Anda di halaman 1dari 10

Sesi 15

Deskripsi Materi Pembelajaran


Presentasi merupakan salah satu hal yang perlu dikuasai di era teknologi dan komunikasi saat ini.
Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah, dimana presentasi
merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari kegiatan ilmiah di perguruan tinggi, seperti pengajaran,
penelitian, pengabdian pada masyarakat, penulisan karya ilmiah, dan lain-lain. Secara umum, tujuan
presentasi adalah edukasi atau pendidikan, memberikan informasi, dan persuasi atau mempengaruhi.
Dalam kegiatan penelitian, presentasi bertujuan untuk memaparkan kepada orang lain mengenai
penelitian yang telah dilakukan dan mempertanggungjawabkan hasil penelitian. Oleh karena itu,
kemampuan memberikan sebuah presentasi yang baik merupakan modal yang sangat penting.
Banyak orang yang pandai dalam menulis suatu artikel ilmiah, namun kurang mampu untuk
menyampaikannya dalam forum ilmiah. Selain itu sering juga kita menyaksikan suatu karya ilmiah yang
sangat bagus namun disajikan (dipresentasikan) dengan tidak bagus, sehingga mengurangi sasaran yang
ingin dicapai dalam karya ilmiah tersebut tidak sampai, selain itu juga dapat mengurangi kualitas dari
karya ilmiah tersebut. Jadi untuk memperesentasikan suatu karya ilmiah membutuhkan beberapa
persyaratan tertentu, karena presentasi merupakan cara untuk menjelaskan sesuatu (ide, opini, kasus,
solusi, informasi, dll) kepada kumpulan orang yang dapat dilakukan baik dengan bantuan teknologi
maupun tidak.
1. Tujuan Instruksional Umum
Dengan memahami materi kuliah presentasi ilmiah, mahasiswa memiliki kemampuan yang
memadai dalam menyajikan (mempresentasikan) karya ilmiah.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan syarat-syarat presentasi ilmiah.
2) Mampu mempresentasikan sebuah karya ilmiah dengan benar.

KETERAMPILAN BERBICARA DALAM


PRESENTASI ILMIAH

1. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yaitu
keterampilan mendengarkan atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan
keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut sangat erat kaitannya dengan proses berpikir
seseorang dalam mendasari suatu bahasa. Karena bahasa seseorang mencerminkan pemikirannya,
semakin terampil seseorang dalam berbahasa, maka semakin jelas jalan pikirannya (Ngalimun dan
Alfulaila, 2014).
Berbicara pada dasarnya tidak hanya sekadar mengeluarkan kata-kata dari mulut saja tetapi
kata-kata tersebut harus baik, benar, logis, dan sistematis. Berbicara sebagai suatu keterampilan
berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan. Salah satu keterampilan berbahasa adalah
keterampilan berbicara. Berbicara menjadi sebuah keterampilan yang penting dan harus diperoleh
mahasiswa, karena melalui keterampilan berbicara, mereka dapat menyampaikan keinginan,
informasi, pikiran, dan ide-ide serta membujuk, meyakinkan, bertanya, dan menghibur orang lain.
Kegiatan berbicara dapat mencerminkan kamampuan orang dalam berpikir (Darmuki, dkk., 2017).
Berbicara adalah kemampuan untuk mengatakan suara artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan atau mengirimkan pikiran, gagasan, dan perasaan (Hidayati, 2018).
Jadi dapat disimpulkan, pengertian keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan yang
dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, ide, kemauan dan perasaan kepada orang lain
secara lisan.

2. Tujuan Berbicara
Berbicara dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan ide, perasaan, dan kemauan, serta
untuk lebih menambahkan pengetahuan dan cakrawala pengetahuan (Saddhono dan Slamet, 2012).
Dalam suatu pembicaraan, seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti
mempunyai tujuan, ingin mendapatkan responsi dan reaksi.
Tujuan pembicaraan tergantung dari keadaan maupun keinginan pembicara. Secara umum
tujuan pembicaraan sebagai berikut:
(1) mendorong dan menstimulasi, maksudnya yaitu pembicara berusaha memberikan semangat dan
gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan yaitu dapat menimbulkan inspirasi dan
membangkitkan emosi pendengar;
(2) meyakinkan, maksudnya yaitu jika pada saat ceramah pembicara berusaha untuk memengaruhi
keyakinan, pendapat atau sikap pendengar melalui argumentasi;
(3) menggerakkan, maksudnya yaitu apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau
perbuatan dari para pendengar, misalnya berupa seruan persetujuan maupun ketidaksetujuan,
pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, dan mengadakan aksi sosial;
(4) menginformasikan, maksudnya pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para
pendengar dapat mengerti dan memahaminya;
(5) menghibur, maksudnya pembicara mempunyai maksud menggembirakan atau menyenangkan
para pendengarnya (Mudini, 2009).
Keterampilan berbicara dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu faktor internal
yang merupakan segala potensial yang ada dalam diri seseorang baik fisik maupun non fisik; dan
faktor eksternal yaitu tingkat pendidikan seseorang, kebiasaan dan lingkungan pergaulan (Triningsih,
2010).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yaitu untuk
mengomunikasikan, menghibur, memberitahukan dan meyakinkan orang lain dalam rangka
berkomunikasi untuk menambah pengetahuan.

3. Jenis- Jenis Berbicara


Berbicara terdiri atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara formal misalnya
diskusi, ceramah, pidato, wawancara dan bercerita. Sedangkan berbicara informal misalnya bertukar
pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelepon dan memberi petunjuk (Mudini, 2009).
Berbicara dapat dibagi atas: (1) berbicara di muka umum (public speaking), yang meliputi berbicara
pemberitahuan, kekeluargaan, bujukan, dan perundingan, dan (2) berbicara pada konferensi
conference speaking, yang meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer, dan debat. (Haryadi
dan Zamzami, dalam St. Y. Slamet, 2008:38).
Macam-macam berbicara berdasarkan pada: (1) situasi, (2) tujuan, (3) metode penyampaian,
(4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus. Berbicara tergantung dasar apa yang digunakan
untuk membedakannya (Djago Tarigan, dalam St. Y. Slamet, 2008:38). Agar dapat menarik simpati
dari pendengar yang menyimak, diperlukan sebuah keterampilan berbicara yang baik. Istilah untuk
menarik massa melalui keterampilan berbicara dimaknai sebagai retorika. Retorika merupakan seni
dalam berbicara (Saddhono, 2011).

4. Pengertian dan Tujuan Presentasi Ilmiah


Salah satu contoh berbicara akademik adalah presentasi ilmiah. Presentasi ilmiah adalah
kegiatan lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Tujuan tersebut berfungsi sebagai penyebaran
informasi ilmiah baik informasi konseptual maupun prosedural. Presentasi ilmiah adalah kegiatan
keterampilan berbicara di depan umum untuk menyampaikan gagasan atau pendapat dari hasil
temuan penelitian, pemikiran kritis, atau informasi dalam dunia akademik dan pendidikan.
Di dalam suatu pembicaraan atau pembahasan, pasti ada suatu kode pembicaraan. Kode atau
code berarti (1) lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu;
bahasa manusia adalah sejenis kode, (2) sistem bahasa dalam suatu masyarakat, dan (3) variasi
tertentu dalam suatu bahasa. Kode berdasarkan variasi dapat dibedakan menjadi bahasa baku dan
bahasa nonbaku (Kridalaksana dalam Saddhono, 2012).
Tujuan dari sebuah presentasi adalah untuk menginformasikan suatu informasi dari
pembicara kepada pendengar, meyakinkan pendengar terhadap apa yang disampaikan oleh
pembicara, membujuk pendengar agar melakukan hal sesuai yang disampaikan pembicara,
menginspirasi pendengar tentang apa yang disampaikan pembicara dan menghibur pembicara
(Utami dan Nuryatmojo, 2016).
5. Tata Cara Presentasi Ilmiah
Saat melakukan presentasi ilmiah seorang penyaji perlu menaati tata cara agar presentasi
dapat berhasil, yaitu sebagai berikut:
(1) penyaji perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai, maksudnya yaitu seorang
penyaji perlu menyediakan bahan tertulis agar peserta dapat memahami informasi yang
disampaikan dengan baik, bisa berupa bahan makalah atau bahasan dalam power point, akan
lebih baik jika bahan dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang sesuai. Jika bahan ditayangkan,
maka penyaji harus dapat memastikan bahwa semua peserta dapat melihat layar dan dapat
melihat serta membaca tulisan yang disajikan dengan jelas, maka tulisan harus dibuat dengan
ukuran yang cukup besar sehingga peserta yang duduk di belakang tidak kesulitan dalam
membaca materi penyajian;
(2) penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia, sebelum melaksanakan presentasi
penyaji perlu merencanakan terlebih dahulu dalam penggunaan waktu saat presentasi dan
menaati panduan di dalam presentasi yang diberikan oleh moderator;
(3) penyaji menaati etika yang berlaku di forum ilmiah, dalam forum ilmiah terdapat beberapa
pihak yang terlibat dalam pelaksanakan presentasi yaitu: penyaji bertugas menyajikan makalah
yang berisi topik yang dibahas, moderator bertugas memandu jalannya presentasi, notulen
bertugas mencatat hal-hal dan informasi penting berupa gagasan, konsep, saran atau usulan
yang disampaikan, peserta bertugas menyimak materi presentasi dan pemberi tanggapan serta
teknisi bertugas membantu dalam urusan teknologi yang digunakan dalam jalannya presentasi.
Semua pihak harus melakukan tugasnya dengan baik agar presentasi dapat berjalan dengan
lancar sesuai dengan peraturan yang disepakati (Setiawan, dkk., 2010).
Sedangkan tata cara presentasi yang baik harus memperhatikan beberapa hal yaitu berikan
informasi kepada peserta dengan bahasa yang mudah dipahami, manfaatkan waktu presentasi
seefektif mungkin, mematuhi etika yang berlaku di dalam presentasi, membuat salindia yang
menarik, dan tidak membaca teks penuh (Hudaa, 2018).

6. Etika dalam Presentasi Ilmiah


Etika berkaitan dengan keyakinan dan prinsip tentang mana yang benar dan mana yang salah
serta mana yang patut dan mana yang tidak patut. Perlunya dalam menjaga etika adalah menjaga
perilaku agar tidak merugikan orang lain (Setiawan, dkk., 2010). Hal-hal yang perlu dilakukan yaitu:
(1) Setiap peserta harus jujur pada diri sendiri dan peserta perlu mengecek apakah pemahamannya
sudah benar atau belum;
(2) Setiap peserta wajib menghargai pendapat/gagasan orang lain;
(3) Ketika pertanyaan sudah diajukan oleh peserta lain, maka dia tidak akan mengulangi pertanyaan
itu lagi;
(4) Ketika bertanya untuk memperoleh informasi, satu kewajiban yang dilakukan penanya adalah
menyimak jawaban dari penyaji;
(5) Jalannya forum ilmiah ditentukan oleh moderator, maka etika yang harus dijaga adalah
moderator harus adil;
(6) Informasi yang didapat selama forum, baik inti uraian penyaji, pertanyaan, maupun jawaban
perlu dicatat secara rapi oleh notulis;
(7) Teknisi wajib memastikan bahwa peralatan teknologi yang digunakan dapat bekerja dengan baik,
teknisi harus melakukan pengecekan ulang sebelum forum dimulai dan harus selalu siap untuk
mengontrol segi teknologi yang digunakan dalam forum.

7. Kiat-kiat yang diterapkan agar presentasi ilmiah berjalan dengan efektif


Langkah-langkah berbicara yaitu (1) memilih pokok pembicaraan yang menarik, (2)
membatasi pokok pembicaraan, (3) mengumpulkan bahan, dan (4) menyusun bahan (Tarigan, 2008).
Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, kiat-kiat yang perlu diterapkan antara
lain adalah sebagai berikut:
(1) menarik minat dan perhatian peserta,
(2) menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas untuk dapat menarik minat dan
perhatian pada masalah yang dibahas,
(3) menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk dapat menarik minat dan perhatian, penyaji dapat menggunakan media yang menarik
yaitu media visual seperti gambar dengan warna menarik, suara yang cukup keras, dan ilustrasi,
anekdot dan demonstrasi (Setiawan, dkk., 2010). Cara menarik yang lainnya bisa memanfaatkan
informasi latar belakang peserta. Penyaji harus menjaga agar suara tidak monoton dan dengan
menggunakan variasi media. Penyaji harus menjaga alur presentasi agar tetap fokus pada
pembahasan, penyaji juga menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat,
padat, terhadap butir-butir inti. Etika dijaga dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan
atau menyinggung perasaan orang lain (Rohmadi, dkk., 2008).

8. Presentasi ilmiah dengan multimedia


Presentasi ilmiah dengan multimedia salah satunya yaitu presentasi dengan power point.
Multimedia berarti penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara
gambar, animasi dan video dengan alat bantu dan koneksi, sehingga pengguna multimedia dapat
melakukan navigasi, berinteraksi dengan orang lain, berkarya dan berkomunikasi (Munir, 2013).
Pelaksanaan presentasi ilmiah dengan multimedia sudah merupakan kebutuhan karena presentasi
akan menjadi menarik karena penyaji dapat membuat manuver dalam memvariasi teknik penyajian
bahan, melalui animasi, dapat menghemat waktu karena dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu
diperlukan, dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendaki secara menarik, peserta dapat
langsung mengkopi file presentasi jika diperlukan, penyaji sangat dienakkan dengan membawa
bahan dalam flashdisk, dan bahan presentasi dapat sangat ringkas, yang sekaligus membantu peserta
menangkap esensi bahan yang dibahas. Presentasi dengan power point harus memperhatikan:
(1) mudah dibaca, menggunakan huruf standar misalnya Arial atau Times New Roman,
menggunakan huruf yang cukup besar,
(2) judul yang jelas pada setiap slide, menggunakan huruf tebal pada penulisan judul, karena agar
jelas dan mudah dibaca,
(3) background yang sederhana, perhatikan background dengan kalimat yang tertulis, apakah bisa
terbaca atau tidak. Jangan menggunakan background yang telalu kontras,
(4) grafik dan diagram, dengan itu akan mempermudah pembicara saat menjelaskan suatu topik
kepada pendengar,
(5) tetap fokus, tulis hal-hal pokok atau yang penting saja sesuai dengan topik dalam presentasi,
(6) jangan terlalu banyak slide, harus membuat slide seefisien mungkin, jangan terlalu banyak,
(7) berbicara yang jelas, berbicara dengan jelas agar pendengar bisa mudah untuk memahami
presentasi,
(8) beri kesempatan untuk bertanya, dengan meluangkan waktu untuk sesi tanya jawab dalam
presentasi,
(9) future follow up yaitu memberi kesempatan kepada pendengar untuk bertanya di lain waktu atau
di luar waktu presentasi tersebut (Setiawan, dkk., 2010).
Suatu presentasi yang menarik dengan visualisasi yang jelas merupakan perpaduan antara
teks, gambar dan suara yang dapat membangkitkan perhatian dan daya ingat hadirin terhadap materi
yang disampaikan pembicara. Power point memiliki banyak keuntungan yang mendukung suatu
presentasi ilmiah yang menarik dengan fasilitas yang bervariasi (Mailoa, 2008).

9. Langkah-langkah yang perlu disiapkan sebelum presentasi multimedia


Presentasi menggunakan power point merupakan presentasi yang digunakan secara lurus,
liniar dari awal sampai akhir slide, paparan materi yang disajikan berurutan dari slide satu, hingga
slide akhir (Rais, 2015). Langkah-langkah yang perlu disiapkan sebelum presentasi multimedia:
(1) tentukan butir-butir penting bahan yang dibahas;
(2) atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut;
(3) kerangka pikir perlu disajikan dalam diagram atau bagan;
(4) tulis semuanya dalam power point dengan ukuran huruf atau gambar yang memadai;
(5) pilih rancangan slide yang cocok;
(6) uji coba tayangkan untuk memastikan bahwa semua bahan dalam slide dapat terbaca oleh
peserta;
(7) cetak bahan dalam slide untuk digunakan sebagai pegangan dalam penyajian.
Sedangkan sasaran pokok dalam presentasi melibatkan tiga komponen yaitu pemberi pesan
(komunikator), media yang digunakan, dan penerima pesan (audience). Komunikator harus mampu
membuat audience melihat dan mendengar apa yang disampaikan, memahami apa yang kita
sampaikan, menyetujui atau tidak menyetujui apa yang kita sampaikan dengan alasan yang logis,
membuat audience mengambil tindakan sesuai dengan maksud kita, dan memperoleh umpan balik
yang membangun dari audience (Setiawati, dkk., 2017).

10. Persiapan Pelaksanakan Presentasi


Sebelum melaksanakan presentasi perlu mempersiapan bahan presentasi terlebih dahulu,
bahan presentasi dikemas lebih menarik dan tidak membosankan, dapat menggunakan bahan
presentasi yang sederhana tetapi canggih menggunakan power point. Kemudian untuk mempersiapan
presentasi trik yang dapat dilakukan untuk menambah percaya diri saat presentasi dengan cara
biasakan berbicara secara ilmiah dengan teman (dekat), biasakan mendekati teman yang belum
dikenal untuk memperkenalkan diri, pakai jurus SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), dan berikan materi
presentasi kepada teman untuk mendapat masukan dan perbaikan materi presentasi yang akan
ditampilkan. Presentasi yang dilakukan untuk menyampaikan informasi dari pembicara kepada
pendengar bentuk komunikasi formal. Pembicara mungkin saja mengalami kekhawatiran sebelum
melaksanakan presentasi, misalnya keluar keringat dingin, saat berbicara suara bergetar dan
berbicara kurang lancar (Wahyuni, 2015). Presentasi harus dengan persiapan yang matang, bisa
berupa persiapan materi dengan cara kita harus menguasi topik, menjelaskan bahan presentasi
dengan akurat dan logis, berani, lancar, menunjukkan gesture yang tepat, memperhatikan intonasi
dan volume suara, tempo dan jeda tepat, serta menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
santun. Kemudian dengan persiapan tayangan presentasi yang harus menarik dan menggunakan alat
peraga jika dibutuhkan (Setiawati, dkk., 2017).

11. Hal- hal yang perlu diperhatikan sebelum presentasi


Yang perlu diperhatikan dalam presentasi menurut yaitu pertama, penguasaan terhadap
lingkungan diperlukan untuk menghindari tambahan tekanan mental ketika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Trik yang dilakukan yaitu datanglah sesaat sebelum presentasi dimulai sehingga cukup
waktu untuk mempersiapkan yang akan digunakan saat presentasi, kedua perhatikan audience
dengan tataplah audience secara merata dan bergantian sehingga mengesankan bahwa anda sangat
memperhatikan mereka, ketiga bicara lugas yaitu dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan
jelas, dan keempat jelaskan media karena media presentasi hanya sebagai tuntunan untuk menjaga
alur prestasi. Hindari membaca media presentasi kata-perkata (Setiawan, dkk., 2010). Sedangkan
bahwa sebelum melakukan presentasi ilmiah, penyaji harus terlebih dahulu memastikan bahwa
materi yang dibuat di dalam salindia sudah lengkap, penyaji juga memastikan bahwa materi yang
akan disampaikan sudah dikuasi dengan baik. Penggunaan bahasa juga perlu diperhatikan, bahwa
bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar, karena dengan menguasai bahasa
Indonesia akan lebih mudah untuk berkomunikasi baik komunikasi secara lisan maupun tulis
(Saddhono, 2012).

12. Ciri-Ciri Pembicara yang Baik


Di dalam sebuah presentasi pasti penyaji perlu memahami ciri-ciri pembicara yang baik
untuk menyampaikan informasi. Pembicara yang ideal adalah sebagai berikut:
(1) tepat memilih topik, pembicara pasti memilih topik pembicaraan yang menarik aktual;
(2) menguasai materi, pembicara yang baik pasti akan menguasai dan mendalami materi yang akan
disampaikan dari berbagai sumber acuan;
(3) memahami latar belakang pendengar, pembicara yang baik perlu memahami dan
mengumpulkan informasi tentang pendengarnya terlebih dahulu;
(4) mengetahui situasi, pembicara yang baik perlu memahami situasi terlebih dahulu, misalnya
pembicara akan mengidentifikasi ruang, waktu, pendengar, dan suasana;
(5) tujuan jelas, pembicara mampu merumuskan tujuan secara jelas dan tegas;
(6) kontak dengan pendengar, pembicara biasanya mengusahakan kontak batin dengan pendengar
lewat pendangan mata, perhatian, anggukan atau senyuman;
(7) berkemampuan linguistik dan nonlinguistik tinggi, pembicara yang memiliki kemampuan ini
maka akan mengefektifkan pembicaraan, misalnya gerak-gerik, mimik, pantomimik, dsb;
(8) menguasai pendengar, pembicara harus mampu menarik perhatian dengan gaya yang menarik;
(9) memanfaatkan alat bantu, pemanfaatan alat seperti diagram, skema, statistik, gambar;
(10) penampilan meyakinkan, pembicara yang baik akan berpenampilan meyakinkan pendengar,
baik tingkah laku, gaya bicara, bahasa, cara berpakaian, dan kepribadian;
(11) terencana, pembicara yang baik akan merencanakan pembicaraan sejak awal (Saddhono dan
Slamet, 2014).
Pembicara yang baik adalah pembicara yang memahami kemauan audiens, jadi presentasi
harus selalu berorientasi pada audiens. Pembicara yang baik yaitu mempunyai wawasan yang luas
dan mampu mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya, mengetahui dan mengenal audiens serta
menunjukkan kepedulian terhadap sesama, percaya bahwa audiens sedang melakukan pekerjaan
penting dan beralasan untuk mengikuti presentasi, selalu berlatih agar mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai kebutuhan informasi pihak audiens, menganggap penyajian presentasinya sebagai
prestasi, dan menerima kritik tentang berbagai hal yang berkaitan dengan presentasi(Awalludin,
2017).
Daftar Pustaka

