Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAH

RAGA TENTANG ASAS-ASAS


PENDIDIKAN JASMANI

DISUSUN OLEH :
SITI RAHAMAWATI
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan MAKALAH yang berjudul ASAS PENDIDIKAN
JASMANI.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa MAKALAH yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga MAKALAH ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

SANGATTA,3 APRIL 2021

SITI RAHMAWATI
A. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak


manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini,
misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih
memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar
secara efektif.pengertian pendidikan jasmani menurut para ahli.

a.Depdiknas
Pengertian pendidikan jasmani menurut Depdiknas adalah suatu proses pendidikan yang
memanfaatkan kegiatan jasmani yang telah direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan manusia secara organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
b. Aip Syarifudin, dkk.
Menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses melalui aktivitas jasmani yang
dirancang dan disusun dengan sistematik guna merangsang pertumbuhan dan
perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan
pembentukan watak, serta nilai yang positif bagi setiap warga negara dalam mencapai
tujuan pendidikan.
c. Nash
pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai fase dari pendidikan keseluruhan dan
memberikan sumbangan kepada semua tujuan dari pendidikan.
d. Barrow
Memberi pengertian tentang pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui kegiatan gerak
individu dimana banyak dari tujuan pendidikan yang dicapai melalui kegiatan otot besar
yang melibatkan olahraga, senam, tari, permainan dan latihan.
e. Samsudin
Definisi pendidikan jasmani adalah proses pembelajaran melalui kegiatan jasmani yang
dirancang untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi.
f. Nixom dan Cozens
Arti dari pendidikan jasmani adalah fase seluruh proses pendidikan yang berhubungan
dengan aktivitas dan respon otot yang giat dan terkait dengan perubahan yang telah
dihasilkan oleh individu dari respons tersebut.
g. Firmansyah
Berpendapat bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang melibatkan
interaksi peserta didik dengan lingkungan melalui kegiatan jasmani yang secara sistematik
kearah pembentukan manusia seutuhnya.
h. Jackson R. Sharman
Pengertian pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan yang berlangsung melalui
aktivitas yang melibatkan mekanisme motorik manusia yang menghasilkan pola perilaku
manusia.
i. Arma Aboellah
Mengartikan pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan
lewat kegiatan jasmani yang mempunyai tujuan mengembangkan manusia secara organik,
neuro muscular, emosional dan intelektual.
j. Badan Standar Nasional Pendidikan
Pengertian pendidikan jasmani menurut BSNP adalah proses pembelajaran melalui kegiatan
jasmani yang dirancang untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik individu, pengetahuan dan perilaku hidup yang sehat dan aktif, sikap
sportif serta kecerdasan emosi.
k. Siedentop
Menjelaskan pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang dan melalui kegiatan
jasmani.
l. Rosdiani
Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang
memanfaatkan kegiatan jasmani yang disusun secara sistematik untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neumuskuler, kognitif, perseptual dan emosional
kaitannya dengan kerangka sistem pendidikan nasional.
m. Rink
Arti pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui fisikal. Kontribusi unik pendidikan jasmani
terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh secara menyeluruh melalui
kegiatan jasmani.
n. Dauer dan Pangrazi
Pendidikan jasmani merupakan fase program pendidikan secara keseluruhan yang
memberikan kontribusi yang paling utama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan
dan perkembangan secara utuh kepada tiap anak.
o. Jesse Fiering Williams
Definisi dari pendidikan jasmani merupakan kegiatan fisik yang telah dipilih dan dilakukan
untuk mendapatkan hasil sesuai keinginan.
p. Mulyanto
Mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai suatu proses belajar untuk bergerak dan belajar
melalui gerak.
q. Bucher
Pengertian pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Proses pendidikan melalui aktivitas fisik yang dipilih untuk mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan organik, neuro muscular, interperatif, sosial dan emosional.
r. UNESCO
Pengertian pendidikan jasmani menurut Unesco adalah proses pendidikan individu atau
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani
dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, serta pertumbuhan
kecerdasan dan pembentukan watak.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran
penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information processing
theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses pengambilan
keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap
mengidentifikasi stimulus tahap memilih respons, dan tahap memprogram respons. Jika
pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk terus-menerus
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya
tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga
tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula.
Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjas yang baik
tidak cuKup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata (misalnya
dengan instruksi yang klasik seperti, “… ketika kamu menerima bola, kamu lari ke arah
sana, lalu kamu lempar boja itu ke si A dan kamu kembali ke sini”), melainkan harus pula
dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka untuk menganalisis situasi
dan berikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri (misalnya: “… baik, ketika posisi
lapangan ketat dan karnu dijaga terus oleh lawan. kira-kira kemanakah kamu harus
melempar bola? Coba kita praktekkan, apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”.
Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi.
Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi
untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial
yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah
kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.
Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam
kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya,
termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sosiologi berhubungan
juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti agama,
keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang
berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang
dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.
Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang
sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu
memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat
dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti
sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi.
(1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada
individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku individu; (2)
hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan
sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari
pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.

B. Asas Pengembangan dan Penetapan Sasaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait
langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya
terlibat 3 tahapan, yaitu:
a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5-7 tahun)
b. tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood) dan
c. tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia
10 tahun)
Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia SD
mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada
usia-usia 5-8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan
keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di
tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative).
Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai
keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan,
senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa
cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat
mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang.
Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar
semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat
begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang.
Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola
pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4) karakteristik
serta minat anak.
Gerakan merupakan dasar bagi pendidikan jasmani. Mutu program penjas dapat dinilai
berdasarkan mutu pengalaman gerakan yang dialami oleh anak-anak. Pendidikan jasmani
memang terdiri atas kegiatan fisik yang harus dilakukan secara aktif. Anak-anak tidak akan
dapat mengambil manfaat hanya dari berbaris, menuggu datangnya alat-alat atau
mendengarkan penjelasan guru yang panjang. Pendidikan jasmani harus menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk menimba pengalaman gerak.
Pembelajaran harus terjadi melampaui kepentingan sesaat topi harus menawarkan
keterampilan yang berguna untuk seumur hidup. Dalam masyarakat modern dewasa ini,
pemeliharaan kebugaran jasmani dan kesehatan dipandang sebagai kebutuhan utama.
Dengan demikian pendidikan jasmani harus memberikan program yang cukup dinamis agar
mampu mengembangkan kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran merupakan dasar
untuk pencapaian keterampilan gerak. Pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan
anak dan beban latihannya disesuaikan dengan kesangupan setiap siswa.
C. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Perkembangan kearah memanjang (Cephalocaudal) dan kearah tepi (Proximodistal).
2. Gerak kasar dan gerak halus
3. Bilateral ke unilateral
4. Diferensiasi dan Integrasi
5. Filogenetik dan Ontogenetik
Dorongan Pasar Anak-Anak
Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu.
Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat turunan
atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar ini dikaitkan dengan pengaruh masyarakat,
guru, orangtua, dan teman-teman sendiri. Biasanya dorongan dasar ini akan berpola sama
pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh faktor kematangan. Dorongan tersebut niscaya
mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan untuk menciptakan
program yang sesuai dengan sifat-sifat anak. Berikut ini akan dibahas secara selintas
tentang dorongan-dorongan tersebut.
• Dorongan untuk Bergerak
• Dorongan untuk
• Dorongan untuk mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat
• Dorongan untuk bekerjasama dan bersaing
• Dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik
• Dorongan untuk bertualang
• g. Dorongan untuk kepuasan kreatif
• h. Dorongan untuk menikmati irama
• i. Dorongan untuk mengetahui

D. Asas – asas Pembelajaran Penjas


1. Asa Apersepsi
Yaitu Guru menghubungkan antara materi yang akan di pelajari dengan materi yang sudah
di pelajari ( pengalaman materi sebelumnya ) Fungsinya adalah mempersiapkan kondisi fisik
siswa baik fisik maupun mental ( pengulangan materi minggu lalu ). bertujuan juga supaya
siswa tidak melupakan materi yang telah diajarkan dipertemuan sebelumnya.
2. Asas motivasi
Daya pendorong siswa untuk melakukan kegiatan atau aktifitas. Fungsinya adalah untuk
mendorong siswa untuk tetap semangat. Peran seorang guru disini sangat menentukan
dalam pemberian motivasi terhadap siswanya. Karena guru harus memberikan rangsangan
terhadap siswanya agar mau melakukan aktifitas pembelajaran dengan semangat.
3. Asas aktifitas
Prinsip dasar pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan seluas luasnya kepada
siswa untuk belajar. Fungsinya untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Didalam asas ini siswa bisa lebih banyak melakukan tentang materi yang diberikan guru dan
lebih memungkinkan siswa dapat lebih memahami dari materi yang sedang mereka pelajari.
4. Asas individualitas
Dimana guru harus bisa membedakan individau baik fisik, mental, maupun status sosial.
Fungsinya agar terjadi proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang efektif, lancr serta
selamat.
5. Asas peragaan
Dimana guru harus memperagakan tugas – tugas gerak yang akan di ajarkan. Fungsinya
agar terjadi kelancaran komunikasi antara guru dan siswa. asas ini cukup penting karena
jika materi sudah ada conto gerakannya memungkinkan siswa lebih bisa cepat memahami
gerakan.
6. Asas modifikasi
Dimana guru melakukan perubahan baik terhadap alat, peraturan. Fungsinya supaya
pembelajatrann yang di anggap susah menjadi mudah atau menarik. Kemampuan seorang
guru sangat diuji dalam memodifikasi pembelajaran, bagaimana caranya guru memodifikasi
pembelajaran semenarik mungkin tetapi tidak meninggalkan tujuan awal dari pembelajaran
tersebut. Buatlah menjadi lebih menarik agar siswa tidak merasa jenuh dengan kegiatan
pembelajaran yang disampaikan.
7. Asas pengulangan
Memerlukan pengulangan karena semakin sulit materi maka harus sering melakukan
pengulangan agar cepat faham dan mudah. Fungsinya agar proses belajar gerak jadi lebih
mudah dan cepat bisa. dalam asas ini siswa lebih memungkinkan dapat mencapai
otomatisasi.
8. Asas evaluasi
Proses untuk melihat seberapa besar tingkat kemajuan belajar siswa setelah proses bejar
mengajar di lakukan. asaas ini sangat penting, karena menjadi tolak ukur seorang guru
terhadap peroses pembelajaran yang telah dilakukannya. dan untuk bisa mengetahui sejauh
mana siswanya bisa memahami dan menguasai materi pembelajaran yang diberikan.

E. Hakikat Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas.
Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan
dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari
perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari
manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti
pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun
esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani
memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan
bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan
penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral,
yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut
terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat
penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada
pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada
bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran
dan juga tubuh.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran
dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan
holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan:
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas
diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.”
Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.

Kesatuan Jiwa dan Raga

Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau
tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan
berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan
lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang
memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan
Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut
sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional:
aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.
Tepatlah ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik
yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan
pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani.

Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita
percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep
tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas
penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas
masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri,
barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya
pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu.
Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan
dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di
sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek
fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih
dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan
tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang
memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh,


sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan
disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus
atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk
pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan
seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai
dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam
bidang pendidikan jasmani kita.

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga

Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan
antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan
lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan
membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan
jasmani secara lebih konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak
harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,
meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif.
Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang
terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan
tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita
mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar
tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan,
misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut,
dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali
atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat
mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga
berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat
menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain;
karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari
olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di
antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah
aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat
fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku
bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses
kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan


ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-
tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan
pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya,
olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi
kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat
eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan
pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus
dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa?

Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan
tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu
luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui
ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau
membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental
dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan
karenanya merupakan kebutuhan semua orang.

Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-
creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena ‘menjauh’
dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan
kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan
dengan pendidikan rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam
bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka.

Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan
musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup
budaya tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh
kesenangan, di samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping
sebagai kegiatan yang menyehatkan.

Di Amerika, dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani, karena dipandang
sebagai alat untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak, di samping
untuk meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan nilai-nilai. Meskipun menjadi
bagian penjas, dansa sendiri masih dianggap sebagai cabang dari seni. Kemungkinan
bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya yang mampu
mengembangkan orientasi gerak tubuh. Bahkan ditengarai bahwa aspek seni dari dansa
dipandang mampu mengurangi kecenderungan penjas agar tidak terlalu berorientasi
kompetitif dengan memasukkan unsur estetikanya. Jadi sifatnya untuk melengkapi fungsi
dan peranan penjas dalam membentuk manusia yang utuh seperti diungkap di bagian-
bagian awal naskah ini.

F. Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani bukanlah pendidikan terhadap badan, atau bukan merupakan


pendidikan tentang problem manusia dan kehidupan. Jika kita perhatikan kembali secara
seksama model pemebalajaran pendidikan jasmani, Gambar 1 di bagian depan, maka dapat
diketahui bahwa tujuan pendididkan jasmani terdiri dari empat ranah, yakni: (1) jasmani, (2)
psikomotorrik, (3) afektif, dan (4) kognitif. Keempat ranah tersebut merupakan tujuan
sementara jika dipandang bahwa pendidikan jasmani itu merupakan bagian integral dari
pendidikan, dan tujuan pendidikan itu merupakan pelengkap atau penguat tujuan
ppendidikan.
Apabila anak aktif melakukan pendidikan jamani, misalnya anak bermain kejar – mengejar,
maka pada kegiatan yang tidak mereka sadari akan menjadi penyebab terjadinya
perubahan-perubahan. Setiap perubahan pada setiap peserta didik, akan terjadi
penambahan kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai, peningkatan fungsi alat-alat
pernafaan, kelentukan sendi-sendi tubuh, terutama sendi-sendi tungkai dan lengan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dengan baik dan lancar, maka
guru pendidikan jasmani harus betul-betul mengetahui interaksi edukatif berikut ini (Winarno
Surachmad, 1980).
a. Keadaan anak (jenis kelamin, atau kemampuan anak, karakteristik dari perkembangan
anak).
b. Penentuan bahan pelajaran yang tepat.
c. Tempat pelaksanaan ( lapangan terbuka, ruang senam, kolam renang, lapangan halaman
bermain).
d. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran (rasa sosial, kemampuan motorik).
e. Kemampuan motorik, afektif atau kognitif.
f. Tersedianya media atau alat pembelajaran pendidkan jasmani.
g. Penentu pembelajaran dan metode penyampaian (bentuk metode penyampaian bermain,
kriteria, gerak dan lagu, meniru, lomba, tugas, komando, latihan, dan modifikasi).
h. Adanya penilaian proses dan hasil interkasi.

Pencapaian pembelajaran akan lancar dan berhasil bila interkasi edukatif tersebut diatas
sebagai butir yang saling terkait antara satu butir dengan butir yang lain.

Tujuan umum pendidikan jasmani di Sekolah Dasar adalah memacu kepada pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya
membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan
membiasakan hidup sehat. Sebagai gambaran tujuan tersebut adalah:
a. Memacu perkembangan dan aktivitas system peredaran darah, pencernaan, pernapasan,
dan persyarafan.
b. Memacu pertumbuhan jasmani seperti bertambahnya tinggi dan berat badan.
c. Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja sama, sportivitas, tenggang rasa.
d. Meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan aktivitas jasmani dan memiliki sikap
positif terhadap pentingnya melakukan aktivitas jasmani.
e. Meningkatkan kesegaran jasmani.
f. Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani.
g. Menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani.

Telah diketahui bahwa tujuan pendidikan terkelompok pada empat ranah dalam sehari-hari,
akan berpengaruh positif terhadap kekuatan, kelentukan, bahkan daya tahan baik otot – otot
lokal maupun daya tahan cardio vasculer. Namun betapapun baiknya pengaruh akativitas
anak yang tidak terencana, masih akan lebih baik kalau aktivitas itu direncanakan, dan
hasilnya pun dapat ditentukan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Khusus mengenai tahapan unjuk kerja motorik (motor behavior) dan terminal (umur anak)
yang diutarakan oleh Gabbard, LeBlanc, dan Lowy (1987) dalam tabel berikut:

Tahap untuk Kerja Motorik (Motor Behavior)

Terminal Tahapan Gerak Aktivitas Karakteristik


0-2 th, masa kanak-kanak Gerak tak sempurna Berguling, duduk, merayap, merangkak,
berdiri, berjalan, dan memegang.
2-7 th, masa anak-anak awal Gerak dasar dan pemahaman efisien Kesadaran gerak
lokomotor, nirlokomotor, dan manipulasi.
8-12 tahun, masa anak-anak Khusus/khas Penghalusan keterampilan dan penyadaran
gerak menggunakan gerak dasar, dalam tari, permainan/olahraga, senam, dan kegiatan
olahraga air.
12- dewasa, masa remaja dan dewasa Spesialisasi Bersifat kompetisi dan rekreasi
Dari tabel inilah dapat dilihat pada umur berapakah anak mulai masuk SD, jenis kemampuan
motorik apakah yang telah dikuasai anak, dan jenis kemampuan motorik apakah yang harus
dikembangkan oleh guru pendidikan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA

https://bocahkampus.com/contoh-kata-pengantar

https://www.mingseli.id/2020/08/pengertian-pendidikan-jasmani-menurut-para-ahli.html

https://automaterikuliah.wordpress.com/2018/12/06/materi-pendidikan-jasmani-dan-
olahraga/

Anda mungkin juga menyukai