Anda di halaman 1dari 3

II.

Mansur Samin
1. Pernyataan
1) Kehidupan penyair yang diduga terkait peristiwa sejarah
Mansur Samin di masa mudanya pernah telibat menjadi tentara pelajar dan
turut bergerilya di hutan-hutan hingga tahun 1949. Setelah itu, pemerintah
memberikan tiga pilihan kepada para pejuang waktu itu, yaitu tetap sebagai anggota
TNI, menjadi pegawai pemerintah sipil, atau kembali ke tengah masyarakat dengan
tiga kota pilihan, yaitu Jakarta, Solo, atau Denpasar. Mansur Samin memutuskan
kembali ke tengah masyarakat sipil dengan pilihan kota Solo, Jawa Tengah, dengan
harapan dapat melanjutkan studinya. Proses kreatif Mansur Samin dimulai sejak 1947
di Batang Toru, yang dimulai dengan menulis sajak. Imajinasinya terinspirasi oleh
andung-andung (ratapan rakyat) masyarakat kampungnya yang sengsara karena
ditindas penjajah.
Pada tahun 1965 Mansur Samin meninggalkan Solo menuju Jakarta dan di
kota ini ia masih tetap menulis. Selain menulis, ia juga menjadi wartawan harian
Merdeka dan majalah Cerpen. Ketika masa pergolakan, Mansur Samin semakin giat
menulis, baik menulis kritik maupun puisi. Bahkan, ia juga ikut demonstrasi bersama
mahasiswa untuk menggulingkan Pemerintah Orde Lama. Kumpulan puisinya Sajak-
Sajak Perlawanan pada tahun 1971 diterbitkan oleh Balai Pustaka. Dramanya
"Kebinasaan Negeri Senja" (dimuat dalam majalah Horison nomor 4 tahun ke-3, April
1968) merupakan refleksi keadaan carut-marut negeri Indonesia sebagai akibat dari
pergolakan politik. Sejak saat itu, H.B. Jassin memasukkan Mansur Samin ke dalam
golongan penyair Angkatan 66.

2) Peristiwa sejarah dalam puisi dengan kehidupan penyair


Puisi Pernyataan memberitahukan tentang mahasiswa yang meminta keadilan
terhadap pemerintah, tetapi permintaan diabaikan dan rakyat justru ditelantarkan yang
semakin membuat rakyat merasa dikhianati oleh pemimpin yang tidak amanah
terhadap tanggung jawab yang dipikulnya. Mahasiswa menyatakan kepada seluruh
dunia agar mendapat perhatian bahwa Indonesia telah mengalami kekacauan yang
disebabkan oleh keserakahan penguasa. Mansur Samin seakan menunjukkan bahwa
hatinya tersentuh akan penderitaan rakyat. Ia menyuarakan apa yang dirasakan rakyat
melalui puisi yang ditulisnya yaitu menuntut hak-hak rakyat pada para penguasa
untuk bertindak adil, peduli dan juga memberikan perlawanan terhadap
kepemimpinan yang penuh tipu dan kepalsuan.
3) Sikap penyair terhadap peristiwa sejarah (tema, nada, perasaan).
Struktur tema dalam puisi menunjukkan protes sosial yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk menuntut para penguasa. Suasana puisi menekankan tentang
kesedihan yang akan membuat para demonstrasi tersentuh dan akan semakin
membangkitkan semangat bangsa Indonesia dan meyakinkan rakyat untuk
menyatukan keberaniannya dalam satu tujuan yaitu “bangkit”. Amanat serta nilai
yang dapat kita ambil dari puisi tersebut tentang perjuangan mahasiswa yang berusaha
menuntut para penguasa agar bertindak sesuai dengan amanat yang dibebankan
kepadanya. Mahasiswa dan rakyat harus memperjuangkan hak sebagai warga negara
agar terbebas dari penderitaan yang sedang melanda masyarakat Indonesia.
2. Pidato Seorang Demonstran
1) Kehidupan penyair yang terkait peristiwa sejarah
Mansur Samin di masa mudanya pernah telibat menjadi tentara pelajar dan
turut bergerilya di hutan-hutan hingga tahun 1949. Setelah itu, pemerintah
memberikan tiga pilihan kepada para pejuang waktu itu, yaitu tetap sebagai anggota
TNI, menjadi pegawai pemerintah sipil, atau kembali ke tengah masyarakat dengan
tiga kota pilihan, yaitu Jakarta, Solo, atau Denpasar. Mansur Samin memutuskan
kembali ke tengah masyarakat sipil dengan pilihan kota Solo, Jawa Tengah, dengan
harapan dapat melanjutkan studinya. Proses kreatif Mansur Samin dimulai sejak 1947
di Batang Toru, yang dimulai dengan menulis sajak. Imajinasinya terinspirasi oleh
andung-andung (ratapan rakyat) masyarakat kampungnya yang sengsara karena
ditindas penjajah.
Pada tahun 1965 Mansur Samin meninggalkan Solo menuju Jakarta dan di
kota ini ia masih tetap menulis. Selain menulis, ia juga menjadi wartawan harian
Merdeka dan majalah Cerpen. Ketika masa pergolakan, Mansur Samin semakin giat
menulis, baik menulis kritik maupun puisi. Bahkan, ia juga ikut demonstrasi bersama
mahasiswa untuk menggulingkan Pemerintah Orde Lama. Kumpulan puisinya Sajak-
Sajak Perlawanan pada tahun 1971 diterbitkan oleh Balai Pustaka. Dramanya
"Kebinasaan Negeri Senja" (dimuat dalam majalah Horison nomor 4 tahun ke-3, April
1968) merupakan refleksi keadaan carut-marut negeri Indonesia sebagai akibat dari
pergolakan politik. Sejak saat itu, H.B. Jassin memasukkan Mansur Samin ke dalam
golongan penyair Angkatan 66.
2) Peristiwa sejarah dalam puisi dengan kehidupan penyair
Puisi Pidato Seorang Demonstran memberitahukan bagaimana kondisi para
demonstran yang membela kebenaran dan keadilan pada tahun di mana puisi ini
ditulis. Ketidakberdayaan para demonstran karena tidak memiliki apapun untuk
bertahan melawan pasukan pemerintah yang pasti memiliki kekuatan senjata untuk
menyingkirkan para demonstran, sedangkan demonstran yang tidak memiliki senjata
apapun. Para demonstran tersebut berdemo dan melawan kediktatoran pemerintah
yang sedang berkuasa pada saat itu, yang mengerahkan pasukan militernya untuk
membungkam para demonstran yang menuntut keadilan dan kebenaran bagi rakyat,
yang juga dibuat sengsara perihal kediktatoran pemerintah Indonesia waktu itu yang
terkesan semena-mena terhadap masyarakat sendiri. Mansur Samin turut menjadi
bagian dari para demonstran untuk membela kebenaran dan keadilan kepada
pemerintah, dan kemudian penyair ini menyuarakan isi hatinya melalui puisi yang
ditulisnya tentang demosntran sebagai bentuk perlawanannya.
3) Sikap penyair terhadap peristiwa sejarah (tema, nada, perasaan).
Struktur tema dalam puisi ini menekankan kepada perlawanan terhadap
pemerintah yang terjadi pada saat itu. Suasana puisi lebih menggambarkan suasana
kejiwaan yang dapat membangkitkan emosi para demonstran untuk tetap bersemangat
melawan ketidakadilan para penguasa terhadap rakyat. Perasaan yang dapat diambil
dalam puisi tersebut ialah perasaan kecewa rakyat Indonesia terhadap para penguasa
yang tidak amanah dan bersikap acuh tak acuh terhadap penderitaan rakyat. Amanat
serta nilai yang dapat kita ambil dari puisi tersebut tentang perjuangan rakyat yang
berusaha menuntut keadilan dan kebenaran terhadap pemerintah. Rakyat harus
memperjuangkan hak sebagai warga negara yang seharusnya mendapatkan keadilan
secara hukum dan pemerintahan.

Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Mansur_Samin | Ensiklopedia


Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai