Berbicara merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan
mendengarkan atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis. Keempat keterampilan tersebut sangat erat kaitannya dengan proses berpikir seseorang
dalam mendasari suatu bahasa. Karena bahasa seseorang mencerminkan pemikirannya, semakin
terampil seseorang dalam berbahasa maka semakin jelas jalan pemikirannya (Ngalimun dan
Alfulaila, 2014). Dalam pengaplikasian berbicara pada kehidupan sehari-hari memiliki konteks
dan tujuan maupun maksud yang berbeda-beda dalam mengartikulasikan apa yang akan
disampaiakan oleh pembicara. Konteks berbicara tersebut, yakni dalam ranah formal maupun
ranah informal. Seseorang pembicara dituntut untuk memahami dan mengondisikan dengan
melihat situasi sedang berbicara dengan siapakah dirinya, dalam ruang lingkup apakah ia berbicara
maka dari itu berbicara perlu menaruh atau melihat sesuatu pada tempatnya. Berbicara pada ranah
formal biasanya dikaitkan dengan sesuatu kajian ilmiah, terstruktur dan menggunakan bahasa yang
baku sedangkan berbicara pada ranah informal dikaitkan dengan berbicara yang biasa digunakan
dalam sehari-hari, tidak menggunakan bahasa baku dan terkadang menggunakan bahasa-bahasa
yang gaul.
Para ahli memberikan suatu pendapat maupun definisi yang berbeda-beda mengenai
pengertian berbicara. Seperti definisi menurut Tarigan (1985), berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Sedangkan definisi menurut Nuraeni (2002), berbicara diartikan sebagai proses
penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari kedua tokoh para ahli tersebut, bahwasannya
berbicara tidak hanya sekedar mengeluarkan kata-kata dari anggota mulut saja tetapi kata-kata
tersebut memiliki suatu gagasan atau pemikiran yang hendak disampaikan melalui berbicara
kepada sang pendengar, sehingga pendengar dapat memahami apa yang dimaksud oleh sang
pembicara.
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Berkomunikasi merupakan salah satu
alat yang paling efektif dan sering digunakan baik antar individu maupun kelompok dalam
kegiatan berbicara. Komunikasi sendiri merupakan suatu proses penyampaian informasi baik
berupa pesan, ide, maupun gagasan pembicara dari satu pihak kepada pihak lain. Seseorang yang
hendak menyampaikan informasi biasanya disebut dengan komunikator, dengan adanya
komunikasi diharapkan adanya penyaluran pengetahuan kepada pendengar sehingga terjadinya
sebuah penyerapan pengetahuan akan informasi yang belum diketahui serta adanya timbul balik
dari sesorang yang melakukan komunikasi. Komunikasi ini biasanya bisa berupa lisan maupun
non lisan seperti melalui sebuah media yang menjadi alat perantara dari sang komunikator.
Menurut pendapat tokoh ahli, yakni Goys Keraf dalam St.Y.Slamet dan Amir (1996:46-47)
mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki
tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar.
Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan,
meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar
atau menyimak.
Keterampilan berbicara sangat diperlukan keahlian dan skill ketika hendak menyampaikan
gagasan atau isi pesan yang akan disampaikan oleh pembicara. Berbicara pun perlu difikirkan
terlebih dahulu untuk memilah maupun memilih kata-kata yang tepat dan patut disampaikan, agar
tidak terjadinya kesenjangan artikulasi yang ditangkap oleh pendengar maupun terhindar dari
unsur kata-kata yang ambigu atau pun tabu. Dalam berbicara memiliki ciri khas tersendiri serta
jenis-jenis yang dimaksud dalam penyampaian informasi maupun pengetahuan. Seperti menurut
salah satu ahli tokoh, yaitu Keraf dalam Saddhono & Slamet (2014:55), mengungkapkan bahwa
jenis-jenis berbicara ada tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif. Berbicara persuasif
menghendaki reaksi dari para pendengar untuk mendapat inspirasi atau membangkitkan emosi;
untuk mendapatkan persesuaian pendapat, intelektual, dan keyakinan; untuk mendapatkan
tindakan atau perbuatan tertentu dari pendengar (bertindak). Berbicara instruktif menghendaki
reaksi dari pendengar berupa pengertian yang tepat. Sedangkan berbicara rekreatif menghendaki
reaksi dari pendengar berupa minat dan kegembiraan.
Pada materi berbicara untuk kepentingan akademik yakni berbicara yang mengacu atau
menunjukkan kearah yang bersifat ilmiah, merupakan salah satu berbicara yang mengacu dalam
ranah formal sebab komunikasi penyampaiannya menggunakan bahasa-bahasa yang ilmiah dan
baku. Kata ilmiah tentu saja sangat berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan yang didasarkan dari
teori-teori yang telah diuji kebenarannya secara objektif. Maka dari itu berbicara untuk
kepentingan akademik termasuk keterampilan berbicara yang didasari oleh kemampuan
menguasai ilmu pengetahuan yang telah diuji kepastian maupun kebenarannya sehingga bisa
menjadi tolak ukur dalam pengambilan suatu kebijakan dan menjadi ajang sebuah pengetahuan.
