara pengendalian hama yang dilakukan oleh petani di suatu
daerah/ kecamatan.

3. Mengidentifikasi masalah atau kendala utama yang dihadapi petani dalam menanggulangi
masalah hama.

4. Mengetahui cara-cara penggunaan dan penyimpanan pestisida kimia oleh petani pada
umumnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

PROFIL PETANI

Wawancara petani dilakukan pada hari Jumat, 11 Mei 2018 pukul 15.30 WIB di daerah
Kutu Asem, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman, DIY. Petani yang kami wawancarai bernama
Bapak Supardi. Beliau berprofesi sebaagai petani tanaman pangan, khususnya padi. Luas lahan
yang beliau miliki ialah 1000m2 dengan status lahan milik pribadi. Produksi gabah setiap panen
mencapai 300-500 kg sekali panen.

PERMASALAHAN HAMA

Tabel 1. Daftar Jenis-Jenis Hama dan Berat Serangan

Hama Berat Serangan


Wereng cokelat Sedang
Sundep Sedang
Beluk Sedang
Burung pipit Berat
Tikus Berat
Kutu kebul Ringan

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa hama wereng, sundep, dan beluk memiliki
intensitas serangan sedang. Sundep dan beluk merupakan hama penggerek batang padi. Sundep
menyerang fase vegetatif padi yang ditandai dengan daun padi berwarna merah kekuningan dan
menggulung, sementara beluk menyerang fase generative padi dengan gejala yang ditandai
dengan tunas malai yang tegak lurus dengan malai berwarna putih (Wilyus et al, 2013).
Kerusakan yang ditimbulkan oleh wereng cokelat bersifat langsung dengan mengisap cairan sel
tanamanhingga kering dan menimbulkan efek seperti terbakar (hopperbur), dan serangan tidak

4
langsung berupa pernan wereng cokelat sebagai vector virus Kerdil (BB Padi, 2014). Serangan
wereng cokleat, sundep, dan beluk tidak fatal dan masih dapat diantisipasi dengan teknik
pengendalian-pengendalian tertentu, sedangkan intensitas serangan dari burung pipit berat dan
tikus tergolong berat. Terdapat beberapa alasan mengapa intensitas serangan yang disebabkan
oleh hama tikus dan burung pipit memiliki tingkat keparahan yang cenderung tinggi. Pasalnya,
tikus sawah (Rattus argentiventer) sulit dikendalikan karena mampu “belajar” dari tindakan-
tindakan tikus lain yang dilakukan sebelumnya. Sehingga, tikus menjadi leboh adaptif terhadap
teknik-teknik pengendalian yang diaplikasikan oleh manusia. Hama tikus akan menyerang
bagian akar dan batang yang akan menggerogoti hingga habis dan lama kelamaan tanaman akan
mati. Kerusakan yang ditimbulkan tikus juga khas, yakni adanya penggundulan di bagian tengah,
sementara bagian pinggir sawah tampak utuh.

Sementara kerugian yang disebabkan oeh burung pipit atau kerap disebut burung emprit
(Lonchura leucogastra) terjadi ketika menjelang panen. Gejala yang ditimbulkan yaitu malai
kehilangan spikelet dan biji banyak kosong (Christanti dan Soesilaningsih, 2013). Burung-
burung tersebut dapat mengabiskan bulir padi siap panen dalam waktu singkat, akibatnya petani
pun kehilangan hasil panen dalam skala besar. Sementara, intentas serangan dari kutu kebul
(Bemisia tabaci) di antara hama lain dinilai cenderung paling ringan, hal ini disebabkan karena
populasi hama ini sendiri tidak begitu banyak di sawah. Kutu kebul dapat menimbulkan
kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan langsung dapat berupa
serangan kutu kebul yang menghisap cairan, mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil. Sementara,
kerusakan secara tidak langsung terjadi karena kutu kebul dapat menjadi vector dari beberapa
virus, seperti virus Kuning (Geminivirus yang dapat menyerang tanaman cabai. Umumnya kutu
kebul ini sendiri memiliki musuh alami berups predator yang berasal dari family Anthocoridae,
Coccinelidae, Chrysopidae, Hemerobiida, dan kebanyakan Miridae. Selain itu, beberapa jenis
cendawan dari golongan Hypomycetes, terutama Paeciolomycetes, Verticillium, dan Scersonia
sp juga dapat menurunkan populasi dari kutu kebul (Marwoto dan Inayati, 2011).

5
Tabel 2. Penggolongan Hama Berdasarkan Frekuensi Penyerangan

Hama Penggolongan
Wereng cokelat Kadang-kadang
Sundep Kadang-kadang
Beluk Kadang-kadang
Burung pipit Kadang-kadang
Kutu kebul Tak penting
Tikus Utama

Menurut Bapak Supardi, hama utama yang membutuhkan perhatian besar di lahan sawah
beliau adalah tikus. Tikus menimbulkan kerusakan skala besar dengan frekuensi kerusakan yang
hamper selalu terjadi setiap musim tanam. Selanjutnya, hama burung pipit, wereng, sundep, dan
beluk tergolong seagai hama yang menyerang tanaman padi kadang-kadang, karena pada setiap
pertanaman tidak menimbulkan dampak kerusakan sebesar dan seberbahaya tikus, didukung
dengan populasinya yang tidak sebanyak populasi tikus. Sementara, hama kutu kebul menjadi
hama tak penting karena keberadaannya tidak terlalu mengganggu pertanaman akibat
populasinya yang rendah.

Menindaklanjuti dari kerusakan yang ditimbulkan oleh masing-masing hama,


berdasarkan kegiatan wawancara yang kami lakukan kemarin, Bapak Supardi telah memahami
mengenai peranan musuh alami yang ada di alam dalam kaitannya dengan pengendalian populasi
hama. Akan tetapi, untuk penerapannya sendiri sampai sekarang masih belum direalisasikan.
Beliau menyatakan bahwa, pengendalian yang selama ini dilakukan cukup efektif berperan
dalam memerangi populasi hama. Meskipun begitu, beliau berusaha untuk tidak mengganggu
populasi dari musuh alami ini sendiri di alam, dengan menekan penggunaan pestisida dari bahan-
bahan kimia sintetis dan lebih memilih menggunakan pestisida berbahan nabati.

Tindakan pengendalian yang dilakukan meliputi :

6
- Penggunaan pestisida nabati, pestisida nabati adalah ramuan pengendali OPT yang bahan
aktifnya berasal dari tumbuhan baik berasal dari akar, batang, daun, bunga, buah maupun
biji tanaman yang sudah diketahui keefektifannya untuk mengendalikan OPT tertentu.
Pembuatan pestisida nabati dengan cara :

a. Penggunaan Coryne bacterium. Coryne bacterium dapat dikembangkan dengan cara


merebus air kentang sebanyak 20 liter ditambah gula dan Decomposer Bsa. Bakteri
Coryne bacterium dapat melawan Xanthomonas campestris pv oryzae (bakteri
penyebab penyakit kresek) dan untuk mengendalikan populasi wereng cokelat dan
walang sangit

b. Mencampurkan antara buah kluwak + air sebagai pestisida nabati dan disemprotkan
pada tanaman budidaya. Kluwak (Pangium edule) termasuk tanaman empon-empon
(rempah-rempah) yang mengandung racun sianida yang dapat memabukkan serangga
hama. Pembuatan dilakukan dengan cara satu butir buah picung dihancurkan rendam
semalam dengan segelas air, air rendaman disaring kemudian campur dengan 10 ltr
air kemudian semprotkan. Bahan aktif yang terkandung di dalamnya adalah palmitic
acid, oleic acid, linoleic acid.

- Pengendalian populasi tikus dilakukan melalui beberapa cara, yakni :

a. Pengemposan, yakni menutup lubang-lubang tikus dengan lumpur agar tikus terjebak
dan kekurangan asupan oksigen serta nutrisi dari luar.

b. Gempur lubang (grapyakan), yaitu penangkapan dan perusakan sarang tikus secara
beramai-ramai.

c. Pengendalian sanitasi dengan menjaga pingir/tepian sawah agar bersih

- Pengendalian populasi sundep dan beluk secara mekanis dengan melakukan pencabutan
secara langsung (eradikasi).

Pengunaan pestisida kimia seminimum mungkin, hanya dipakai ketika perlu, dalam artian
apabila populasi hama tidak memungkinkan untuk dikendalikan dengan pengendalian secara
mekanis, fisis atau dengan pestisida nabati. Berdasarkan cara-cara tersebut, pengendalian paling

7
efektif baik dari ditinjau dari kemudahan penggunaan dan dampak yang ditimbulkan ditunjukkan
oleh pestisida nabati yang berasal dari buah kluwak.

Hampir sebagian besar ilmu mengenai pengendalian yang diterapkan Bapak Supardi
merupakan hasil penyuluhan yang dilakukan oleh para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Di
kawasan tersebut, sering diadakan kunjungan dari pihak asing mengenai budiaya tanaman,
seperti cabai, padi, dsb dalam rangka penelitian para ahli, maupun bagian dari kegiatan
pembelajaran bagi mahasiswa asing. Bapak Supardi tidak termasuk dalam petani yang tergabung
dalam Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Terdapat beberapa petani di
sekamir daerah beliau yang tergabung dalam SLPHT, untuk selanjutnya orang-orang tersebut lah
yang aktif memberikan kegiatan penyuluhan dalam rangka pengendalian populasi hama secara
terpadu.

Kendala yang dihadapi saat masa pertanaman adalah mengenai serangan hama. Kendala
ini terus menerus ada dari dulu hingga sekarang. Perhatian besar perlu dicurahkan untuk
mengatasi permasalahan hama, terutama golongan hama yang menimbulkan kerusakan skala
berat seperti burung hantu dan tikus. Ketersediaan akses terhadap input pertanian, seperti pupuk,
benih, dan pestisida cukup baik. Kegiatan penyuluhan juga terlaksana dengan baik dan rutin.
Penyuluh dengan aktif memberikan inovasi-inovasi dalam hal pengendalian populasi hama.

Bapak Supardi mengusulkan untuk setiap musim pertanaman khususnya tanaman padi,
penanaman agar dilakukan secara serempak. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pembatasan
ketersediaan makanan bagi hama yang menyerang baik dari fase generatif maupun vegetative
padi. Apabila pertanaman dilakukan secara serempak, maka masing-masing hama pada musim-
musim tertentu akan kehilangan sumber makanannya akibat kekosongan sumber daya untuk
dikonsumsi. Harapannya dengan begitu populasi hama akan menurun. Selain itu, Bapak Supardi
juga berharap agar pemerintah serta para akademisi terus berinovasi untuk menciptakan varietas
tanaman yang berkualitas, baik adaptif terhadap kondisi lingkungan, maupun tahan terhadap
serangan hama.

8
PENGGUNAAN PESTISIDA OLEH PETANI

Bapak Supardi menyampaikan bahwa, penanaman padi dilakukan dengan meminimalkan


penggunaan pestisida kimia, dan beralih menggunakan pestisida nabati. Penggunaan pestisida
kimia hanya dilakukan ketika dirasa populasi hama tinggi dan tidak dapat diatasi dengan
pestisida nabati maupun dengan teknik pengendalian tertentu. Penyemprotan pestisida kimia
dilakukan ketika populasi hama di atas ambang ekonomi padi. Pestisida kimia yang
disemprotkan terkadang dicampur/dioplos dengan pestisida lain.hal ini ditujukan untuk
menciptakan efisiensi penyemprotan, sehingga tidak perlu dilakukan penyemprotan berulang-
ulang karena sekali semprot sudah mengandung lebih dari jenis pestisida. Namun, hal ini jarang
dilakukan karena penggunaan pestisida kimia yang diminimalkan. Beberapa pestisida kimia yang
digunakan adalah :

a. Pestisida untuk burung dan tikus : Radoc

Gambar 1. Pestisida Radoc

Sumber: https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/berkebun/pupuk-nutrisi-tanaman/gxs3t2-
jual-radoc-anti-tikus-dan-burung-pada-tanaman

Spesifikasi :

Kategori : Pupuk & Nutrisi Tanaman

Berat : 150 gram

Deskripsi :

9
Bahan Aktif : Lycocium 35%, Besanet 1,75g/l. Radaoc adalah rodentisida berbentuk larutan
bagi tanaman padi,palawija dan tebu yang berfungsi untuk mengusir tikus, burung dan serangga
lainya dengan daya kerja yang tepat, efektif dan tahan lama.

Petunjuk Penggunaan : Larutkan 1 sd 3ml/liter pada air dan semprotkan secara merata
pada tanaman secara berulan-ulang, lakukan dengan interval 7-10 hari sekali, dengan demikian
tikus dan burung tidak berani mendekat.

b. Pestisida untuk sundep dan beluk : Curacron 500 EC

Gambar 2. Pestisida Curacron 500 EC

Sumber:https://inkuiri.com/site/bukalapak.com/hobi-koleksi/berkebun/pupuk-nutrisi-
tanaman/kebunbibit-insektisida-curacron-500-ec-100-
ml.1b2174647134beaa743c8f2f229423cbe5b0d17e.id?
utm_source=detail_product&utm_medium=barang_sejenis&utm_campaign=barang_lain_yang_
dilihat

Curacron 500 EC merupakan insektisida multifungsi. Contoh hama yang dapat diatasi
adalah kutu daun, lalat, jangkrik, ulat daun, dan lain-lain. Insektisida ini berbentuk cairan
sehingga mudah untuk diaplikasikan dan efektif memberantas hama dalam waktu singkat.

Bahan Aktif : Profernofos 500 g/l

Isi Bersih : 100 ml

Bentuk : Cairan

10
Berfungsi untuk membasmi : ulat grayak, ulat bulu, belalang, kutu putih, ulat papilio,

Khasiat : mengendalikan dan mencegah hama pada tanaman

Cara Penggunaan : larutkan ke dalam air dan semprotkan

c. Pestisida untuk wereng cokelat : Regent 50 SC

Gambar 3. Pestisida Regent 50 SC

Sumber : https://www.tokopedia.com/esabesport/insektisida-pembasmi-hama-regent-50-sc-
ampuh?gclid=Cj0KCQjw5-
TXBRCHARIsANLixNwwePIOjcE42HAfCXsCgH6kMyxtSCiIac5SNSEsJb7oONaLUuFUW2I
aAt1EEALw_wcB&gclsrc=aw.ds&dclid=CPb3xoGihdsCFZYPaAodfHgK8Q

Regent adalah insektisida sistemik yang bekerja secara kontak dan lambung yang
dilengkapi dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) tanaman berbentuk pekatan suspensi berwarna
putih untuk mengendalikan hama pada tanaman kubis, cabai, kentang, padi, semangka, jagung,
tebu, kakao, kelapa sawit, kacang panjang dll.

Spesifikasi :

Isi bersih : 50 ml

Merk Dagang : Regent 50 SC

Bahan aktif : Fipronil 50 g/l

Formulasi : SC
11
Warna : Putih

Cara Kerja : Kontak dan Lambung

Jenis : Insektisida

Produsen : BASF The Chemical Company.

Tanaman dan Hama Sasaran:

1. Cabai : Kutu daun, trhips

2. Kentang : Thrips, Kutu daun

3. Kubis : Perusak Daun (Plutella xylostella)

4. Kelapa Sawit : Rayap Tanah (Coptotemes curvignathus)

5. Kacang Panjang : Penggerek Polong (Maruca testutalis)

6. Semangka : Thrips

7. Jeruk : Kutu Loncat (Diaphorina citri)

8. Kedelai : Penggulung Daun, Kepik Hijau

9. Kakao : Penggerek Buah (Canopomorpha cramerella)

10. Jagung : Belalang (Locusta sp.)

11. Padi : Wereng Coklat, Walang Sangit

12. Tebu : Penggerek Pucuk (Scirpophaga nivella)

12
Pestisida untuk kutu kebul : Furadan 3GR

Gambar 4. Pestsida Furadan 3 GR

Sumber : https://www.tokopedia.com/hadipedia/pembasmi-cacing-semut-hama-di-dalam-tanah-
furadan?gclid=Cj0KCQjw5-
TXBRCHARIsANLixNy3n8qHu2VfTwPO_YHyZ2Tkrx7rQavHAlHHHED9XzUtOfJVIbyOoO
4aAsyhEALw_wcB&gclsrc=aw.ds&dclid=CM7IgqakhdsCFUwTaAodyzsF4g

Insektisida merupakan salah satu jenis pestisida (berbahan kimia) yang bersifat racun dan
dipakai untuk membunuh serangga. Sedangkan nematisida merupakan jenis pestisida yang
berfungsi memberantas nematoda atau cacing tanah. Berarti insektisida / nematisida Furadan
adalah jenis pestisida berwarna biru keungu-unguan berbentuk kristal / granula yang berfungsi
mematikan hama serangga, termasuk di dalamnya cacing tanah dan serangga lain yang berada
dalam tanah.

Untuk mengendalikan hama di dalam tanah penggerek batang, jontrot, cacing, ulat pada
akar tanaman cabai, tomat, kubis, kentang, kacang panjang, buncis, dan semangka, dan padi.

CARA PENGGUNAAN:

.# Taburkan 1 sendok teh pada media pot diameter 25-20 cm.

# Taburkan 1 sdk Makan pada media pot diameter 20-30 cm.

# Tamburkan sekeliling media tanaman yg ditanam di tanah secukupnya.

13
Tata cara pelaksanaan penyemprotan pestisida telah dipahami dengan benar oleh Bapak
Supardi. Beliau menggunakan peralatan keamanan seperti sarung tangan, masker, baju lengan
panjang, dan sepatu but. Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan
mengakibatkan banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya
keracunan pada petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas kholinesterase
darah. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida adalah faktor dari dalam
tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). Faktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis
kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan.
Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain
banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi
penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung
diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian tanaman, suhu
lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah angin.

Sebelum penyemprotan Bapak Supardi membaca dengan seksama petunjuk aplikasi yang
dianjurkan pada label kemasan masing-masing pestisida. Namun, umumnya Bapak Supardi dan
petanilain lebih menyukai petunjuk tentang cara penggunaan pestisidadari petani yang mereka
anggap berhasil dibandingkan dengan petunjuk dari Penyuluh Pertanian. Sisa-sisa cairan
semprotan pestisida langsung dibuang. Dibersihkan semua peralatan dan pakaian setelah
menyemprot serta segera mandi. Sisa campuran pestisida tidak dibiarkan/disimpan terus di dalam
tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa
tersebut disemprotkan kembali pada tanaman sampai habis dan jangan membuang sisa cairan
semprot atau wadah kemasan pestisida di sembarang tempat, karena akan menyebabkan
pencemaran lingkungan.

Teknik pengendalian hama yang dilakukan oleh petani padi di kutu asem ialah dengan
menggunakan pestisida kimia pabrikan jenis insektisida. Penyemprotan dilakuakn sekali saja
dalam sekali masa tanam. Sedangkan untuk tikus biasanya merusak titik tumbuh padi, memakan
bagian-bagian pagi dan tidak jarang padi akan mudah rebah. Biasanya petani akan memasang
perangkap untuk membasmi tikus, namun petani tidak berharap untuk membasmi semua tikus
karena itu akan memotong mata rantai makanan pada hama yang akan berakibat pada siklus
hama yang lain akan bertambah. Karena siklus hidup tikus yang terbilang cepat sehingga

14
populasinya sangat banyak, petani hanya berharap dan dapat melakukan pengendalian untuk
melakukan penenkanan pada siklus hidup tikus sawah tersebut. Petani yang kami wawancarai
sudah mengerti dan mengenal musuh alami, biasanya pada tikus musuh alaminya ular.
Pengendalian sundep dengan Furadan tetapi mengakibatkan tanah menjadi padat. Selain dengan
Furadan yaitu dengan menggunakan pestisida Dencis atau Durban. Masalah akan hama tidak
begitu merugikan karena pola tanam padi-padi dan tanaman lain seperti kacang tanah, jagung,
cabai sehingga siklus dari hama sendiri terputus. Jadi penggunaan pestisida untuk mengendalikan
hama hanya saat ada hama saja dan aplikasi berdasarkan dosis yang tertera pada label. Untuk
musim tanam ini tidak menggunakan pestisida untuk pengendalian wereng.

Petani setempat senang menggunakan pengendalian hayati atau secara alami


dibandingkan dengan penggunaan pestisida yang dapat membahayakan lingkungan dan petani
sendiri. Mereka menggunakan pestisida pada saat tertentu yaitu pada saat hama tersebut
menyerang pada batas ambang ekonomi suatu hama. Petani melakuakn penyemprotan hanya
sekali dalam satu kali masa tanam. Keamanan pada saat melakukan penyemprotan pestisida
sangat diperhatikan, yaitu menggunakan alat-alat lengkap, seperti masker dan baju panjang yang
menutupi bagian tubuh. Petani sebelum melakukan penyemprotan selalu membaca aturan pakai
pada kemasan pestisida yang di gunakan. Setelah melakuakn penyemprotan petani
membersihkan wadah dan dikurang hingga bersih di sungai. Petani juga mengetahui aturan
memakai pestisida yaitu udara jangan sampai terhirup langsung oleh sistem pernafasan dan
mencuci bagin tubuh hingga bersih setelah melakukan penyemprotan.

Keberadaan populasi hama pada tanamna dan ekosistem menentukan seberapa besar
kerusakan tanaman dan kerugiaan ekonomi yang dialami petani atau pengusaha pertanian lainya.
Populasi hama tersebut dari waktu ke waktu tidak tetap tetapi dinamis, naik turun dan berfluktasi
pada posisi keseimbangan umum. Banyak faktor biotik dan abiotik yang mempengaruhi
dinamika populasi hama. Dengan mengetahui faktor tersebut kami dapat melakukan pengelolaan
hama yang efektif dan efisien. Penggunaan pestisida sebaiknya juga tidak mencampur beberapa
jenis dalam sekali semprot tanpa melihat bahan aktif yang terdapat dalam kemasan. Bila
mencampur hanya menurut pengalaman teman dan ternyata bahan aktif yang digunakan sama
walaupun berbeda merek dagangnya. Hal ini menyebabkan pemborosan dalam menggunakan
pestisida karena manfaatnya sama. Bahkan petani harus cermat dalam mencampur pestisida

15
karena pestisida yang dicampur dapat menurunkan daya racun atau bersifat sangat toksik
sehingga berbahaya bagi kesehatan petani, konsumen dan lingkungan.

HASIL WAWANCARA PENGECER PESTISIDA

Salah satu aspek yang tidak kalah penting dari proses budidaya tanaman adalah
pengendalian populasi hama. Tujuan dilakukannya pengendalian populasi hama adalah untuk
menjaga agar populasi hama senantiasa berada pada aras keseimbangan umum dan tidak
melebihi aras ekonomi. Salah satu metode dalam pengendalian populasi hama adalah dengan
menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan oleh petani biasanya berasal dari toko
pestisida yang terletak tidak terlalu jauh dari lahan petani tersebut.

Pada kesempatan kali ini, kelompok kami melakukan pengamatan toko pestisida dan
wawancara terhadap pemilik toko pestisida “TRUBUS” pada tanggal 11 Mei 2018 yang terletak
di Komplek pasar Tlogorejo,jalan Godean KM. 5,kabupaten Sleman, DIY. Toko Pestisida yang
kami kunjungi tidak hanya menjual pestisida, tetapi juga pupuk dan benih tanaman. Untuk
pestisida yang dijual, tidak terlalu lengkap dan hanya berkisar pada pestisida jenis insektisida
seprti bamex, sidamethrin, detacron, kiliri, stadium, dancuracron. Adapun pestisida yang dijual
didominasi oleh formulasi Emulsifiable Concentrate. Semua pestisida yang dijual memiliki label
dan sudah terdaftar, terlihat dari adanya nomor pendaftaran pada masing-masing kemasan
pestisida. Pada kios pestisida yang kami kunjungi tidak menjual minuman soda kemasan botol
atau sejenis makanan lainnya di toko.

Berdasarkan informasi dari penjual, tidak ditemukan adanya peningkatan maupun


penurunan transaksi pestisida selama beberapa tahun terakhir dan transaksi pestisida relative
stabil. Penjual pestisida mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan atau penjelasan khusus
dari pemerintah terkait dengan penjualan pestisida. Penjual mengaku hanya mendapatkan
informasi terkait dengan pestisida dari produsen atau agen pestisida dan belajar mengenai
pestisida baik cara pengaplikasian dan keunggulan masing-masing pestisida secara otodidak.
Pada saat kami melakukan kunjungan, ada beberapa konsumen yang membeli pestisida dan
bakterisida. Penjual secara aktif menjelaskan kepada pembeli terkait dengan pestisida yang
cocok, seperti cara pengaplikasian, dampak yang ditimbulkan, maupun keefektifan dari pestisida

16
tersebut. Selama beberapa tahun menjalankan usaha dibidang penjualan pestisida, penjual belum
pernah mengalami kendala yang berarti karena pada beberapa jenis pestisida yang akan melewati
masa kadaluarsa masih dapat ditukar dengan pestisida yang baru. Akan tetapi, ada beberapa jenis
pestisida yang memang tidak dapat ditukar apabila akan melewati masa kadaluarsa.

17
BAB III

KESIMPULAN

1. Jenis hama dan tingkat serangan hama di persawahan daerah Kutu Asem, Sinduadi,
Mlati, Kabupaten Sleman, DIY yaitu wereng cokelat dengan tingkat serangan sedang,
sundep dengan tingkat serangan sedang, beluk dengan tingkat serangan sedang, burung
pipit dengan tingkat serangan berat, tikus dengan tingkat serangan berat, dan kutu kebul
dengan tingkat serangan ringan.
2. Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani setempat yaitu menggunaan pestisida
nabati, pestisida nabati adalah ramuan pengendali OPT yang bahan aktifnya berasal dari
tumbuhan baik berasal dari akar, batang, daun, bunga, buah maupun biji tanaman yang
sudah diketahui keefektifannya untuk mengendalikan OPT tertentu.
3. Kendala yang dihadapi dalam menanggulangi hama antara lain perlunya koordinasi
ekstra antara petani untuk dapat menanam dan panen serempak. Dengan tanam panen
serempak maka populasi hama dapat menurun.
4. Dalam mengaplikasikan pestisida disesuaikan dengan jenisnya seperti GR ditaburkan, EC
di semprotkan, dll. Selain itu diperlukan peralatan keamanan seperti sarung tangan,
masker, baju lengan panjang, dan sepatu but. Pestisida disimpan pada tempat yang aman
jauh dari jangkauan orang dewasa maupun anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

18
BB Padi. 2014. Waspadai Wereng Batang Cokleat pada MH. 2013/2014.
bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.pp/berita-utama-content/34-waspada-wereng batang-
cokelat-pada-mh-2013-2014. Diakses pada 12 Mei 2018.

Christanti, L.D, dan Soesilaningsih E.A. 2013. Pertumbuhan padi hitam dan serangan
beberapa herbivor di sawa padi organik Kecamatan Kepanjen . Jurnal Biotropika 1(5)
: 221-225.

Marwoto dan Inayati, A. Kutu kebul : hama kedelai yang pengendaliannya kurang mendapat
perhatian. Iptek Tanaman Pangan 6(1) : 87-98.

Wilyus et al. 2013. Keanekaragaman, dominasi, persebaran spesies penggerek batang padi
dan serangannya pada berbagai tipologi lahan di Provinsi Jambi. J. HPT Tropika 13(1) :
87-95.

19
LAMPIRAN

20
21

Anda mungkin juga menyukai