Anda di halaman 1dari 12

9A:BENTUK DAN RAGAM WICARA

A. TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


Setelah mengikuti sajian tentang topik bentuk dan ragam wicara ini diharapkan
mahasiswa dapat: (1) menje-laskan dengan contoh-contoh tentang bentuk dan ragam
latihan wicara yang dapat dipraktekkan dalam kegiatan wicara individual; (2)
menjelaskan dengan contoh-contoh tentang bentuk dan ragam latihan wicara yang dapat
di-praktekkan dalam kegiatan wicara kelompok.

B. BAHAN AJAR
Kegiatan wicara amat banyak bentuk dan ragamnya. Ada yang membuat
klasifikasi bentuk wicara berdasarkan situ-asinya, yaitu pembagian atas: (1) wicara
formal, dan (2) wicara informal. Ada yang membuat klasifikasi bentuk wicara
berdasarkan keilmiahan isinya, yaitu pembagian atas: (1) wicara ilmiah, dan (2) wicara
non-ilmiah. Ada yang membuat klasifikasi bentuk wicara berdasarkan jumlah perannya,
yaitu pembagaian atas: (1) wicara individual, dan (2) wicara kelompok. Ada pula yang
yang membuat klasifikasi bentuk wicara berdasarkan sifatnya, yaitu pembagian atas: (1)
wicara yang sifatnya memberi motivasi (motivatif); dan (2) wicara yang sifatnya
pertunjukan (demonstratif). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bentuk dan
ragam wicara itu amat relatif, tergantung bagaimana orang memandangnya dan
menyikapinya.
Dalam kaitannya dengan bentuk dan ragam wicara, Mon-roe (1955) membedakan
bahwa wicara itu memiliki empat bentuk atau ragam, yaitu:
(1) wicara untuk mengeluarkan akal sehat (goodwill talks);
(2) wicara untuk memberikan persembahan (paying tribute);
(3) wicara untuk memberikan penghormatan (courtesy talks); dan
(4) wicara dalam untuk keperluan peresmian atau pembukaan (introducing speakers).
Wicara untuk mengeluarkan akal sehat dilakukan dalam bentuk-bentuk: (1)
pertemuan-pertemuan pada waktu makan siang (luncheon club meetings); (2) program
pendidikan (educational program); dan (3) program-program demonstrasi khusus
(special demonstrating program). Tujuan dilaksa-nakannya kegiatan mengeluarkan akal

38
sehat ini adalah untuk memelihara akal sehat secara tidak langsung (securiting goodwill
unobtrusively). Cara-cara mengeluarkan akal sehat dalam pertemuan-pertemuan makan
siang, pertemuan pendi-dikan, dan kegiatan demonstrasi tersebut dilakukan dengan
sopan (modesty), toleransi (tolerance), dan penuh sendau gurau (humor). Adapun isi
pembicaraan dalam mengeluarkan akal sehat tersebut dapat berupa:
(1) hasil penafsiran atau apresiasi terhadap karya sastra, novel, drama, cerpen, dan
sebagainya;
(2) kritik-kritik membangun terhadap suatu lembaga fro-fesi, termasuk di dalammya
kritik-kritik terhadap anggota lembaga profesi tersebut tentang cara berfikir,
bertindak, dan berkarya;
(3) informasi tentang pembatalan hasil musyawarah dari kelompok makan siang atau
kelompok semacam itu yang telah diputuskan pada pertemuan terdahulu; dan
(4) penawaran pelayanan-pelayanan khusus tentang pendidik-an, kerja sama,
pertukangan, hasil industri, dan seba-gainya.

Kegiatan wicara dalam rangka memberikan persembahan (paying tribute)


dilakukan dalam bentuk-bentuk: (1) pidato atau sambutan untuk mengenang jasa-jasa
seseorang (the memorial); (2) pidato atau sambutan untuk menunjukkan dedikasi yang
tinggi terhadap lembaga atau organisasinya (dedication); (3) pidato atau sambutan dalam
acara perpisahan (farewell); dan (4) pidato atau sambutan untuk memberikan atau
menerima hadiah (presentation of award). Tujuan dilakukannya kegiatan wicara untuk
memberikan per-sembahan ini adalah untuk memelihara penghayatan terhadap segi-segi
kehidupan (securing appreciation). Adapun cara memberikan persembahan tersebut
dilakukan dengan kegiatan wicara secara sederhana dan tulus (simplicity and hones-ty).
Adapun isi yang terkandung dalam pembicaraan untuk memberikan persembahan ini
dapat berupa:
(1) perangai pribadi seseorang yang menonjol (dominant personal traits);
(2) prestasi seseorang yang terkenal (outstanding achieve-ment); dan
(3) pengaruh yang kuat terhadap lembaga, perkumpulan, atau organiasasi yang
dipimpinnya (influence upon his associates).

39
Kegiatan wicara untuk memberikan penghormatan dilakukan dalam bentuk:
penghormatan terhadap para tamu atau pe-ngunjung, penghormatan terhadap keluarga
temanten pria, penghormatan terhadap keluarga penganten wanita, peng-hormatan
terhadap para wisatawan, dan penghornatan ter-hadap para undangan dalam acara-acara
rersepsi lain.
Kegiatan wicara untuk meresmikan atau membuka sesuatu, misalnya dilakukan
dalam bentuk: pidato pembukaan pameran, pidato peresmiaan gedung sekolah, pidato
peres-mian atau pembukaan jalan layang atau jembatan layang, pidato pembukaan atau
peresmian suatu seminar, simposium, konggres, munas, atau kegiatan ilmiah sejenis itu.
Dalam hal bentuk dan ragam wicara, Brigance (1953) menggolongkan bentuk
wicara atas: (1) wicara-wicara yang bersifat motivatif atau untuk memberi motivasi
(motivative speeches), dan (2) wicara-wicara yang bersifat demons-tratif atau wicara
dalam bentuk pertunjukan (demonstrative speeches).
Wicara yang bertujuan untuk memberi motivasi pada pendengar dapat dilakukan
dengan kegiatan wicara yang berbentuk:
(1) wicara dalam bidang hukum (yudicial speeches), misal-nya: penampilan wicara
seorang jaksa di persidangan, pembelaan dari kuasa hukum di pengadilan, dan kepu-
tusan hakim dalam persidangan;
(2) wicara yang dilakukan oleh lembaga perwakilan atau lembaga pembuat undang-
undang (legeslative speech), misalnya: pembicaraan dalam sidang DPR/MPR, sidang
senat suatu perguruan tinggi, rapat BPM di suatu jurusan di universitas, dan
sebangainya;
(3) wicara untuk kampanye politik (political campaign speeches), misalnya: kampanye
PDI, kampanye Golkar, dan kampanye PPP;
(4) wicara untuk kampanye umum (general campaign speeches), misalnya: kampanye
anti rokok, kampanye anti AIDS, kampanye KB, dan sebagainya;
(5) wicara di depan mimbar atau khotbah (pulpit speeches), misalnya: ceramah agama,
kuliah umum, mimbar bebas, dan sebagainya;
(6) wicara untuk kepentingan bisnis (business speeches), misalmnya: tawar-menawar
(sales talk), promosi dagang-an (promotional speech), penawaran jasa berupa akal

40
sehat (good-will speech), penawaran jasa berupa inspi-rasi (inspirational speech), dan
sebagainya; dan
(7) wicara lewat gelombang radio (radio speeches), misal-nya: siaran pedesaan,
penyuluhan pertanian lewat radio, pemandu pembacaan acara dalam siaran radio, dan
sebagainya.

Kegiatan wicara yang bersifat demonstratif (demonstrative speeches) dapat


dilakukan dengan bentuk:
(1) wicara-wicara untuk penghormatan (speeches of cour-tesy), misalnya dalam bentuk:
wicara untuk memperke-nalkan diri (speeches of introduction), wicara untuk
menyambutan (speeches of welcome), wicara untuk meres-pon (speeches of
response), wicara untuk penerimaan hadiah atau tanda jasa (speeches of accep-tance),
dan wicara untuk perpisahan (speeches of farewell);
(2) wicara-wicara sesudah makan atau pesta (after-dinner speeches), misalnya: sambutan
dalam suatu perjamuan, sambutan dalam acara-acara ulang tahun, sambutan-
sambutan dalam acara syukuran, dan sebagainya;
(3) wicara untuk suatu peringatan (commemorative speches), misalnya: sambutan untuk
peringatan sejarah pergerakan bangsa (anniversary speeches), sambutan persembahan
untuk orang-orang perintis atau pahlawan (dedicatory speeches), sambutan untuk
acara pelantikan (inaugular speeches), penyambutan orang mati dalam bentuk madah/
tahlil (eulogies speeches), dan sambutan untuk nomi-nasi atau pemilihan unggulan
(nominating speeches);
(4) kuliah atau ceramah umum (expository lecture), mi-salnya: pemberian penjelasan
terhadap siswa, pemberian penjelasan terhadap peserta penataran, pemberian pen-
jelasan terhadap pegawai negeri, pemberian penjelasan terhadap pelamar pekerjaan,
dan sebaginya.

Dalam kaiatannya dengan bentuk dan ragam wicara, Logan (1972) membedakan
bentuk wicara atas tiga, yaitu: (1) bentuk wicara formal, (2) bentuk wicara informal, dan
(3) bentuk wicara untuk kesempatan khusus (speeches for special occasion).

41
Wicara formal dapat dilakukan dengan bentuk: (1) pemberian penyuluhan atau
penerangan (giving talk), (2) perencanaan dan penilaian atau kritik-kritik yang bersifat
membangun (planning and evaluating), (3) wawancara dengan nara sumber
(interviewing), (4) perdebatan akademis atau diskusi ilmiah (discussion), sidang umum
atau sidang perwakilan (parliamentary procedure), mengkhisahkan suatu cerita
(storytelling).
Adapun wicara informal dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan wicara
sebagai berikut:
(1) bertukar pengalaman (sharing experiences);
(2) bercakap-cakap (conversing);
(3) mengabarkan suatu berita (telling the news);
(4) memberikan pengumuman (making announcements);
(5) memperkenalkan diri (making inroduction);
(6) bicara lewat telepon (telephone);
(7) memberikan petunjuk atau penjelasan (giving directions or explanation); dan
(8) pembelajaran (instructions).
Bentuk-bentuk kegaiatan wicara untuk kesempatan khusus (speeches for special
occasion) dapat digolomgkan atas delapan ragam, yaitu sebagai berikut:
(1) wicara untuk presentasi (the speech of presentation), misalnya penyajian makalah,
penyajian laporan, penya-jian tugas-tugas kelompok, dan sebagainya;
(2) wicara untuk penerimaan atau penyambutan (the accep-tance speech), misalnya:
penyambutan tamu negara, pe-nyambutan wisatawan, penyambutan rombongan
penganten, dan sebagainya;
(3) wicara untuk perpisahan (the speech of farewell) mi-salnya: perpisahan setelah lulus
ujian, perpisahan dengan guru yang pindah tempat mengajarnya, perpisahan dengan
pegawai yang sudah pensiun, dan sebagainya;
(4) wicara sesudah makan atau pesta (the after dinner speech), misalnya: sambutan dalam
acara ulang tahun, acara syukuran, acara selamatan, dan sebagainya;
(5) wicara untuk pembukaan (the speech of introduction), misalnya meresmikan pameran,
meresmikan bangunan baru, meresmikan jalan baru, dan sebagainya; dan

42
(5) wicara untuk nominasi (the nomination), misalnya penyambutan unggulan pemeran
utama film dalam FFI, penyambutan unggulan sinetron, penyambutan unggulan
bintang radio, dan sebagainya.

Penggolongan bentuk dan ragam wicara yang sering dijumpai dalam leteratur-
literatur adalah penggolongan bentuk wicara atas: (1) wicara individual, dan (2) wicara
kelompok. Secara rinci, penggolongan bentuk dan ragam wicara tersebut sebagai berikut
ini.

1. Bentuk Wicara Individual


Bentuk wicara individual adalah suatu bentuk kegiatan wicara yang secara fisik
dilakukan oleh seseorang. Di dalam penampilan wicara ini tidak dituntut adanya respon
langsung dari pendengar atau lawan bicara. Adapun bentuk-bentuk wicara individual
tersebut antara lain berupa: (1) memperkenalkan diri, (2) menerangkan cara membuat
sesuatu, (3) mengemukakan fakta, (4) mengemukakan isi bacaan, (5) mengemukakan
komentar, (6) bercerita reproduktif, dan (7) bercerita secara berantai.

a. Memperkenalkan Diri
Memperkernalkan diri adalah mengekspresikan diri di muka kawan atau
lingkungan baru. Memperkenalkan diri sangat perlu bagi seseorang pada saat pertama
kali berada dalam kelompok atau lingkungan baru, agar dirinya diterima oleh
kelompoknya. Adapun hal-hal yang biasa diekspresikan dalam perkenalan diri tersebut
antara lain bersangkut paut dengan: (1) nama, (2) alamat, (3) hobby, (4) keadaan
keluarga, (5) cita-cita atau harapan, (6) identitas lain yang mungkin perlu diperkenalkan
pada kelompoknya (misalnya: pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya).

b. Menerangkan Cara Membuat Sesuatu


Menerangkan cara membuat sesuatu merupakan bentuk wicara dengan
menceritakan proses terjadinya sesuatu secara berurutan. Oleh karena itu, di dalam
menerangkan cara membuat sesuatu pembicara harus berbicara secara sistematis dan
tuntas. Selain itu, cara menampilkan wicara harus menarik, jelas, dan meyakinkan. Jika

43
pembicara ingin berhasil menjelaskan sesuatu, maka pembicara tersebut harus
mempersiapkannya secara matang. Persiapan tersebut berkaitan dengan: (1) penentuan
tujuan pembicaraan, (2) pembuatan kerangka atau pokok-pokok pembicaraan, (3) pe-
ngumpulan bahan pembicaraan, (4) pengorganisasian bahan pembicaraan, dan (5) latihan
menjelaskan dengan suara nyaring dan mimik yang serasi.

c. Mengemukakan Fakta
Mengemukakan fakta biasanya kita lakukan jika kita ingin memberi tahu kepada
orang lain tentang keadaan yang sebenarnya atau kondisi sesuatu secara objektif. Oleh
karena itu, apa yang dibicarakan harus benar-benar berupa informasi sesungguhnya baik
tentang benda, peristiwa, maupun situasi yang nyata. Di dalam hal ini kita tidak boleh
mengemukakan opini atau pendapat menurut pikiran kita. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengemukakan fakta antara lain: (1) bahan informasi harus berupa
data faktual; (2) bahan faktual tersebut dapat bersumber dari bacaan maupun fakta dalam
kehidupan sehari- hari; (3) di dalam mengemukakan fakta tidak boleh disisipi opini; (4)
di dalam mengemukakan fakta hendaknya menggunakan bahasa yang lugas; dam (5) di
dalam mengemukakan fakta tidak perlu berlebih-lebihan (over-acting).

d. Mengemukakan Isi Bacaan


Mengemukakan isi bacaan merupakan bentuk wicara yang bertujuan untuk
melatih wicara sekaligus untuk meningkatkan minat baca. Di dalam latihan wicara bentuk
ini seseorang harus membaca lebih dahulu, karena tanpa membaca dia tidak mungkin
bisa melaporkan isi bacaan. Salah satu kegiatan mengemukakan isi bacaan antara lain
dengan menceritakan tentang sinopsis suatu fiksi (mungkin roman, novel, mungkin
cerpen). Adapun garis becar sinopsis bacaan tersebut berkaitan dengan: (1) siapa
pengarang buku tersebut; (2) siapa saja tokoh-tokoh dalam cerita tersebut; (3) di mana
tempat kejadian tersebut; dan (4) bagaimana jalan ceritanya secara ringkas.

e. Mengemukakan Komentar
Mengemukakan komentar berarti memberikan tanggapan, memberikan
pertimbangan, atau menilai pendapat orang lain. Oleh karena itu, mengemukakan

44
komentar cenderung bersifat subjektif. Meskipun demikian, jika hendak mengemukakan
komentar perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
(1) hendaknya komentar dilontarkan dalam bentuk uraian yang padat dan tersusun secara
baik;
(2) hendaknya komentar terarah pada sasaran yang dikehendaki;
(3) hendaknya komentar diekspresikan dengan menggunakan bahasa yang lugas dan tidak
bermakna ganda;
(4) hendaknya komentar diekspresikan dengan kalimat atau susunan kata-kata yang
mudah dipahami; dan
(5) jika perlu, komentar dapat diperjelas dengan menggunakan gambar, bagan, tabel,
grafiks, dan sebagainya.

f. Bercarita Reproduktif
Cerita reproduktif ialah cerita yang kita tuturkan di hadapan kawan atau orang
lain setelah kia mendengarkan ceritera dari orang lain. Tujuan kegiatan bercerita
reproduktif adalah untuk melatih membuat kalimat dengan kata-kata sendiri secara
spontanitas dalam suatu kegiatan wicara. Hal-hal yang dapat diceritakan kembali tersebut
antara lain berupa: (1) cerita pendek, (2) cerita lucu, dan (3) cerita bergambar.

g. Ceritera Berantai
Ceritera berantai merupakan kelanjutan dari ceritera reproduktif. Jadi, ceritera
berantai tersebut dapat dice-ritakan lagi oleh orang lain dengan penampilan yang berbeda,
tetapi isi ceritanya tidak boleh menyimpang dari cerita terdahulu. Kegiatan ceritera
berantai ini dapat dilakukan dengan cara membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil. Salah seorang dari suatu kelompok ditugaskan untuk menceritakan kepada
seseorang dari kelompok lain. Setelah itu, orang tersebut menceritakan cerita itu kepada
anggota kelompoknya masing-masing.

2. Bentuk Wicara Kelompok


Wicara kelompok ialah bentuk kegiatan wicara yang secara fisik mengharuskan
adanya keterlibatan agggota kelompok yang terdiri atas beberapa orang atau banyak

45
orang. Antara pembicara dengan lawan bicara terjadi in-teraksi timbal-balik. Bentuk-
bentuk wicara kelompok banyak sekali. Ada bentuk wicara kelompok yang anggotanya
sedikit, ada pula bentuk wicara kelompok yang anggotanya banyak. Ada bentuk wicara
kelompok yang bentuknya teratur rapi, ada bentuk wicara kelompok yang bentuknya asal
jadi. Ada bentu wicara kelompok yang dilakukan dalam situasi resmi, ada bentuk wicara
kelompok yang dilakukan dalam situasi tak resmi. Di antara berbagai ragam bentuk
wicara kelompok tersebut, terdapat empat bentuk wicara kelompok yang biasa digunakan
dalam pengajaran bahasa, yaitu: (1) dialog (wawankata), (2) interviu (wawancara), (3)
diskusi, dan (4) bermain peran.

a. Dialog (Wawankata)
Dialog adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang terjadi
dalam situasi yang sama, dan membicarakan topik yang sama pula. Di dalam dialog, para
pembicara saling memberi inforasi, saling membutuhkan informasi, dan saling membantu
memecahkan masalah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan yang diekspresikan
secara lisan dan secara spontan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam dialog adalah
adanya prilaku yang: (1) feel friendly, yaitu adanya suasana hati kita yang menaruh rasa
simpati kepada teman bicara; (2) look friendly, yaitu penampilan kita yang
memancarkan kesimpatikan atau penampilan yang sesuai dengan kata hati kita; dan (3)
sound friendly, yaitu kesimpatikan yang dapat dirasakan atau didengar lewat suara, nada
pembicaraan, maupun intonasi pembicaraan.

b. Interviu (Wawancara)
Wawancara merupakan bentuk percakapan yang biasanya dilakukan oleh dua
orang. Salah seorang bertindak sebagai penanya atau pencari informasi (orang yang
mewawancarai), seorang lain bertidak sebagai penjawab pertanyaan atau sumber
informasi (informan). Meskipun demikian, kadang-kadang ada pula kegiatan wawancara
yang dilakukan oleh banyak orang, misalnya jika yang diwawancarai atau yang
mewawancarai lebih dari satu orang. Kelihatannya kegiatan wawacara merupakan
kegiatan tanya-jawab saja, tetapi masalahnya lebih dari itu.

46
Perbedaan anatara wawancara dengan dialog terletak pada unsur memberi dan menerima
(take and give) dari masing-masing peran. Di dalam wawncara informan cenderung
"memberi" (give), sedangkan pewawncara cenderung minta atau menerima (take). Lain
halnya dalam dialog; masing-masing peran saling memberi dan menerima (take and
give). Antara orang yang berdialog dengan orang yang diajak dialog cenderung sama-
sama membutuhkannya.
Untuk keperluan penelitian atau perncarian berita, pewawancara perlu lebih
agresif daripada nara sumber (informan). Dalam hal ini pewancara haruslah mahir dalam
menggali informasi. Berbagai pertanyaan yang lazim di-ajukan kepada informan biasanya
berupa: (1) pertanyaan pendahuluan, pertanyaan pemanasan, atau pertanyaan ancang-
ancang; (2) pertanyaan pengarahan; (3) pertanyaan peng-galian masalah; dan (4)
pertanyaan penutup.

c. Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan percakapan yang bertujuan untuk bertukar pikiran,
memecahkan masalah secara bersama, dan melatih mengemukakan pendapat. Berbagai
bentuk diskusi yang sering dilakukan dalam forum ilmiah antara lain:
(1) diskusi kelompok kecil (buzz goup), yaitu sebuah diskusi yang diperankan oleh
kelompok-kelompok kecil dalam suatu ruangan atau kelas untuk mengerjakan suatu
tugas pembelajaran atau tugas pelatihan yang diawasi oleh seorang instruktur, guru,
atau supervesor;
(2) kolokium, yaitu sebuah diskusi ilmiah yang dipandu oleh seorang moderator, dengan
pembicara utama para pakar (ahli berdasarkan bidangnya masing-masing), dihadiri
oleh para audience yang seprofesi, dan membahas suatu pokok masalah yang menarik
atau aktual;
(3) simposium, yaitu sebuah diskusi ilmiah semacan kolo-kium, tetapi berdeda susunan
tempat duduknya; tempat duduk moderator dalam kolokium sejajar dengan pem-
bicara utama (para pakar), tempat duduk moderator dalam simposium terpisah dengan
pembicara utama dan bersatu dengan tim perumus;

47
(4) seminar, yaitu sebuah bentuk diskusi ilmiah yang diperankan oleh pemakalah
(referator) sebagai pem-bicara utamanya, disanggah oleh para penyanggah, dan
dipandu oleh moderator, serta dihadiri oleh para audience;
(5) panel, yaitu sebiuah diskusi ilmiah yang dilalkukan oleh para panelis sebagai
permbicara utamannya, di-pandu oleh seorang moderator atau ketua, dan dihadiri oleh
para partisipan;
(6) debat, yaitu sebuah bentuk diskusi yang dipimpin oleh moderator dan diperankan
oleh para audien yang terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok pro (setuju) dan
kelompok kontra (menentang atau tak setuju);
(7) fishbowl, yaitu sebuah diskusi yang bentuknya atau tempatduduknya mirip dengan
bentuk mangkok ikan; dengan mendatangkan nara sumber sebagai pembicara
utamanya (biasaanya diambil dari tokoh masyarakat), dan dihadiri oleh para
simpatisan; dan
(8) diskusi meja bundar (round table), yaitu sebuah diskusi yang berbentuk seperti meja
bundar; diperankan oleh para pasrtisipan dan dipimpin oleh seorang ketua.

Selain keddeklapan bentuk diskusi di atas, ada juga bentuk diskusi yang
merupakan gabungan antara kedua macam bentuk diskusi, misalnya dalam kegiatan
semlok (seminar dan lokakarya). Dalam semlok biasanya digunakan bentuk diskusi
gabungan antara seminar dengan diskusi kelompok. Di dalam kegiatan penlok (penataran
dan lokakarya) sering dilakukan bentuk diskusi gabungan antara diskusi kelompok
dengan diskusi paripurna. Adapun di dalam dunia pengajaran, sering digunakan bentuk
gabungan antara diskusi kelompok dengan diskusi kelas.

d. Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan atau latihan untuk untuk menirukan
pembicaraan, termasuk gerak-gerik, perwatakan, serta tingkah laku orang yang
diperankan. Latihan peran ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk wicara, misalnya
dalam bentuk diskusi, wawancara, simulasi mengajar, dialog, drama, dan sebagainya.

48
e. Meramu Pendapat (Brainstorming)
Meramu pendapat (brainstorming) mula-mula dipopuler-kan oleh Obsorn (Logan,
1972: 149--153). Prinsip dasar meramu pendapat (brainstorming) adalah bahwa:
(1) semua gagasan diterima (all ideas accepted);
(2) yang dipentingkan kuantitas, bukan kualitas (quantity rather than quality);
(3) semua kritik terhadap suatu ide tidak diperbolehkan untuk tahap-tahap awal (all
criticsm of ideas is prohibited in the early stages);
(4) penggabungan ide sangat dibutuhkan (combination of ideas is encouraged); dan
(5) penilaian atau kritik ditunda sampai sesudah membuah-kan hasil (evaluation is
deferred until after the idea--producing satges).

49

Anda mungkin juga menyukai