Anda di halaman 1dari 3

11A: PEMANDU WISATA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sajian tentang pokok bahasan pemandu wisata ini diharapkan
mahasiswa dapat: (1) menunjukkan hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang pemandu
wisata sebagai bahan informasi yang diperlukan oleh para wisatawan; dan (2) dapat
mempraktekkan sebagai seorang pemandu wisata dalam sebuah simulasi di depan kelas
dengan baik dan benar.

B. BAHAN AJAR
Seorang pemandu wisata (guide) merupakan seorang yang memimpin atau
memandu orang lain dalam perjalannya atau dalam mencari ilmu, misalnya dalam suatu
negeri (tanah) asing, atau seorang yang mempertunjukkan pokok perhatian tentang
pemandangan alam (a person who leads or direct another in his way or course, as in a
strange land, or one who exhibits point of interest to sightseers). Di dalam hal ini seorang
pemandu wisata bertugas untuk melayani para pengunjung (wisatawan) dengan memberi
informasi tentang objek-objek wisata yang dikunjunginya. Objek-objek wisata tersebut
dapat berupa: (1) tempat-tempat bersejarah (candi-candi, museum-museum, atau gedung-
gedung bersejarah, dan sebagainya); (2) tempat alami yang kaya dengan keindahan-
keindahan alam (misalnya: gunung, sungai, danau, lautan, pantai, air terjun, lembah, dan
sebagainya); (3) tempat bermain-main (misalnya: kolam renang/pemandian, dunia fantasi,
taman mini, dan sebagainya); (4) tempat peristirahatan (misalnya vila-vila, hotel-hotel,
pesanggrahan, dan sebagainya); dan (5) tempat-tempat lain yang berkaitan dengan
pertokoan, sekolah/perguruan tinggi, dan transportasi, dan sebagainya.
Oleh karena wisatawan mancanegara dan domistik memiliki kesengangan yang
bermacam-macam, maka tugas seorang pemandu wisata adalah mengetahui segala
informasi yang amat kompleks yang sangat diperlukan oleh setiap wisatawan. Dengan
demikian, seorang pemandu wisata minimal harus menguasai hal-hal sebagai berikut ini.

1. Menguasai bahasa asing.

69
Pemandu wisata perlu menguasai bahasa asing, misalnya: bahasa Inggris, bahasa
Jepang, bahasa Spanyol, bahasa Jerman, dan sebagainya sesuai dengan bahasa yang
digunakan oleh wisatawan yang akan dipandu. Tetapi, jika pemandu wisata sulit menguasai
banyak bahasa, maka mereka minimal harus menguasai secara aktif bahasa Inggris. Hal ini
disebabkan bahwa penggunaan komunikasi dengan bahasa Inggris biasanya dapat
dimengerti oleh wisatawan manca negara, karena bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional.

2. Menguasai bahasa kedua (bahasa Indonesia).


Hal ini mutlak harus dipenuhi oleh setiap pemandu wisata Indonesia, karena bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa resmi negara. Penggunaan bahasa
Indonesia sering digunakan untuk memandu wisatawan lokal atau domistik. Selain itu,
kegiatan pemanduan wisata terhadap turis asing juga sekali-kali perlu dilakukan sambil
memperkenalkan pemakaian bahasa Indonesia kepada wisatawan asing.

3. Menguasai berbagai macam bahasa daerah.


Pemandu wisata perlu menguasai berbagai macam bahasa daerah, misalnya: bahasa
Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Bali, bahasa Sasak, bahasa Tetun, bahasa
Banjar, dan sebagainya sesuai dengan daerah wisata yang dikunjunginya. Akan tetapi, jika
pemandu wisata sulit menguasai berbagai macam bahasa daerah, maka mereka minimal
harus menguasai satu bahasa daerah yang relevan dengan bahasa daerah yang dipakai di
lingkungan objek wisata yang dikunjunginya. Penguasaan bahasa daerah di sini sangat
diperlukan untuk lebih memperkenalkan kepada wisatawan tentang arti dan nuansa-nyansa
khusus yang berbeda antara daerah wisata satu dengan daerah wisata lain.

4. Menguasai arah, denah, dan lokasi objek wisata.


Pemandu wisata hendaknya survey lapangan lebih dahulu untuk menguasai medan
tempat wisata yang akan dituju. Hal ini penting dilakukan oleh seorang pemandu wisata,
karena dengan mengetahui arah, denah, dan lokasi objek wisata, maka pemandu wisata
dapat menghantarkan wisatawan sampai pada tempat yang dituju tanpa mengalami banyak
kesulitan. Jalan yang berliku-liku harus dihafalnya; jalur-jalur transportasi harus

70
dihafalkan, dan berapa ongkos naik transportasi sampai daerah wisata itu harus diketahui
pula. Dengan demikian, perjalanan wisata dapat ditempuh dengan cepat sampai tujuan.

5. Mengetahui sejarah tentang objek wisata.


Pemandu wisata perlu mengetahui riwayat singkat, kisah nyata, ataupun silsilah
tentang objek wisata. Sebagai contoh, misalnya tentang riwayat suatu museum: tahun
berapa dibangun, siapa yang membangun, diorama dalam museum mengisahkan apa,
benda-benda dalam museum mengandung nilai historis apa, dan sebagainya.

6. Mengetahui legenda tentang objek wisata.


Kadang-kadang sejarah suatu objek wisata tumpang tindih dengan legenda. Dalam
hal ini pemandu wesata harus mempelajari cerita yang berbau mithos, legenda, babat, atau
yang semacam itu yang melatarbelakangi daerah wisata tersebut. Sebagai contoh, misalnya
legenda Gunung Tangkuban Perahu, legenda Roro Jonggrang, dan sebagainya.

7. Mengetahui kebudayaan masyarakat di daerah wisata.


Oleh karena Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, maka setiap suku
pasti memiliki adad, tradisi, maupun budaya yang berbeda. Dalam hal ini pemandu wisata
harus mengetahui tradisi di sekitar daerah wisata, misalnya tentang upacara adat, tata
pakaian, kebiasaan berbahasa, tata pergaulan, dan sebagainya.

71

Anda mungkin juga menyukai