Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Dasar dasar pendidikan jasmani Mimi Yulianti, M.Pd

“Pembelajaran pendidikan jasmani”

Disusun oleh :

Kelompok 6

Yuga Pratama

Miftahul Khairi

Putri Rosaliana

M Farhan

Universitas Islam Riau


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Penjaskesrek
Pekanbaru 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh …

Alhamdulliah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
JASMANI” dapat terselesaikan dengan baik, makalah ini disusun guna memenuhi tugas.

Pembuatan makalah sebagai bahan untuk presentasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami menerima masukan dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih

Pekanbaru, 22 November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN
No. 20 tahun 2003, dalam Sagala.S. 2008). Pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas Pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
Pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid .
Pendidikan jasmani di sekolah merupakan sebuah kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kegiatan Pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan instrument yang
efektif untuk mendidik siswa, baik secara fisik, emosional, sosial dan intelektual. Pendidikan
jasmani diakui sebuah komponen kunci untuk meraih Pendidikan bermutu dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari belajar disepanjang hayat. Pendidikan jasmani juga
menyumbangkan kepada perolehan dan penghayatan nilai-nilai etika dan mendorong
pelaksanaan fair play dalam sebuah fase kehidupan.

1.2 Rumusan masalah

1. Pengertian pendidikan jasmani?

2. Bagaimana cara membuat pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif dan berkualitas?

3. Apa tujuan dari proses pembelajaran jasmani?

4. Apa saja model pembelajaran yang ada di pendidikan jasmani?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pendidikan jasmani

2. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran pendidikan jasmani

3. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari proses pembelajaran jasmani

4. Untuk mengetahui apa tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmmani


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Jasmani

A. Pengertian pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif.
Penyusunan suatu strategi merupakan kegiatan awal dari keseluruhan proses belajar-
mengajar. Strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa yang
bersangkutan, bahkan sangat menentukan. Oleh sebab itu seorang guru jika ingin tercapai
tujuan pembelajarannya, maka dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menyusun strategi belajar mengajar. Memberikan pembelajaran sejumlah kegiatan belajar
merupakan upaya pokok dalam mewujudkan pendidikan jasmani untuk mencapai tujuannya.

Menurut Jesse Feiring Williams (1999; dalam Freeman, 2001), pendidikan jasmani
adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Pendidikan jasmani sering kali di sebut sebagai
pendidikan melalui fisikal, maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas fisikal (aktivitas
jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk
pertumbuhan mental dan sosial para siswa. Pendapat lain juga mengungkapkan hal yang
senada, seperti yang diungkapkan. Barrow (2001; dalam Freeman, 2001) bahwa pendidikan
jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika
tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport),
permainan, senam, dan latihan jasmani (exercise). Hasil yang ingin dicapai adalah individu
yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan
bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani
yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam
permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Dengan demikian, Freeman (2001:5)
menyatakan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:

1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa aktivitas


fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.

2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai
aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan
yang mencolok.

3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, tetapi
keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, nonfisikal pun bisa diraih
seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan
kognitif dan afektif.

B. Hakikakat pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan


aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang
kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya. hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya
pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek
lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti
pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Perdefinisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.


Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani
memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan
bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan
penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang
penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik Jurnal Cerdas Sifa 4
tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
2.2 Pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif dan berkualitas

Pembelajaran pendidikan jasmani menuntut seorang guru dalam melaksanakan tugas


benarbenar efektif agar pendidikan tersebut akan menjadi baik dan berkualitas, terutama
penggunaan waktu saat PBM berlangsung, menurut (Mothohir C, dan Lutan R, 1977) ada tiga
hal pengajaran pendidikan jasmani yang efektif yakni sebagai sebagai berikut:

1. anak didik memerlukan latihan praktik yang tepat,


2. latihan harus memberi peluang tingkat sukses yang tinggi,
3. lingkungan perlu diciptakan sedemikian rupa sehingga menumbuhkan iklim belajar
yang kondusif

Pendidikan jasmani dapat berkualitas apabila kemampuan seorang guru dalam mengelola
kegiatan belajar haarus efektif dan efisien dan penuh dengan inovasi serta keterlibatan guru
dalam proses belajar mengajar. Guru yang efektif dan efisien ialah guru yang mempunyai
kejelasan dalam menerapkan dan memberikan tugas, variasi dalam penggunaan metode
tekanan pada penyelesaian suatu tugas belajar bersama penyesuaian diri dengan keadaan
komentar yang membangun (Winkell, WS, 1993).

Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan jasmani dan olahraga sekolah sangat perlu
diadakan atas suatu landasan prinsip, landasan prinsip tersebut menurut KOMNAS Penjasor,
(2009) adalah:

1. Partisipsi yang bersifat inklusif


2. Mengutamakan kegembiraan
3. Menekankan pada layanan kepada siswa
4. Terlaksana secara aman dan selamat
5. Penyempurnaan secara berlanjut
6. Komunikasi terbuka dan efektif
7. Akuntabilitas
8. Kolaborasi
9. Tidak melanggar etika,norma dan aturan yang berlaku.

