Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANGKATAN REFORMASI

MATA KULIAH :

SEJARAH SASTRA

DOSEN PENGAMPU :

ITA KHAIRANI, S.Pd., M.Hum

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9

1. Aulia Amirsyah Lbs (2213210040)


2. Kanaya Azzahra (2212510008)
3. Laira Desti Natalia (2212510002)
4. Lisa Anggraini (2213210010)

Kelas : Sasindo B

PROGRAM STUDI S1 SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur penulis panjatkan atas berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan kharunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam hal ini penulis membuat makalah mengenai “ANGKATAN REFORMASI” dan penulis
berharap tugas ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca.

Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu ITA KHAIRANI, S.Pd.,
M.Hum. yang telah memberikan tugas ini kepada penulis sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang topik dalam bidang studi ini. Secara sadar penulis akui,
bahwa penyusunan makalah ini barangkali belum mencapai target yang diharapkan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah yang telah buat, semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Wassalamualaikum wr.wb.

Medan, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Sejarah Sastra Angkatan Reformasi.....................................................................................3

B. Ciri-ciri Angkatan Reformasi...............................................................................................4

C. Adapun tokoh angkatan Reformasi......................................................................................4

D. Kelebihan karya sastra angkatan Reformasi adalah sebagai berikut:...................................6

E. Contoh Puisi Angkatan Reformasi.......................................................................................7

BAB III PENUTUPAN................................................................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................................................................10

B. Saran...................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke B.J. Habibie lalu
K.H. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang
Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya
sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi.
Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak
peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku
antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang
dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen,
dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik,
seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Acep Zamzam Noer, Hartono
Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Munculnya angkatan sastra ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra bertemakan
sosial-politik. Khususnya seputar masa reformasi. Sastrawan pada angkatan ini merefleksikan
keadaan sosial politik yang terjadi pada tahun 1990-an seiring dengan jatuhnya rezim Orde baru.
Proses reformasi politik yang bertitik mula di tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran
karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada saat itu. Bahkan para penyair yang semula jauh
dari tema-tema Sosial Politik, seperto Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep
Zamzam Noer, Hartono Benny Hidayat juga ikut meramaikan panggung sastra dengan sajak-
sajak sosial politik mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Kapan lahirnya sastra angkatan reformasi?

2. Bagaimana ciri-ciri angkatan reformasi?

3. Siapa saja tokoh yang lahir pada angkatan reformasi?

1
4. Apa saja kelebihan angkatan reformasi?

5. Bagaimana contoh karya angkatan reformasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lahirnya angkatan reformasi dalam sejarah sastra indonesia

2. Untuk mengetahui ciri-ciri angkatan reformasi dalam sejarah sastra Indonesia

3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam angkatan reformasi

4. Untuk mengetahui kelebihan angkatan reformasi

5. Untuk mengetahui contoh karya angkatan reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sastra Angkatan Reformasi
Lahirnya Angkatan 98 tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial dan politik yang terjadi pada
akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai
pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel
pada saat itu. Sastra Reformasi adalah masa ketika karya-karya sastra Indonesia muncul pada
masa sekitar era reformasi (beberapa tahun sebelum 1998 sampai sekarang) yang tentu saja
sangat dipengaruhi oleh semangat reformasi yang sedang marak digembar-gemborkan pada saat
itu.

Semangat reformasi tersebut menuntut adanya kebebasan untuk menyuarakan pendapat individu,
yaitu kebebasan dalam berkreativitas sastra. Sejak reformasi 1998, mengalirnya semangat
kebebasan semakin deras. Semangat ini akhirnya menabrak norma-norma yang berlaku
sebelumnya. Hal-hal yang dianggap tabu seperti masalah seks dan kelamin malah marak
diperbincangkan. Bahkan yang bersuara lantang dan mengekspos jati diri perempuan dengan
segala sesuatu yang dimiliki, termasuk mengekploitasi bagian tubuh yang menurut sebagaian
orang dianggap tabuh. Penggunaan kosakata seputar alat kelamin (kemaluan), perilaku seks,
gambaran tubuh perempuan dan bagian-bagian pakaian yang menutupi tubuhnya seakan menjadi
sesuatu yang wajar. Meskipun demikian, kehadiran mereka turut mewarnai khasanah sastra
Indonesia, terutama menjadikan perempuan dan eksistensinya sebagai sumber ide dalam
penceritaan.

Di antara mereka adalah: Ayu Utami (Ayu), Dewi Lestari (Dee), Fira Basuki (Fira), Nova
Riyanti Yusuf (Nova), Oka Rusmini (Oka), Herlinatiens, Djenar Maesa Ayu (Djenar), Rieke
Diah Pitaloka (Rieke), Ratih Kumala (Ratih), Dewi Sartika (Dewi), Abidah El Khalieqi
(Abidah), dan lain-lain. Melihat fenomena tersebut, tidak dapat dipungkuri ada anggapan kurang
baik terhadap meraka. Akan tetapi, ada sisi yang lebih utama, yaitu eksistensi mereka. Eksistensi
perempuan pengarang sastra Indonesia. Eksistensi inilah yang menunjukkan sikap pantang
menyerah, sikap gigih memperjuangkan hak-haknya, dan sikap kemandirian sebagai seorang
perempuan. Tentunya ini sangat berkaitan untuk semakin memperkuat identitas kebangsaan
sebagai manusia yang berdikari. Melihat kekuatan dan kreativitas para perempuan pengarang di

3
atas, Damono (dalam Srengenge, 2004:84) mengatakan bahwa tanpa harus memberikan
peringkat ke-sastra-an atau ke-populer-an (seolah-olah keduanya dapat dibedakan), di masa
mendatang mungkin perkembangan sastra kita akan ditentukan oleh perempuan. Dalam
perjalanan sastra Indonesia, periode reformasi merupakan masa paling semarak dan luar biasa.
Kini, karya-karya sastra terbit seperti berdesakan dengan tema dan pengucapan yang beraneka
ragam. Faktor utama yang memungkinkan sastra Indonesia berkembang seperti itu, tentu saja
disebabkan oleh perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pemerintahan. Kehidupan pers
yang terkesan serba bebas dan serba boleh ikut mendorong terjadinya perkembangan itu. Maka,
kehidupan sastra Indonesia seperti berada dalam pentas terbuka. Di sana, para pemainnya seolah-
olah boleh berbuat dan melakukan apa saja. Selain pengarang-pengarang di atas, ada dua nama
yang cukup menggemparkan dunia sastra pada dekade ini melalui karya-karyanya, yaitu Andrea
Hirata dan Habiburrahman El Shirazy. Karya-karya mereka tidak sekadar berupa novel yang
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa internasional, juga menarik dunia sineas untuk diangkat
ke layar lebar.

B. Ciri-ciri Angkatan Reformasi

1)      isi karya sastra sesuai situasi reformasi;


2)      bertema sosial-politik, romantik, naturalis;
3)      produktivitas karya sastra lebih marak lagi, seperti puisi, cerpen, novel;
4)      disebut angkatan Reformasi karena tahun 1998 merupakan puncak dari angkatan 90-an;
5)      banyak munculnya sastrawan baru yang membawa angin baru dalam kesusastraan Indonesia,
contohnya Ayu Utami yang muncul di akhir 90-an dengan karyanya Saman.

C. Adapun tokoh angkatan Reformasi adalah sebagai berikut:

1)      Ahmadun Yosi Herfanda 


Ahmadun Yosi Herfanda  atau juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YHlahir
di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,17 Januari 1958; umur 56 tahun), adalah seorang
penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia. Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia dan

4
jurnalis yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia ini juga
banyak menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural
dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra.
Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari
Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992),
Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di
Harian RepublikaJakarta (1993-2010). Di Republika ia lebih banyak dipercaya sebagai Redaktur
Sastra, namun sempat juga menjadi Koordinator Desk Opini dan Budaya, serta Asisten Redaktur
Pelaksana. Karier strukturalnya tidak begitu ia perhatikan, karena kesibukannya dalam menulis
karya kreatif, mengelola acara-acara sastra, dan menjadi nara sumber berbagai workshop
penulisan, mengajar di sejumlah perguruan tinggi, mengisi diskusi, pentas baca puisi, serta
seminar sastra di berbagai kota di tanah air dan mancanegara. Dalam perjalanan karier
terakhirnya (di Republika), aktivitas sastra lebih banyak menyedot kecintaannya daripada kerja
jurnalistik.
Beberapa buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
a)       Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
b)       Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
c)       Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika
Indonesia, 1986),
d)       Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
e)       Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997),
f)        Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
g)       Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997).
2)      Acep Zamzam Noor 
Acep Zamzam Noor  (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960; umur 54
tahun) adalah sastrawan Indonesia. Acep adalah putra tertua dari K. H. Ilyas Ruhiat, seorang
ulama kharismatis dari Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. menikahi seorang santri
bernama Euis Nurhayati dan dikaruniai orang anak bernama Rebana Adawiyah, Imana Tahira,

5
Diwan Masnawi, Abraham Kindi. dan Luna. Acep menghabiskan masa kecil dan remajanya di
lingkungan pesantren, melanjutkan pendidikan pada Jurusan Seni Lukis FakultasSeni Rupa dan
Desain ITB, lalu Universitá Italiana per Stranieri, Perugia, Italia. Kini, tinggal di Desa Cipasung,
Tasikmalaya. Karya Acep Zamzam Noor adalah sebagai berikut:
a)       Tamparlah Mukaku! (kumpulan sajak, 1982);
b)       Aku Kini Doa (kumpulan sajak, 1986);
c)       Kasidah Sunyi (kumpulan sajak, 1989);
d)       The Poets Chant (antologi, 1995);
e)       Aseano (antologi, 1995);
f)        A Bonsai’s Morning (antologi, 1996);
g)       Di Luar Kata (kumpulan sajak, 1996);
h)       Dari Kota Hujan (kumpulan sajak, 1996);
i)        Di Atas Umbria (kumpulan sajak, 1999);
j)        Dongeng dari Negeri Sembako (kumpulan puisi, 2001);
k)       Jalan Menuju Rumahmu (kumpulan sajak, 2004);
l)      Menjadi Penyair Lagi (antologi, 2007);

D. Kelebihan karya sastra angkatan Reformasi adalah sebagai berikut:

1.      mulai muncul sastrawan wanita;


2.      banyaknya rubrik yang berisi karya sastra bertema percintaan hingga sosial-politik, tidak seperti
angkatan sebelumnya;
3.      mulai banyak media percetakan yang dijadikan sarana untuk mempublikasikan hasil karya
sastra;
4.      adanya kebebasan berekspresi dalam berpikir
5.      mulai timbul kesadaran sastrawan untuk mengambil tema sosial-politik yang ada di Indonesia.

6
E. Contoh Puisi Angkatan Reformasi

SAJAK MABUK REFORMASI


Karya: Ahmadun Yosi Herfanda 

Tuhan, maafkan, aku mabuk lagi


dalam pusingan anggur reformasi
menggelepar ditindih bayang-bayang diri
seember tuak kebebasan mengguyurku
membantingku ke ujung kakimu
luka-luka kepalaku, luka-luka dadaku
luka-luka persaudaraanku
luka-luka hati nuraniku

aku mabuk lagi, terkaing-kaing


di comberan negeriku sendiri. peluru tentara
menggasak-gasakku, pidato pejabat
merobek-robek telingaku, penggusuran
menohokku, korupsi memuntahiku
katebelece meludahiku, suksesi
mengentutiku, demonstrasi mengonaniku
likuidasi memencretkanku, kemiskinan
merobek-robek saku bajuku

Tuhan, maafkan, aku mabuk lagi


menggelinding dari borok ke barah
dari dukun ke setan, dari maling ke preman
dari anjing ke pecundang, dari tumbal
ke korban, dari krisis ke kerusuhan
dari bencana ke kemelaratan!
aku mabuk lagi, mana maling mana polisi

7
mana pahlawan mana pengkhianat, mana
pejuang mana penjilat, mana mandor
mana pejabat, mana putih mana hitam
mana babi mana sapi, mana pelacur
mana bidadari, mana perawan mana janda
mana tuhan mana hantu? semua nyaris seragam
begitu sulit kini kubedakan
tuhan, maafkan, aku mabuk lagi!
berhari-hari, berbulan-bulan
tanpa matahari
Jakarta, Mei 1998/2007

Puisi ini merupakan monolog si aku kepada Tuhannya. Si aku, dalam puisi ini merasa sangat
kecewa, marah, sedih, dan putus asa dengan kondisi bangsa yang semakin carut marut dengan
munculnya reformasi. /aku mabuk lagi/, /dalam pusingan anggur reformasi/. Kekecewaan dan
kemarahannya terhadap reformasi disebabkan karena dengan adanya reformasi, justru membawa
bangsa Indonesia menuju keadaan yang lebih parah. Hal ini ditunjukkan dengan jelas pada bait
kedua./menggelinding dari borok ke barah/, secara implisit, kata-kata tersebut memiliki makna
bahwa negeri yang sudah terluka, dengan reformasi justru membuat luka itu semakin parah dan
melebar. /dari dukun ke setan/, menunjukkan bahwa lahirnya reformasi menimbulkan perilaku-
perilaku yang semakin tidak manusiawi, /dari maling ke preman/ artinya, kejahatan-kejahatan
yang awalnya dilakukan dengan cara personal dan pada skala yang tidak terlalu besar pun
menjadi kejahatan yang semakin besar. /dari tumbal ke korban/, kata-kata itupun menunjukkan
bahwa reformasi mengakibatkan semakin bertambahnya masyararakat yang menjadi korban.
Bahkan /dari krisis ke kerusuhan!/, menunjukkan segalanya menjadi tidak menyenangkan
karena krisis pun menjadi bencana yang lebih besar. Kerusuhan, penjarahan, dan pembunuhan
terjadi di mana-mana.
Sarana-sarana retorika (rhetorical devices) yang dikombinasikan untuk memperkuat efek dalam
sajak ini pada umumnya untuk mempertegas atau untuk penandasan, disamping membuat liris
karena iramanya yang mengalun oleh ulangan-ulangan bunyi yang teratur.

8
Puisi ini sangat kuat dengan permaianan kata. Bentuk kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan
hampir muncul dalam setiap bait, bahkan setiap baris. Dalam puisi ini juga terdapat koherensi
atau pertautan yang erat antara unsur-unsurnya, satuan-satuan bermaknanya, dan ada kesatuan
imaji, yang semua itu menggambarkan suasana kesedihan, kemarahan, dan putus asa, maknanya
diperkuat dengan bunyi asonansi u dan a yang dominan seperti kata-kata tuhan, aku, mabuk,
anggur, tuak, luka, saku, baju, tumbal, hantu, bulan, dan lain-lain. Selain itu, bunyi aliterasi r dan
l yang menimbulkan efek bergemuruh, kegeraman yang yang begitu dalam, terlebih dalam kata-
kata sindiran yang begitu kuat, misalnya anggur reformasi, menggelepar, seember,
mengguyurku, luka-luka, kepala, nurani, peluru, merobek-robek, telingaku, berhari-hari, tanpa
matahari, dan lain-lain.
Jadi, antara bunyi, pemilihan kata, frase, kalimat ada persamaan, semuanya memperbesar
jaringan efek puitisnya.
Hal tersebut di atas, seperti yang diungkapkan oleh Roman Jacobson (dalam Pradopo, 1995: 145)
bahwa fungsi puitik itu memproyeksikan prinsip ekuivalensi dari poros pemilihan (parataktis) ke
poros kombinasi (sintaksis). Antara bunyi, pemilihan kata, frase, kalimat, ide, dan temanya
diekuivalensikan dan disusun dalam sebuah struktur yang kompak.

9
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Lahirnya Angkatan 98 tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial dan politik yang
terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra
puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Sastra Reformasi adalah masa ketika karya-karya
sastra Indonesia muncul pada masa sekitar era reformasi (beberapa tahun sebelum 1998
sampai sekarang) yang tentu saja sangat dipengaruhi oleh semangat reformasi yang sedang
marak digembar-gemborkan pada saat itu.

Secara umum karakteristik Angakatan Reformasi ini adalah sebagai berikut.

1) isi karya sastra sesuai situasi reformasi;

2) bertema sosial-politik, romantik, naturalis;

3) banyak munculnya sastrawan baru yang membawa angin baru dalam kesusastraan
Indonesia, contohnya Ayu Utami yang muncul di akhir 90-an dengan karyanya Saman.

B. Saran

Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan
angkatan Reformasi. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini
diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi Angkatan Reformasi.
Khususnya mahasiswa Sastra Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://e-journal.unair.ac.id

http://robiramadhan22.blogspot.com/2019/12/sastra-angkatan-reformasi-dan-2000-an.html

http://imalawat.blogspot.com/2010/12/analisis-puisi.html

11

Anda mungkin juga menyukai