Berbicara untuk kepentingan akademik meliputi: (1) Presentasi ilmiah, (2) Pidato, (3) Diskusi, (4)
Ceramah, (5) Debat.
1. Presentasi Ilmiah
A. Pengertian presentasi ilmiah
Salah satu contoh berbicara untuk kepentingan akademik adalah presentasi ilmiah,
presentasi ilmiah adalah suatu kegiatan berbicara di depan umum untuk menyampaikan
gagasan atau pendapat dari hasil temuan penelitian, pemikiran kritis, atau informasi dalam
dunia akademik dan pendidikan. Lebih lanjut presentasi ilmiah tidak hanya sekedar
berbicara di depan umum maupun audiens yang menghadiri forum tersebut, tetapi
menyajikan bahan ilmiah yang telah direncanakan serta dibuat oleh sang penyaji sebagai
media penunjang dalam menyajikan hasil penelitian dalam prosedur waktu yang telah
ditentukan. Sebutan untuk para peserta yang menghadiri suatu forum ilmiah biasanya
dinamai dengan sebutan audiens, audiens yang hadir secara sukarela tersebut perlu patut
mematuhi etika dan peraturan ketika presentasi ilmiah sedang berlangsung. Di dalam forum
presentasi ilmiah sang penyaji mengharapkan adanya transfer ilmu pengetahuan atas
temuan penelitiannya serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi audiens agar dapat
digunakan secara baik dan bijak.
Tujuan dari sebuah presentasi adalah untuk menginformasikan suatu informasi dari
pembicara kepada pendengar, meyakinkan pendengar terhadap apa yang disampaikan oleh
pembicara, membujuk pendengar agar melakukan hal sesuai yang disampaikan pembicara,
menginspirasi pendengar tentang apa yang disampaikan pembicara dan menghibur
pembicara. (Utami dan Nuryatmojo, 2016). Selain itu tujuan krusial dari adanya presentasi
ilmiah adalah untuk memberikan pemahaman kepada audiens tentang hasil penelitian
seorang penyaji, memberikan pesan dan kesan untuk menyampaikan informasi, mengajak
dan menginspirasi para audiens atas hasil temuannya tersebut.
Saat melakukan presentasi ilmiah seorang penyaji perlu menaati tata cara agar
presentasi dapat berhasil yakni :
1. Penyaji perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai, maksudnya yaitu
seorang penyaji perlu menyediakan bahan tertulis agar peserta dapat memahami
informasi yang disampaikan dengan baik, bisa berupa bahan berupa makalah atau
bahasan dalam power point, akan lebih baik jika bahan dilengkapi dengan ilustrasi
gambar yang sesuai. Jika bahan ditayangkan, maka penyaji harus dapat memastikan
bahwa semua peserta dapat melihat layar dan dapat melihat serta membaca tulisan yang
disajikan dengan jelas, maka tulisan harus dibuat dengan ukuran yang cukup besar
sehingga peserta yang duduk di belakang tidak kesulitan dalam membaca materi
penyajian.
2. penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia, sebelum melaksanakan
presentasi penyaji perlu merencanakan terlebih dahulu dalam penggunaan waktu saat
presentasi dan menaati panduan di dalam presentasi yang diberikan oleh moderator.
3. penyaji menaati etika yang berlaku di forum ilmiah, dalam forum ilmiah terdapat
beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanakan presentasi yaitu: penyaji bertugas
menyajikan makalah yang berisi topik yang dibahas, moderator bertugas memandu
jalannya presentasi, notulen bertugas mencatat hal-hal dan informasi penting berupa
gagasan, konsep, saran atau usulan yang disampaikan, peserta bertugas menyimak
materi presentasi dan pemberi tanggapan serta teknisi bertugas membantu dalam
urusan teknologi yang digunakan dalam jalannya presentasi. Semua pihak harus
melakukan tugasnya dengan baik agar presentasi dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan peraturan yang disepakati. (Setiawan, dkk.,2010).
Sedangkan tata cara presentasi yang baik harus memperhatikan beberapa hal yaitu
berikan informasi kepada peserta dengan bahasa yang mudah dipahami, manfaatkan waktu
presentasi seefektif mungkin, mematuhi etika yang berlaku di dalam presentasi, membuat
salindia yang menarik, dan tidak membaca teks penuh (Hudaa, 2018). Untuk mencapai
keberhasilan dalam melakukan presentasi ilmiah perlu mentaati prosedur tata cara yang
sudah ditentukan, dengan mengorganisir tata cara tersebut dengan baik dan benar lalu
memberikan kesan yang kreatif serta inovatif sehingga dapat menarik perhatian para audiens.
Maka dapat dikatakan presentasi tersebut berjalan dengan sukses.