Ada beberapa inovasi yang harus diperhatikan oleh seorang guru pendidikan jasmani agar
proses belajar mengajar yang berkualitas menuru Sudijandoko, A, (2008) antara lain:

 Kalau ada pertanyaan harus ada respon misalnya angkat tangan


 Hindari pernyataan, Kamu salah, itu tidak betul, Kamu belum bisa
 Hindari kegarangan
 Tidak terlalu terstruktur dalam proses pengajaran
 Ciptakan kegemaran ”enjoy” namun proses tercapai
 Pengelolaan penting (pujian hadiah diperlukan)
 Susunlah secara sederhana instruksi singkat dan jelas
 Kelas yang baik, tidak diam dan Demokrasi
 Hukuman (Punishmant) dihindari baik verbal/non verbal yang melukai harga diri
anak
 “MODIFIKASI” (modifikasi proses belajar mengajar dan media
pembelajarannya).

Pada akhirnya siswa dapat menerima pesan tau instruksi dari guru dengan baik dan
dapat melakukan aktivitas secara independent dalam mempelajari sesuatu sesuai dengan
tujuan pembelajarannya. Siswa juga dapat menerima pesan atau instruksi dari guru dengan
baik dan dapat melakukan aktivitas secara independent dalam mempelajari sesuatu sesuai
dengan tujuan pembelajaran.

2.3 Model pembelajaran pendidikan jasmani

Model pembelajaran (models of teaching) dalam konteks pendidikan jasmani lebih


banyak berkembang berdasarkan orientasi dan model kurikulumnya. Pembelajaran atau
interaksi pembelajaran termasuk metode, gaya, strategi, dan evaluasinya akan secara otomatis
beradaptasi sesuai dengan rujukan model kurikulumnya. Spesifikasi simbolik sering
diberikan pada pengembangnya, content, dan atau peruntukannya., sedangkan kesamaannya
cenderung menggunakan metodologi yang bervariasi dan berorientasi pada siswa. Beberapa
model dari sekian banyak model pembelajaran pendidikan jasmani.

a. Model Hellison

Pembelajaran pendidikan jasmani dalam model ini lebih menekankan pada


kesejahteraan individu secara total, pendekatannya lebih berorientasi pada siswa, yaitu
self-actualization dan social reconstruction. Model pembelajaran pendidikan jasmani dari
Hellison ini diberi nama level of affective development. Tujuan model Hellison ini adalah
meningkatkan perkembangan personal dan responsibility siswa dari irresponsibility, self
control, involvement, self direction dan caring melalui berbagai aktivitas pengalaman
belajar gerak sesuai kurikulum yang berlaku.

Model Helison ini sering digunakan untuk membina disiplin siswa (selfresponsibility)
untuk itu model ini sering digunakan pada sekolah-sekolah yang bermasalah dengan
disiplin siswanya. Hellison mempunyai pandangan bahwa: perubahan perasaan, sikap,
emosional, dan tanggung jawab sangat mungkin terjadi melalui penjas. Oleh karena itu
pada dasarnya model Hellison ini dibuat untuk membantu siswa mengerti dan berlatih
rasa tanggung jawab pribadi (self-responsibility) melalui pendidikan jasmani.

Terdapat 10 Rasa tanggung jawab pribadi yang dikembangkan dalam model ini terdiri
dari lima tingkatan, yaitu level 0, 1, 2, 3, dan level 4.

a) Level 0: Irresponsibility
Pada level ini anak tidak mampu bertanggung jawab atas perilaku yang
diperbuatnya dan biasanya anak suka mengganggu orang lain dengan mengejek,
menekan orang lain, dan mengganggu orang lain secara fisik.
b) Level 1: Self-Control
Pada level ini anak terlibat dalam aktivitas belajar tetapi sangat minim sekali,
mereka akan melakukan apa-apa yang disuruh guru tanpa mengganggu yang lain,
serta terlihat hanya melakukan aktivitas tanpa usaha yang sungguh-sungguh.
c) Level 2: Involvement
Patda level ini peserta didik secara aktif terlibat dalam belajar. Mereka bekerja
keras, menghindari bentrokan dengan orang lain, dan secara sadar tertarik untuk
belajar untuk meningkatkan kemampuannya.
d) Level 3: Self-responsibility
Pada level ini anak didik didorong untuk mulai bertanggung jawab atas
belajarnya. Ini mengandung arti bahwa siswa belajar tanpa harus diawasi langsung
oleh gurunya dan siswa mampu membuat keputusan secara independen tentang
apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
e) Level 4: Caring.
Anak didik pada level ini tidak hanya bekerja sama dengan temannya, tetapi
mereka tertarik ingin mendorong dan membantu temannya belajar. Anak didik
pada level ini akan sadar dengan sendirinya menjadi sukarelawan (volunteer)
misalnya menjadi partner teman yang tidak terkenal di kelas itu, tanpa harus
disuruh oleh gurunya untuk melakukan itu.

b. Model Canter’s Asertif


Terdapat model lain dalam pendidikan jasmani yang sering digunakan secara
terintegrasi untuk mengembangkan disiplin siswa dengan strategi yang relative sama,
yaitu model disiplin assertif. Model ini dikembangkan oleh Canter (1976). Ia
membuat model pembinaan disiplin dengan nama Canter’s Assertive Discipline.
Perbedaan model yang dikembangkan oleh 14 Hellison dan Canter terutama terletak
pada motivasi yang dijadikan landasan untuk mengembangkan didiplin siswa.
Model Hellison lebih menekankan pada motivasi intrinsic yang dilandasi pada
keyakinan bahwa: siswa secara alami berkeinginan untuk melakukan sesuatu yang
baik dan penghargaan ekstrinsik adalah “counter productive”. Sementara itu, model
ini lebih menekankan pada motivasi ekstrinsik, seperti penghargaan, pujian, dan
dorongan, termasuk konsekuensi.
c. Model Kebugaran (Health-Related Fitness Models)

Model ini lebih menekankan untuk membimbing siswa pada program kegiatan
kesegaran jasmani, mengajar keterampilan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan,
menanamkan komitmen terhadap gaya hidup yang aktif, dan mengadministrasi program
asesmen kesegaran jasmani individu siswa. Mengingat kritik yang mengatakan bahwa
ruang lingkup dari program ini sangat terbatas pada aktivitas kebugaran saja, maka
program ini berisikan pengembangan berbagai variasi keterampilan dan pengalaman yang
memungkinkan siswa dapat berpartisipasi dalam aneka ragam olahraga dan aktivitas fisik.

Adapun kurikulum dan pembelajaran yang di kembangkan pada model pembelajaran


ini, diantaranya:

 Jenis materi pelajaran disesuaikan dengan jenis mata pelajaran yang tercantum
dalam kurikulum
 Jumlah jam pelajaran wajib/intra perminggu sebagaimana tertera dalam
kurikulum (misal 3 x 45 menit) selanjutnya dibagi ke dalam
pertemuanpertemuan yang jumlahnya di atur oleh sekolah.
 Jumlah pertemuan penjas per minggu termasuk ekstra kurikuler biasanya
minimal tiga sampai empat pertemuan.
 Pemberian materi teori ditekankan agar disampaikan secara terintegrasi dalam
bentuk praktek langsung
 Pendekatan pembelajaran lebih cenderung menganut teori belajar
konstruktivisme melalui pemberian berbagai pengalaman gerak yang dapat
menggiring siswa ke arah pembentukan konsep yang diperlukan untuk
penanaman, peningkatan, dan pemeliharaan kemampuan olahraga, fitness, dan
gaya hidup aktif dan sehat
 Orientasi pembelajaran terfokus pada sasaran program yang sudah ditetapkan
pada produk program pada setiap tahun ajarannya

2.4 Tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani

Ada banyak pendapat jika di tanya apa tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani,
namun yang paling tepat tujuan pembelajaran pendidikan jasmani bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas


jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan
gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik
secara kelompok maupun perorangan.
5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan
sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar
orang.
6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan
olahraga.

Maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam
domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah
penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani,
tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi meliputi pula
pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan
ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang.

Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang
kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi
yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia
emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang
kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada
kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak. Intelegensia
emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri, kemampuan
memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan
kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat
penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya
BAB III

PENUTUP

Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan,


bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan
kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Suatu pembelajaran khususnya pendidikan jasmani agar mendapatkan
hasil yang efektif dan berkualitas, sangat diperlukan adanya beberapa perangkat dan
komponen serta konsep yang benar benar memenuhi tuntutan tersebut. Guru pendidikan
jasmani sebagai pelaku utama dalam proses belajar mengajar benar-benar dituntut adanya
persiapan baik administrasi, fisik serta wawasan yang berinovasi tinggi untuk dapat
melakukan tugas sebagai orang yang menyiapkan pendidikan secara menyeluruh baik itu:
fisik, mental, emosional, disiplin, sifat kerjasama, fair play, jujur, kreatif, dan inovatif
terhadap siswa juga penguasaan materi yang sangat dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Motohir C. (2002). Gagasan-gagasan Tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga.


Surabaya . UNESA University Press.

Mutohir C. Lutan R. (997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. BP3GSD. Jakarta.


Ditjen Dikti.Depdiknas.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

Asmara, H. (2015). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai