Anda di halaman 1dari 10

PENERBIT DILUAR PUJAGA BARU

Dosen Pengampu: Dr.Asriani,S.Pd,M.Pd

Anggota:

Windi sahara :2311070016

Icha biadillah :2311070018

Carriqah :2311070052

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

TAHUN AJARAN 2023/2024


DAFTAR ISI

Daftar isi.............................................................................................................................1

BAB I PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Pengertian dan sejarah pujanga baru.................................................................2


B. Karya angkatan diluar pujaga baru ...................................................................2

BAB II PENUTUP.............................................................................................................7

A. Kesimpulan.............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan sejarah pujanga baru

Pujangga Baru adalah majalah sastra avant-garde Indonesia yang diterbitkan dari Juli 1933
hingga Februari 1942. Majalah ini didirikan oleh Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir
Alisjahbana. Nama "Pujangga Baru" berawal dari majalah ini dan menjadi sebutan untuk periode
tertentu dalam sastra Indonesia.

Periode Pujangga Baru ditandai oleh beberapa sastrawan terkenal, antara lain Sutan Takdir
Alisyahbana, Armijn Pane, Asrul Sani, Sanusi Pane, Amir Hamzah, Ali Hasymi, J.E Tatengkeng,
Selasih, dan Mozasa. Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama karya
sastra.

Majalah Pujangga Baru diterbitkan dari Juli 1933 hingga Februari 1942. Jadi, majalah ini terbit
selama sekitar 8,5 tahun.

Majalah Pujangga Baru didirikan oleh Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir
Alisjahbana pada tahun 1933. Tujuan pendirian majalah ini adalah untuk memulai sebuah
pergerakan modernisme sastra dengan mengumpulkan para penulis dari seluruh penjuru
Indonesia. Majalah ini muncul sebagai respons terhadap periode Balai.

B. Karya angkatan diluar pujaga baru


 Karya sastra di luar Pujangga Baru merujuk pada karya-karya yang dibuat baik sebelum
maupun setelah era Pujangga Baru (1933-1942) dalam sejarah sastra Indonesia. Pujangga
Baru adalah gerakan sastra yang menandai awal modernisme dalam sastra Indonesia,
dengan fokus pada realisme dan penolakan terhadap tradisi sastra lama.

Jadi, karya sastra di luar Pujangga Baru bisa mencakup berbagai jenis karya, termasuk:

1. Karya-karya dari era Balai Pustaka (1920-1930), yang cenderung berfokus pada cerita-
cerita realistis tentang kehidupan sehari-hari dan seringkali berisi kritik sosial.
2. Karya-karya dari era Angkatan 45 (1945-1965), yang dipengaruhi oleh semangat
kemerdekaan dan perlawanan terhadap penjajahan.

3. Karya-karya dari era Angkatan 66 atau Pascamodernisme (1966-1980), yang lebih


berfokus pada isu-isu sosial dan politik.

4. Karya-karya dari era Reformasi (1998-sekarang), yang ditandai dengan kebebasan


berekspresi dan kreativitas dalam sastra.

Karya-karya ini bisa berupa puisi, prosa, drama, atau jenis sastra lainnya, dan bisa ditulis
dalam berbagai gaya dan genre, tergantung pada penulis dan konteks historisnya.

Karya sastra di era Balai Pustaka (1920-1930) di luar Pujangga Baru adalah karya-karya
yang diproduksi sebelum gerakan Pujangga Baru dimulai dan memiliki karakteristik yang
berbeda. Berikut adalah beberapa contoh karya sastra yang dihasilkan pada periode tersebut:

1. "Siti Nurbaya" karya Marah Rusli: Novel ini menceritakan kisah cinta dan perjuangan
seorang wanita Minangkabau yang diperbudak oleh budaya patriarki. Karya ini
menggambarkan realitas sosial pada masa itu.

2. "Azab dan Sengsara" karya Merari Siregar: Novel ini mengisahkan tentang perjuangan
seorang pria muda dalam menghadapi konflik keluarga dan masalah sosial di masyarakat.

3. "Salah Asuhan" karya Abdul Muis: Novel ini mengisahkan kisah tragis seorang pria dan
wanita dari latar belakang sosial yang berbeda, yang menggambarkan ketidakcocokan dan
perbedaan nilai-nilai dalam masyarakat.

4. "Anak Perawan di Sarang Penyamun" karya Sutan Takdir Alisjahbana: Novel ini
menggambarkan kehidupan masyarakat Minangkabau pada masa itu, dengan fokus pada
masalah perempuan dan kebebasan individu.

5. "Buah Rindu" karya Armijn Pane: Novel ini menggambarkan kisah cinta antara seorang
pemuda Indonesia dengan seorang gadis Belanda, dengan latar belakang perbedaan budaya
dan politik pada masa penjajahan.
Karya-karya ini merupakan contoh karya sastra yang dihasilkan pada era Balai Pustaka di
luar gerakan Pujangga Baru. Mereka mencerminkan perjuangan dan realitas sosial pada masa
itu, dengan gaya penulisan yang berbeda dari gerakan Pujangga Baru yang lebih modernis.

 Karya sastra di era Angkatan 45 (1945-1965) di luar Pujangga Baru juga memiliki keunikan
dan ciri khasnya sendiri. Berikut adalah beberapa contoh karya sastra yang dihasilkan pada
periode tersebut:

1. "Layar Terkembang" karya Sutan Takdir Alisjahbana: Novel ini menggambarkan


semangat perjuangan dan kebangkitan nasionalisme Indonesia pasca-kemerdekaan. Karya ini
menyoroti nilai-nilai patriotisme dan semangat juang para pemuda.

2. "Darah Muda" karya Mochtar Lubis: Novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat
pasca-kemerdekaan, dengan fokus pada konflik sosial dan politik yang terjadi pada saat itu.

3. "Pramoedya Ananta Toer": Pramoedya adalah salah satu penulis terkenal dari era
Angkatan 45. Karya-karyanya seperti "Bumi Manusia" dan "Tetralogi Buru"
menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kolonial dan pasca-kolonial.

4. "Senja di Jakarta" karya Mochtar Lubis: Novel ini menggambarkan kehidupan kota Jakarta
pada masa itu, dengan fokus pada konflik sosial dan politik yang terjadi di ibu kota.

5. "Perburuan" karya Pramoedya Ananta Toer: Novel ini menggambarkan kehidupan


masyarakat pada masa penjajahan Belanda dan menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh
rakyat jelata.

Karya-karya ini mencerminkan semangat perjuangan dan semangat nasionalisme pada era
Angkatan 45 di luar gerakan Pujangga Baru. Mereka menggambarkan situasi sosial dan
politik pada masa itu, serta menyoroti nilai-nilai keadilan dan kebebasan.

 Di era Angkatan 66 (1966-1980), terdapat beberapa karya sastra yang juga menarik dan
memiliki pengaruh yang signifikan di luar gerakan Pujangga Baru. Berikut adalah beberapa
contoh karya sastra yang dihasilkan pada periode tersebut:
1. "Cinta yang Dilarang" karya Achdiat Karta Mihardja: Novel ini menggambarkan kisah
cinta yang terlarang antara tokoh utama dengan seorang wanita yang berasal dari suku yang
berbeda. Karya ini menyoroti konflik sosial dan perbedaan budaya yang masih relevan pada
masa itu.

2. "Cerita dari Blora" karya Pramoedya Ananta Toer: Kumpulan cerita pendek ini
menggambarkan kehidupan masyarakat pedesaan di Blora, Jawa Tengah. Karya ini
menyoroti perjuangan dan kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

3. "Rumah di Seribu Ombak" karya Mochtar Lubis: Novel ini menggambarkan kehidupan
masyarakat pesisir dan nelayan di Sumatera Utara. Karya ini menyoroti konflik sosial,
perjuangan hidup, dan kehidupan di tengah alam yang keras.

4. "Pengakuan Pariyem" karya Linus Suryadi AG: Novel ini menggambarkan kehidupan
seorang perempuan desa bernama Pariyem. Karya ini menyoroti peran perempuan dalam
masyarakat dan perjuangan hidup mereka.

5. "Lukisan Hujan" karya Sindhunata: Novel ini menggambarkan kehidupan seorang seniman
yang berjuang untuk menemukan jati dirinya. Karya ini menyoroti konflik antara kebebasan
berekspresi dan tekanan sosial.

Karya-karya ini mencerminkan berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan politik pada era
Angkatan 66 di luar gerakan Pujangga Baru. Mereka menggambarkan realitas kehidupan
masyarakat pada masa itu dan memberikan sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi
perubahan zaman.

 Di era reformasi tahun 1998 hingga saat ini, terdapat banyak karya sastra yang dihasilkan di
luar gerakan Pujangga Baru. Beberapa karya sastra yang menarik dan memiliki pengaruh di
era reformasi adalah sebagai berikut:

1. "Cinta dalam Gelas" karya Raudal Tanjung Banua: Novel ini mengisahkan kisah cinta dua
remaja yang terjalin di tengah perubahan sosial dan politik pada era reformasi. Karya ini
menyoroti perjuangan cinta dan pengorbanan dalam menghadapi perubahan zaman.

2. "Perahu Kertas" karya Dee Lestari: Novel ini menggambarkan kisah cinta dan pertemanan
di tengah perubahan sosial dan politik pada era reformasi. Karya ini menyoroti kehidupan
remaja dan perjuangan mereka dalam mengejar impian.
3. "Pulang" karya Tere Liye: Novel ini mengisahkan kisah seorang pemuda yang kembali ke
tanah kelahirannya setelah mengalami perubahan sosial dan politik pada era reformasi. Karya
ini menyoroti identitas, kebangsaan, dan perjuangan mencari jati diri.

4. "Lelaki Harimau" karya Eka Kurniawan: Novel ini menggambarkan kisah seorang pria
yang memiliki kemampuan berubah menjadi harimau. Karya ini mengangkat tema-tema
kehidupan, kekuasaan, dan perubahan sosial di Indonesia.

5. "Saman" karya Ayu Utami: Novel ini mengisahkan kisah empat perempuan yang berjuang
melawan ketidakadilan dan penindasan dalam perubahan sosial dan politik pada era
reformasi. Karya ini menyoroti isu-isu gender dan peran perempuan dalam masyarakat.

Karya-karya sastra ini memberikan gambaran tentang perubahan sosial, politik, dan budaya
yang terjadi di Indonesia selama era reformasi. Mereka menggambarkan berbagai aspek
kehidupan masyarakat pada masa itu dan memberikan sudut pandang yang berbeda dalam
menghadapi perubahan zaman
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari karya sastra diluar gerakan Pujangga Baru adalah bahwa ada banyak
karya sastra yang memiliki nilai dan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan
sastra Indonesia. Meskipun gerakan Pujangga Baru memiliki peran penting dalam
memperkenalkan gaya baru dalam sastra Indonesia, karya-karya sastra di luar gerakan
tersebut juga memiliki keunikannya sendiri.

Karya sastra diluar Pujangga Baru mencakup berbagai tema, gaya, dan genre sastra
yang beragam. Beberapa karya sastra tersebut mungkin lebih berfokus pada
penggalian identitas budaya, menggambarkan kehidupan sehari-hari, atau
mengeksplorasi isu-isu sosial dan politik. Karya sastra ini juga mencerminkan
perubahan zaman dan kondisi sosial yang berbeda.

Selain itu, karya sastra diluar Pujangga Baru juga menunjukkan adanya keberagaman
dalam gaya penulisan dan penggunaan bahasa. Beberapa penulis mungkin
menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan akrab, sementara yang lain
mengadopsi gaya yang lebih eksperimental dan inovatif. Hal ini menunjukkan bahwa
sastra Indonesia memiliki kekayaan dan keberagaman yang tidak terbatas hanya pada
satu gerakan sastra.

Kesimpulannya, karya sastra diluar gerakan Pujangga Baru merupakan bagian


penting dari perkembangan sastra Indonesia. Mempelajari karya-karya sastra ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas tentang kekayaan dan keberagaman sastra
Indonesia, serta memahami peran penting yang dimainkan oleh penulis-penulis di
luar gerakan tersebut dalam membentuk dan mengembangkan sastra Indonesia.
DAFTAR PUSAKA

1. "Sastra Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei" oleh Bakri Siregar: Buku ini
membahas perkembangan sastra Indonesia pasca-Pujangga Baru, termasuk karya-
karya sastra yang muncul di era reformasi.
2. "Seabad Sastra Indonesia 1900-2000" oleh Maman S. Mahayana: Buku ini
memberikan tinjauan luas tentang perkembangan sastra Indonesia selama satu abad,
termasuk periode pasca-Pujangga Baru.
3. "Sastra Indonesia Pasca-Orde Baru" oleh Sapardi Djoko Damono: Buku ini
membahas perkembangan sastra Indonesia setelah era Orde Baru, yang juga
mencakup era reformasi dan karya-karya sastra yang dihasilkan pada masa itu.
4. "Sastra Indonesia Kontemporer" oleh A.S. Laksana: Buku ini mengulas
perkembangan dan tren sastra Indonesia pada era kontemporer, termasuk karya-karya
sastra yang diluar dari pengaruh Pujangga Baru.
5. "Sastra Indonesia di Tengah Pergolakan" oleh Goenawan Mohamad: Buku ini
mengeksplorasi perubahan dalam dunia sastra Indonesia pasca-Pujangga Baru,
termasuk karya-karya sastra yang muncul di era reformasi.
6. "Sastra Indonesia Pasca-Kolonial" oleh H.B. Jassin: Buku ini membahas
perkembangan sastra Indonesia setelah masa penjajahan, termasuk periode pasca-
Pujangga Baru dan karya-karya sastra yang dihasilkan pada masa itu.
7. "Sastra Indonesia Pasca-Modernisme" oleh Nirwan Dewanto: Buku ini mengulas
perkembangan sastra Indonesia setelah masa modernisme, termasuk era reformasi dan
karya-karya sastra yang muncul pada masa itu.
;

Anda mungkin juga menyukai