Dalam forum ilmiah terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
presentasi ilmiah seperti penyaji, moderator, notulen serta peserta. Beberapa pihak tersebut
memiliki masing-masing tugas dan tanggung jawab agar presentasi ilmiah tersebut dapat
berjalan dengan baik sehingga tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan sang penyaji,
berikut tugas-tugas seorang yang hadir maupun ikut serta dalam presentasi ilmiah :
2. Pidato
A. Pengertian pidato
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato adalah pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang
disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Secara umum, pidato merupakan kegiatan
berbicara di depan umum yang dilakukan untuk menyatakan pendapat atau memberikan
gambaran mengenai suatu hal. Pidato dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana
saja dan dalam keadaan atau peristiwa apa saja. Pidato merupakan salah satu bentuk
keterampilan berbicara dalam kepentingan akademik, biasanya pidato disampaikan dengan
cara lisan oleh sang pembicara dengan bahasa yang baik dan dapat diterima oleh pendengar
maupun penonton agar isi pesan yang terkandung dalam pidato tersebut dapat diserap dan
dipahami dengan saksama.
Tujuan sebuah pidato adalah untuk mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti
kemauan kita dengan sukarela. Lalu tujuan selanjutnya yakni memberi suatu pemahaman
atau informasi pada orang lain, membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur
sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan, selain itu
menyampaikan sebuah informasi serta meyakinkan pendengar dalam pidato yang hendak
disampaikan. Kandungan informasi yang ada di pidato diharapkan agar para penonton
dapat memahami tujuan diadakannya sebuah pidato sehingga terjadinya transfer
pengetahuan baru atas informasi yang belum diketahui oleh para penonton.
B. Jenis-jenis pidato
Di dalam penyampaian sebuah pidato memiliki kriteria dan tujuan spesifik yang
berbeda-beda seperti pada berikut :
1. Pidato Informatif
Pidato informatif merupakan pidato yang bertujuan untuk menyampaikan
informasi penting atau pengetahuan baru agar khalayak mengetahui, mengerti dan
menerima informasi itu. Menurut Ehninger, Monroe dan Gronbeck pidato informatif
terbagi menjadi tiga macam : Pertama, oral reports (laporan lisan ) misalnya : laporan
ilmiah, laporan panitia, laporan tahunan, laporan proyek dan sebagainya. Kedua,
oralintruction (pengajaran) seperti : guru yang menjelaskan pelajaran, atasan yang
menerangkan pekerjaan. Ketiga, informative lectures (kuliah), misalnya : ceramah
umum, presentasi di depan peserta konferensi,penyajian makalah dan pengajian.
2. Pidato Argumentatif
Pidato argumentatif ialah pidato yang mengandung argumentasi, dalil, alasan
atau data untuk mendukung atau menolak suatu pernyataan opini, pendapat atau
keyakinan tertentu. Untuk memperkuat daya terima argumentasi yang dikemukakan
dibutuhkan data-data faktual, statistik, bukti-bukti maupun kesaksian (kesaksian
seorang pakar atau tokoh).
3. Pidato Persuasif
Pidato persuasive adalah jenis pidato yang bertujuan untuk menarik perhatian
para pendengar, mempengaruhi, serta bersifat mengajak atau membujuk para
pendengar agar mereka menjadi yakin dan mau mengambil tindakan bahkan sesuai
dengan tujuan pidato tersebut.
4. Pidato Pembukaan
Pidato pembukaan adalah pidato singkat yang dibawakan oleh seorang
moderator. Pidato ini biasanya disampaikan baik dalam kegiatan formal maupun
informal yang hendak disampaikan sebagai sebuah pembukaan dalam suatu acara.
5. Pidato Sambutan
Pidato sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara atau kegiatan
atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang denganwaktu yang
terbatas secara bergantian. Pada pidato ini tidak hanya disampaikan oleh sang
moderator saja tetapi bisa disampaikan oleh seorang yang terhormat atau yang
berpengaruh pada kegiatan acara tersebut.
6. Pidato Peresmian
Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh
untuk meresmikan sesuatu. Pidato ini biasanya disampaiakan oleh orang yang berjasa
atau orang yang berpengaruh pada peresmian tersebut. Biasanya para hadirin yang
menghadiri acara peresmian itu hanya merupakan orang-orang yang diundang oleh
sang pemilik acara.
7. Pidato Laporan
Pidato laporan adalah pidato yang isinya menyampaikan laporan atas suatu tugas
atau kegiatan. Pendapat lain mengatakan bahwasannya pidato laporan adalah kegiatan
berbicara di depan umum untuk menyampaikan pernyataan atau memberikan
gambaran mengenai suatu hal.
8. Pidato pengarahan
Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan atau
rapat. Diharapkan dengan adanya pidato pengarahan ini agar para pendengar maupun
para hadirin yang hadir dalam sebuah acara dapat terarah dan dapat menemukan
sebuah petunjuk yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa pidato yang baik adalah suatu pidato yang dapat
memberikan kesan positif untuk orang banyak yang mendengarkan pidato. Jadi,
mempersiapkan teks pidato sangat penting agar topik yang dibicarakan sesuai dengan tema.
Selain itu sebelum melakukan sebuah pidato diharapkan untuk berlatih dahulu sebelum
melakukan pidato, karena terkadang masih banyak seseorang yang bisa dikatakan demam
panggung ketika hendak menyampaikan pidato tersebut sehingga pidato yang
disampaiakan tidak berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan .
3. Diskusi
A. Pengertian Diskusi
Diskusi adalah suatu interaksi komunikasi yang terjadi antara dua orang atau secara
berkelompok dimana tujuannya untuk membahas suatu tema atau topik tertentu sehingga
menghasilkan suatu kesepakatan pendapat. Pendapat lain mengatakan pengertian diskusi
adalah proses pertukaran pikiran, gagasan, dan pendapat, yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih, untuk mendapatkan suatu kesimpulan atau kesepakatan bersama. Diskusi merupakan
salah satu cara untuk mendorong kebiasaan demokratis dan juga dapat meningkatkan
intelektual seseorang. Diskusi bisa dilakukan dimana saja, namun pada umumnya kegiatan
ini biasanya dilakukan di suatu organisasi atau komunitas maupun lembaga pendidikan.
Salah satu keterampilan berbicara untuk keperluan akademik yakni diskusi sebab
dengan diadakannya sebuah diskusi dapat melatih motorik maupun pola pikir seseorang
dengan saling bertukar pendapat. Menurut pendapat para ahli juga mengemukakan sebuah
pengertian maupun definisi mengenai diskusi, seperti sebuah pendapat oleh (Hasibuan,
1985), yang beranggapan bahwa diskusi adalah visi dari dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan dengan saling bertatap muka tentang tujuan atau target yang
telah diberikan dengan cara pertukaran informasi atau mempertahankan, sedangkan menurut
pendapat (Moh.Uzer Usman, 2005), Menyatakan bahwa diskusi kelompok adalah proses
yang teratur yang melibatkan sekelompok orang di wajah informal untuk menghadapi
interaksi dengan berbagai pengalaman atau informasi, kesimpulan atau solusi untuk
masalah. Menurut pendapat (Moh.Surya, 1975), Mendefinisikan diskusi kelompok adalah
proses di mana siswa akan mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi pengalaman
mereka sendiri dalam memecahkan masalah umum. Dalam diskusi ini tertanam juga
tanggung jawab dan harga diri. Maka dapat disimpulkan dari ketiga tokoh tersebut
bahwasannya diskusi merupakan proses pertukaran informasi, pendapat yang dilakukan baik
oleh antar individu maupun kelompok untuk memecahkan sebuah masalah.
Tujuan diadakannya diskusi adalah Sebagai wadah untuk memecahkan suatu masalah,
bukan malah memperumit suatu masalah bahkan membuat masalah yang baru. Sebagai
wadah untuk menuntut ilmu atau menambah wawasan, bukan membuat suatu pemahaman
yang membingungkan peserta diskusi. Lalu sebagai ajang untuk belajar saling menghargai
pendapat, belajar untuk beretika, dan berbicara depan umum.
Diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah. Dalam
diskusi yang baik, setiap peserta diharapkan untuk aktif selama diskusi sedang berlangsung.
Dengan kata lain, peserta diskusi harus aktif mengemukakakn pendapat secara objektif dan
mengandung kebenaran sehingga pada kegiatan tersebut dapat mampu memecahkan suatu
masalah mamupun menemukan sebuah solusi dalam pembahasana diskusi. Agar kegiatan
diskusi terstruktur dengan baik maka diperlukan dalam memperhatikan sebuah unsur-unsur
yang terkandung dalam diskusi. Selain itu diskusi juga mempunyai jenis-jenis dan metode .
Berikut merupakan deskripsi dari unsur dan jenis dalam diskusi :
1.1 Materi
Terdiri dari yang pertama yakni moderator, seseorang yang bertugas dalam
memandu jalan kegiatan sebuah diskusi. Kedua notulis, yakni seseorang yang
bertugas dalam mencatat proses diskusi dari awal hingga akhir dengan jelas, singkat
dan padat. Ketiga peserta, yang memiliki tugas mengikuti kegiatan diskusi secara
aktif dan juga memberikan tanggapan serta bertukar pikiran dalam memecahkan
sebuah solusi. Dan terakhir yakni penyaji atau pemakalah, yang bertugas menyajikan
hasil diskusi dari peserta dan memberitahukan kepada moderator dapat memberi
arahan selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Diskusi nonformal (tidak resmi) adalah kebalikan diskusi formal, jadi bentuk
diskusi nonformal biasanya terjadi secara spontanitas, atau mungkin alurnya dibikin
jauh sekali dari bentuk keformalan. Contoh: sharing discus, kelompok belajar dan
curhat (curahan hati).
3.1 Harus dapat menciptakan suasana akrab antar anggota. Agar ketika pelaksanaan
diskusi sedang berlangsung tidak menimbulkan kekakuan antar anggota yang
menyebabkan sikap malu untuk memberi pendapat.
3.2 Perlu mengenal karakter, perilaku dan watak setiap individu agar dapat terhindar dari
hal-hal yang tidak perlu.
Dalam melakukan kegiatan diskusi terdapat 5 (lima) cara diskusi yang baik :
Kesimpulannya bahwa diskusi menjadi salah satu ajang terbaik dalam melatih
kemampuan dalam berfikir. Mengingat bahwa diskusi merupakan salah satu kegiatan
difokuskan dalam bertukar pikiran dalam memecahkan sebuah masalah dan tema yang
didiskusikan sehingga dapat memperoleh solusi atau jawaban atas terjadinya suatu masalah
pada sebuah diskusi.
4. Ceramah
A. Pengertian ceramah
Di kehidupan sehari-hari pasti kita sudah sering sekali mendengar yang namanya
ceramah, mendengar ceramah baik di masjid, di sekolah, hingga orang kita yang sering
menceramahin kita. Seperti yang sudah diketahui dan kita bayangkan ceramah itu pasti
berbicara di depan banyak orang. Ceramah dan Pidato memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaan ceramah maupun pidato sama-sama salah satu bentuk berbicara di
depan umum atau audiens. Perbedaannya kalau pidato merupakan Si Ibu dari ceramah,
khotbah, dan sambutan maksudnya kalau kita bayangkan pidato itu merupakan lingkaran
besar tentang berbicara di depan umum, sedangkan ceramah merupakan anak dari pidato
atau jenis-jenis dari pidato. Perbedaannya adalah kalau ceramah otomatis topiknya sangat
beranekaragam, bisa tentang ceramah pendidikan, ceramah kesehatan, ceramah norma-
norma, ceramah kesusilaan, dll.
Ceramah adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum yang berujuan untuk
memberikan informasi maupun pengetahuan kepada audience atau pendengarnya.
Ceramah menurut KBBI adalah naskah atau bahan tertulis untuk dasar memberikan
pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal. Secara umum,
baik ceramah, khotbah, sambutan dan pidato merupakan bentuk berbicara di depan umum
untuk menyampaikan, memaparkan materi, pikiran, atau informasi kepada audiens yang
bersifat persuasif. Selain pengertian ceramah secara umum, para ahli juga
mengungkapkan pendapat mereka mengenai definisi ceramah. Menurut Dr.
Hamdani,M.A. (2011: 278) mengemukankan bahwa “Metode ceramah adalah suatu cara
mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh guru. Dengan
penyajian materi melalui penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa. Metode ini
digunakan apabila pelajaran tersebut banyak mengandung hal-hal yang memerlukan
penjelasan dari guru. Sedangkan menurut Sholeh Hamid dalam bukunnya Edutaiment
mengatakan bahwa “metode ceramah adalah metode yang memang sudah ada sejak
adanya pendidikan.”
Untuk membuat ceramah tentu memiliki bagian untuk membuat teks ceramah.
Struktur atau bagian-bagian dari ceramah yang perlu diketahui di dalam ceramah.
1. Pendahuluan/Tesis
Di dalam pendahuluan berisi :
▪ Salam (Assalamualaikum, salam sejahtera bagi kita semua).
▪ Sapaan (Yang Terhormat, Yang kami hormati)
▪ Ucapan Puji Syukur
▪ Permasalahan dari ceramah yang disampaikan
Contoh dari pendahuluan
Assalamualaikum wr.wb..
Salam sejahterah bagi kita semua,
Yang terhormat kepala SMA NEGERI 1 JAKARTA, yang kami hormati segenap bapak
ibu guru SMA negeri 1 Jakarta, serta siswa-siswa SMA negeri 1 Jakarta yang saya
banggakan.
Puji syukur kehadirat tuhan Allah subhanahu wa ta-ala yang telah memberikan rahmat
taufik serta hidayah-nya sehingga kita bisa berkumpul disini dalam keadaan keadaan
sehat wal’afiat tanpa halangan suatu apa pun, hadirin yang saya hormati kita di sini
berkumpul dalam acara pengenalan tata tertib berlalu lintas untuk siswa.
Contoh tersebut bisa kita lihat bahwa ada salam, sapaan, ucapan puji syukur dan sedikit
pembukaan terhadap apa yang ingin kita sampaikan.
2. Isi
Isi atau disebut juga sebagai rangkaian argumen tentu saja berisi tentang inti
ceramah apa yang ingin disampaikan, kalau tertib berlalu lintas maka, apa saja yang
harus dilakukan agar kita disebut sebagai mahasiswa atau orang yang mau mengikuti
peraturan lalu lintas yang baik dan benar.
Ketiga hal diatas adalah struktur dari ceramah, untuk membuat teks ceramah yang
baik dan benar tentu kita harus memperhatikan ketiga hal diatas. Selanjutnya ceramah
memiliki ciri-ciri bahasa yang berbeda dengan teks yang lainnya. Apa saja itu?
2. Pidato
1) Topik pembicaraannya bersifat umum
2) Tidak terdapat interaksi antara pembicara dengan pendengar
3) Ditujukan untuk seluruh kalangan umum
4) Dilakukan pada acara dan tempat terntentu
Kesimpulan diadakan kegiatan dalam ceramah adalah berbicara yang bertujuan untuk
memberikan nasihat dan petunjuk-pentujuk yang bermanfaat sehingga dapat dijadikan
sebagai contoh dan ilmu pengetahuan baru bagi para pendengar sehingga.
5.Debat
A. Pengertian Debat
Debat merupakan kegiatan yang mengadu argumen orang atau kelompok orang untuk
menentukan argumen mana yang baik dan didukung oleh satu pihak serta ditolak oleh pihak
lain. Debat merupakan kegiatan yang membahas tentang suatu materi atau problematika dengan
cara tukar – menukar pendapat suatu masalah. Kegiatan debat dilakukan bukan tanpa tujuan,
tentu ada hal yang ingin dicapai oleh semua pihak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) debat disebut dengan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan
saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Adapun pengertian debat menurut para ahli, di antaranya seperti menurut Wusu
Hendrikus, debat adalah adu argumentasi. Sedangkan menurut G. Sukadi, debat adalah saling
adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan mencapai
kemenangan. Dan terakhir menurut pendapat dari Hendri Guntur Tarigan, debat adalah saling
adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan mencapai
kemenangan satu pihak. Maka dapat disimpulkan bahwa debat merupakan suatu kegiatan saling
ber adu argumentasi ataupun pendapat dari sebuah pihak, agar argumentasinya dapat disetujui
dengan meyakinkan para anggota peserta debat bahwa pendapatnya yang paling baik dan benar.
Dalam suatu depat para peserta berharap dapat menemukan argumentasi terbaik yang akan
menjadi solusi dalam memecahkan sebuah masalah dan tercapainya sebuah tujuan yang
diinginkan.
B. Tujuan debat
Suatu kegiatan dalam debat dapat diartikan sebagai strategi dalam adu pendapat agar
pendapat atau argument yang kita miliki tidak dipatahkan oleh lawan dan mempertahankan
pendapat tersebut agar dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu. Selain mengetahui
pengertian debat yang telah diuraikan, debat juga memiliki sebuah tujuan tertentu agar
pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh masing-masing pihak. Berikut tujuan dari debat :
1. Memantapkan pemahaman dari suatu materi yang diperdebatkan.
2. Membantu untuk meningkatkan kemampuan dalam merespons suatu masalah yang
diperdebatkan.
3. Melatih diri untuk bersikap kritis pada setiap materi yang diperdebatkan.
4. Melatih untuk mematahkan pendapat dari lawan debat.
5. Melatih keberanian atau mental orang dalam mengemukakan pendapat di muka umum.
C. Unsur-unsur debat
1. Adanya masalah atau topik yang diangkat (mosi), yaitu hal yang akan di perdebatkan
2. Tim pro, yaitu tim yang setuju dengan hal yang diperdebatkan.
3. Tim kontra, yaitu tim yang tidak setuju atau menentang hal yang diperdebatkan.
4. Moderator, yaitu orang yang memimpin dan membantu jalannya perdebatan.
5. Notulen, yaitu orang yang menulis kesimpulan suatu debat.
D. Mosi dalam debat
Mosi adalah salah satu unsur debat. Mosi merupakan topik yang akan diperdebatkan
oleh para peserta debat. Tidak semua topik dapat dijadikan sebuah mosi dalam kompetisi
debat. Berikut beberapa syarat sebuah mosi yang baik.
1. Mosi harus menarik. Salah satu cara agar suatu argumentasi dapat dimenangkan oleh
pihak yang berdebat, maka dianjurkan membuat suatu argumen semenarik mungkin
sehingga pihak lawan tidak dapat menyanggah pendapatnya.
2. Mosi harus berfokus pada suatu peristiwa. Selain mosi harus menarik maka diharapkan
argumentasinya berfokus pada suatu peristiwa atau yang mengandung tema dengan apa
yang didebatkan.
3. Mosi pada umumnya harus memiliki solusi. Salah satu tujuan dari sebuah debat yakni,
dapat memberikan solusi dari sebuah masalah sehingga kegiatan dalam debat tidak sia-
sia dilakukan.
4. Mosi harus seimbang (adanya keseimbangan antara pro dan kontra sehingga dapat
diperdebatkan).
E. Contoh-Contoh Mosi Debat
Berikut contoh-contoh yang terdapat dalam debat sesuai dalam bidang tertentu :
1. Pendidikan.
a. Pemerintah akan mengembalikan program RSBI.
b. Pelaksanaan pendidikan untuk anak – anak TKI dan daerah perbatasan belum
optimal.
c. Pemerintah akan memberikan pendidikan sex education.
2. Ekonomi.
a. Kebijakan impor Indonesia memberikan dampak buruk bagi produksi nasional.
b. Kebijakan 4 Paket Ekonomi akan menyelamatkan perekonomian nasional.
c. Kesiapan Indonesia dalam memasuki era perdagangan ASEAN 2015.
3. Politik.
a. Layakkah Jokowi menjadi presiden Indonesia.
b. TNI/ABRI akan diberikan hak pilih dalam PEMILU.
c. Politik Dinasti harus dihapuskan di Indonesia.
4. Sosial Budaya.
a. Perkembangan teknologi sekarang ini, anak – anak Indonesia menjadi malas
membaca buku.
b. Program TV di Indonesia membawa dampak buruk bagi generasi muda Indonesia.
c. Masyarakat harus beralih ke kendaraan umum demi lancarnya arus lalu lintas
Indonesia.
5. Hukum.
a. Pemerintah akan menerapkan hukuman mati bagi para koruptor.
b. Pemerintah akan menghapus peradilan anak di Indonesia.
6. Pertahanan dan Keamanan.
a. Indonesia harus menggunakan alutsista buatan dalam negeri.
b. Kemampuan intelijen Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara lain.
F. Struktur Debat
Debat pada dasarnya berangkat dari teks. Seperti teks pada umumnya, debat juga
memiliki struktur yang membangun narasi suatu debat. Berikut struktur yang terdapat dalam
debat :
1. Perkenalan harus dilakukan oleh masing – masing tim atau pihak (pro, kontra, dan netral).
2. Penyampaian argumentasi. Dalam debat, masing – masing tim pro maupun kontra
menyampaikan argumentasi atau gagasan tentang mosi yang telah diberikan.
Penyampaian argumentasi ini dimulai dari tim pro, tim kontra, kemudian diakhiri oleh
tim netral.
3. Melakukan debat merupakan hal utama. Masing – masing tim diharuskan menyampaikan
argumentasi atau sanggahan kepada lawan.
4. Kesimpulan merupakan hasil akhir debat yang sebelumnya diawali dengan penutup yang
disampaikan oleh masing – masing tim.
5. Keputusan diambil dari hasil voting, mosi, resolusi, dan sebagainya. Jenis keputusan ada
3, yaitu keputusan oleh para pendengar (decision by the audience), keputusan oleh hakim
(decision by judges), dan keputusan dengan kritik (decision by critique).
G. Jenis-Jenis Debat
Dalam suatu debat terdapat pula beberapa jenis-jenis debat yang memiliki tujuan
berbeda-beda, antara lain seperti berikut :
1. Debat parlementer.
Debat parlementer bertujuan untuk memberikan atau meningkatkan dukungan
untuk udang – undang tertentu, dan setiap anggota yang ingin mengungkapkan
pandangan atau pendapatnya dapat mengambil langkah atau menentang proposal setelah
mendapatkan persetujuan dari majelis.
2. Cross examination debating.
Cross examination debating atau debat pemeriksaan ulangan bertujuan untuk
mengajukan sejumlah pertanyaan yang saling terkait, sehingga setiap individu yang
bersangkutan mendukung posisi yang akan dipertahankan dan diperkuat oleh si
penanya.
3. Debat formal, konvensional atau debat pendidikan.
Debat formal, konvensional atau debat pendidikan bertujuan untuk memberi kedua
tim pembicara kesempatan untuk mengungkapkan argumen publik yang membantah
atau mendukung proposal. Selama debat ini, masing – masing pihak memiliki waktu
yang sama untuk para pembicara konstruksi dan bantahan.
H. Tata Cara Debat
Agar debat dapat dilihat semenarik mungkin dan dan dimenangkan oleh seseorang baik
individu maupun kelompok maka dapat mengkuti tata cara tersebut. Berikut tata cara yang
dapat digunakan :
1. Pertanyaan atau tantangan hendaknya dikemukakan secara professional, tidak menghina,
tidak merendahkan, atau berkomentar yang menyerang pribadi tidak dapat diterima.
2. Analisis kritis, sintetis, keterampilan retorika (berbicara dan intelijensia) atau tidak
terbata – bata.
3. Fokus pada posisi pihak lawan atau argumen lawan. Mengetahui kelebihan dan
kelemahan pihak lawan merupakan hal penting dalam strategi persiapan untuk
menyangkal argumen lawan.
4. Batasi argumen maksimal 3 poin.
5. Gunakan logika dalam menyusun dan menyampaikan argumen.
6. Ketahui kesalahan umum dalam berpikir seperti kesalahan logis dan gunakan secara
efektif dalam menyangkal argumen lawan.
7. Sajikan konten atau substansi dengan akurat. Gunakan data/fakta yang berhubungan dan
mendukung pandangan.
8. Pastikan kesahihan semua bukti eksternal yang disajikan dalam argumen.
9. Kesimpulan dalam debat merupakan posisi kesimpulan final. Gunakan itu sebagai
kesempatan untuk menyangkal atau memojokkan lawan.
I. Cara Membawakan Argumen
Berikut cara membawakan sebuah argument dalam debat yang baik dan bagus :
1. Gunakan jeda dalam argumen secara tepat.
Penggunaan berhenti sejenak dapat memberikan efek dramatis terhadap argumen
yang dibawakan. Contohnya, untuk motion “THW ban abortion in all stages of
pregnancy”, ketika debater mengemukakan premis yang memiliki efek kuat seperti,
“Ladies and gentlemen, abortion annihilates the most basic right of human being,
(pause), THE RIGHT TO LIVE”.
2. Gunakan gerak tubuh secara efektif.
Gerak tubuh sangat penting karena merupakan representasi non-verbal dari ide yang
kita bawakan. Penggunaan gerak tubuh yang efektif dapat meningkatkan efek dari
argumen yang dibawakan.
3. Ekspresi wajah yang sesuai
Kesesuaian ekspresi wajah juga perlu diperhatikan oleh debater. Ketika ekspresi
wajah tidak sesuai dengan argumen yang disampaikan, maka tingkat kekuatan argumen
akan terpengaruh. Latihlah penggunaan ekspresi wajah dengan cara membawakan
argumen di depan cermin atau merekam wajah ketika membawakan suatu argumen,
kemudian dilihat bagaimana mimik wajah kita ketika berargumen. Kalau kita tidak yakin
dengan argumen kita sendiri, bagaimana dengan orang lain.
4. Volume suara yang keras dan jelas.
Keras atau tidaknya suara debater berkontribusi terhadap sampai atau tidaknya
argumen debater. Ketika ajudikator kesulitan untuk mendengarkan suara debater, maka
sebagus apa pun argumen debater, ajudikator akan tetap merasa kesulitan untuk
menilainya. Volume suara debater harus diatur sedemikian rupa sehingga argumen yang
disampaikan dapat terdengar jelas oleh ajudikator.
J. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Pembukaan yang menarik.
Pembukaan harus dibuat semenarik mungkin agar mendorong perhatian ajudikator dan
pendengar untuk lebih memperhatikan speech debater.
2. Pernyataan mengenai tujuan dari speech yang jelas.
Ketika tujuan dari argumen jelas terungkapkan, maka akan lebih mudah bagi ajudikator
untuk mengikuti alur pikir dari argumen debater.
3. Alur berpikir jelas dan runtut.
Ide – ide yang akan disampaikan dalam argumen harus runtut dan jelas strukturnya agar
mudah dimengerti oleh ajudikator dan pendengar.
4. Adanya penyusunan skala prioritas terhadap argumen yang akan dibawakan.
Seorang debater sering memiliki banyak ide untuk diolah menjadi argumen. Maka yang
diperlukan adalah penyusunan skala prioritas dari ide – ide dan argumen – argumen yang
akan dibawakan. Penyusunan skala prioritas penting untuk dilakukan agar argumen –
argumen yang berkontribusi penting dalam membela atau menolak mosi bisa muncul
terlebih dahulu. Penyusunan skala prioritas argumen ini harus dilakukan dalam lingkup
personal debater dan dalam lingkup tim karena argumen atau fakta penting harus mucul
di pembicara 1 dan pembicara 2.
5. Alokasi waktu untuk tiap argumen.
Waktu merupakan sumber daya yang krusial bagi debater karena waktu yang diberikan
rata – rata adalah 7 menit 20 detik. Debater harus mengalokasikan hasil dari skala prioritas
argumen dengan waktu tersebut. Ketika debater tidak memperhatikan alokasi waktu
dalam melakukan skala prioritas argumen maka beberapa hal yang dapat merugikan
debater dapat terjadi.
6. Kalimat penutup yang mengesankan.
Kalimat penutup speech sering diabaikan oleh debater. Terutama debater pemula yang
kurang bisa menyesuaikan alokasi waktu dan prioritas argumen. Kesalahan yang sering
dilakukan adalah pada menit terakhir, debater mempercepat rate of speech nya dengan
harapan dapat menambahkan argumen – argumen yang tidak sempat dibawakan. Padahal
menit terakhir seharusnya dapat digunakan untuk menutup argumen dengan sebuah
kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek yang mengesankan
bagi ajudikator.
K. Ragam bahasa debat
Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa
baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir,
baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan
kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan. Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.
1. Kaidah Bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah tata ejaan atau tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat
(logis), harus tepat, dan hanya memiliki 1 makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun
dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan penyusunan
struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).
4. Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat
diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada 3 aspek dalam
bahasa baku yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan
sebagai model.
Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata – kata berbahasa daerah atau
asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar
dari ketersinggungan dalam debat karena antarpihak tidak saling memahami kata yang
digunakan.
2. Analogi.
Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan
2 hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri,
kemudian keduanya dibandingkan (disamakan). Kesamaan keduanya inilah yang menjadi
dasar penarikan simpulan.
3. Sebab akibat.
Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab akibat. Dalam pola
penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan
penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi
gagasan penjelas sedangkan akibat menjadi gagasan utamanya. Dalam debat, penarikan
simpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen disampaikan terlebih
dahulu, maka pola yang kedua akan lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan
utama, sedangkan sebab – sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan terlebih
dahulu.
Kesimpulan dalam kegiatan berbicara untuk keperluan akademik, yakni debat adalah
diharapkan akan menemukan jalan keluar yang terbaik dari masalah yang sedang
diperdebatkan. Selain itu bisa menjadi ajang dalam melatih kemampuan serta mengembangkan
hal-hal yang kreatif dan inovatif dalam mencari solusi dan argument tan terbaik pada debat.
Daftar Pustaka
Pramiro. (2019, Agustus 7). Pengertian Diskusi: Fungsi, Tujuan, Unsur, dan Jenis Diskusi.
Maxmanroe.com. Diakses pada 1 Desember 2021 melalui
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-diskusi.html
Aris Kurniawan. (2021, Oktober 2). Pidato : Pengertian, Fungsi, Praktik, Contoh dan
metodenya lengkap. GuruPendidikan.com. Diakses pada 1 Desember 2021 melalui
https://www.gurupendidikan.co.id/pidato/
Repository Unpas. 2011. Kajian Teori dan Kerangka Pikiran. Institutional repositories &
scientific journals. Diakses pada 2 Desember 2021 melalui
http://repository.unpas.ac.id/29764/4/12.%20BAB%20II.pdf
Ibrahim bafadal, dkk. Debat Moral Sebagai Upaya Meningkatkan Integritas Kepala Sekolah.
Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Vol.3, No.3, (2020).
Hendi Pratama, dkk. Panduan Debat Kompetitif. Academia Edu. Diakses pada 2 Desember
2021 melalui https://www.academia.edu/22850738/Panduan_Debat_Kompetitif