Andrade, E. N. (1949). The presentation of scientific information. Proceedings of the Royal Society of
London, 136(884): 317-333. DOI: https://doi.org/10.1098/rspb.1949.0028.

Awalludin. (2017). Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Hidayati, A. (2018). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Pendekatan Komunikatif kelas V SD


Padurenan II di Bekasi . Jurnal Ilmiah "Pendidikan Dasar", V(2): 83-95.

Hudaa, S. (2018). Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia. Sukabumi: CV Jejak.

Mailoa, E. (2008). Teknik penyajian presentasi ilmiah yang efektif dengan menggunakan media.
Dentofasial, Vol.7(2): 88-98.

Mudini. (2009). Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Bahasa.

Munir. (2013). Multimedia: Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Ngalimun, & Alfulaila, N. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:


Aswaja Pressindo.

Palaoglu. (2002). The Art of Scientific Presentation . Acta Neurochir , 83: 105-108. DOI:
https://doi.org/10.1007/978-3-7091-6743-4_17.

Rais, M. (2015). Pengaruh Penggunaan Multimedia Presentasi Berbasis Prezi dan Gaya Belajar terhadap
Kemampuan Mengingat. Jurnal Mekom, Vol. 2(1): 10-24

Rohmadi, M., Saddhono, K., Wardani, N. E., Anindyarini, A., Hastuti, S., & Waluyo, B. (2008). Teori
dan Aplikasi: Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta: UNS Press.

Saddhono, K. (2011). Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian Linguistik Kultural. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17(4): 433-446.

Saddhono, K. (2012). Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah Jumat (Studi Kasus di Kota
Surakarta). Adabiyyat, N0. 1: 72-92.

Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik
dan Sastra, Vol. 24(2): 176-186.

Saddhono, K., & Slamet. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Karya
Putra Darwati.

Saddhono, K., & Slamet. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia; Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Darmuki, A., Andayani, Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2017). Evaluating Information-processing-based
Learning Cooperative Model on Speaking Skill Course. Journal of Language Teaching and
Research, Vol. 8(1): 44-51. DOI: http://dx.doi.org/10.17507/jltr.0801.06.
Setiawan, B., Wibawa, S., Koeswanti, H. D., Kosasih, A., & Widiarto, T. (2010). Bahasa Indonesia untuk
Mahasiswa. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.

Setiawati, E., Dewi, P. K., & Budiana, N. (2017). Bahasa Indonesia Akademik: Pengembangan
Kepribadian Berbasis Pendidikan Karakter. Malang: UB Press.

St, S. Y. (2008). Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Tarigan, H. G. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan


Angkasa.

Triningsih, D. E. (2010). Teknik Berbicara. Klaten: PT Intan P.

Utami, S. P., & Nuryatmojo, D. L. (2016). Pelatihan Presentasi Ilmiah untuk Meningkatkan Daya Saing
dalam Kompetensi Ilmiah Bagi Anggota Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja di Kota Semarang.
Jurnal SEMAR, Vol. 5(1): 83-91.

Wahyuni, E. (2015). Hubungan Self-Effecacy dan Keterampilan Komunikasi dengan Kecemasan


Berbicara di Depan Umum. Jurnal Komunikasi Islam, 5(1): 52-82.

Anda mungkin juga menyukai