NRP : 1321500025
Mata Kuliah : Kewirausahaan Lanjut
1. TaniHub
Michael Jovan Sugianto adalah salah satu pemuda Indonesia yang kini
menjadi ikon bagi anak muda. Lewat startup TaniHub, dia menjadi semacam titik
cerah bagi petani yang selama ini menjadi pihak yang justru tidak ikut menikmati
ketika terjadi kenaikan harga dasar kebutuhan pokok.
Kenaikan harga kebutuhan petani sendiri, dan juga kenaikan harga produk
pendukung kebutuhan pertanian seperti bibit dan pupuk menjadikan kehidupan petani
menjadi semakin terpinggirkan. Hal tersebut menjadi salah satu pemantik kepedulian
pada diri Michael untuk melakukan sesuatu. Tentu saja sesuai dengan bidang dan
keahlian yang dimilikinya.
Keinginan pria kelahiran Bandung 1 Nopember 1993 ini, terwujud saat
mengikuti Startup Weekend 2005 di Conclave Working Space, Jakarta Selatan. Di
ajang tersebut dia bertemu dengan orang-orang yang akhirnya bisa mewujudkan
idenya.
Dengan TaniHub, maka jarak antara petani dan konsumen akan dipersingkat
bahkan dihilangkan. Tidak akan ada lagi penghubung di antara produsen dan
konsumen. Jika dulu petani mendapatkan harga murah untuk hasil pertaniannya, yaitu
hanya mendapat harga dasar maka dengan TaniHub, maka melalui TaniHub petani
bisa menjual dengan harga lebih tinggi. Sementara keuntungan bagi konsumen, akan
mendapat harga lebih murah dari harga pasar.
Biteback didirikan oleh Mush'ab Nursantio dan Ifdhol Syawkoni saat mereka
menjadi mahasiswa Teknologi Pertanian di universitas brawijaya. Sebagai aktivis
lingkungan selama masa studinya, Mushud telah terpesona oleh manfaat serangga
makanan yang dapat dimakan. Dia mulai menanam serangga di rumah dan meminta
teman-temannya untuk datang dan memakannya. Termotivasi oleh tantangan tentang
'Bagaimana memberi makan 9 miliar orang pada tahun 2050?' Mush'ab meminta
teman sekelasnya Ifdhol untuk bergabung dengan Thought For Food Challenge dan
menamai proyek Biteback. Ifdhol adalah seorang peneliti yang sangat baik dan
berpengalaman dalam bekerja sebagai asisten lab di fakultas mereka. Mereka mulai
melihat ke dalam dan melihat apa sifat serangga itu, dan melakukan sedikit riset,
menyelidiki masalahnya. Mereka menemukan bahwa ia bekerja untuk mengganti
minyak sawit.
3. PanenID
Johannes Dwi Cahyo Kristanto (Founder & CTO PanenID) mengatakan, Dengan
aplikasi PanenID, kami mengedepankan konsep fair trade bagi seluruh petani dengan
sistem direct trading, yaitu mempertemukan petani langsung dengan konsumennya
melalui jalur distribusi yang baik menggunakan teknologi digital.
Meski baru berdiri sejak awal tahun 2017, saat ini PanenID telah bekerja sama
dengan 120 petani di daerah Petang dan Pancasari, Bali. Platform ini juga telah
berkolaborasi dengan instansi pemerintah daerah terkait, sehingga dapat membangun
fitur direct trading, peta persebaran komoditas, dan fitur rantai distribusi yang efisien
bagi para petani di Pulau Dewata.
Selain petani, sudah ada 10 hotel besar di Indonesia yang memutuskan bergabung
dengan PanenID seperti Harris Hotel, Santika Hotel, Amaris Hotel dan hotel-hotel
ternama lainnya. Saat ini PanenID sudah dapat diunduh di Google Play Store dan
Apple App Store.
4. Crowde
Startup ini didirikan oleh Muhaimin Iqbal, Andreas Senjaya, dan Jim
Oklahoma pada 2014 lalu. Dengan model bisnis yang menjembatani tiga elemen
dalam bisnis pertanian yaitu modal, pasar, dan kemampuan budidaya. iGrow
menghubungkan para investor (pemberi dana) dengan petani sekaligus pemilik lahan,
dan pembeli produk pertanian. Inovasi ini memungkinkan setiap orang bisa berperan
sebagai investor pada produk pertanian yang diminati, dan memungkinkan lahan-
lahan yang tidak terpakai dapat optimal untuk dimanfaatkan sebagai lahan produktif.
Setelah dua tahun berjalan dan mendapatkan respon yang baik, iGrow kemudian
mendapatkan pendanaan dari dua pemodal ventura, yaitu East Ventures dan 500
Startups.