Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ASESMEN

MATA KULIAH TEORI DAN TEKNIK INTERVENSI


KELOMPOK 10
“Perspektif Individu Terhadap Body Shaming dan Cara
Mengatasinya ”

KELAS D
KELOMPOK 10

Andi Muh. Furqan Caesar (201710230311220)


Firdausi Muhammad Akhmad (201710230311233)
Rizki Dwi Julianto (201710230311242)
Siti Rahmatillah (201710230311258)

Dosen Pengampu: Susanti Prasetyaningrum, S.Psi., M.Psi.


Instruktur : Arini Miftahul Jannah, S. Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
A. Deskripsi Pelaksanaan Asesmen
Pada hari pertama pelaksanaan asesmen, yaitu Sabtu, 16 November
2019 kami mengajak para subjek untuk berkumpul di sebuah warung kopi
di daerah Merjosari. Bagi subjek yang tidak memiliki kendaraan, kami
memutuskan untuk menjemputnya menuju lokasi yang telah ditentukan.
Setelah sampai di lokasi kami memperkenankan subjek untuk
memesan minuman dan makanan terlebih dahulu. Alasannya cukup
sederhana, karena dengan cara ini menurut kami subjek akan lebih merasa
nyaman dan lebih terbuka untuk berbincang-bincang satu sama lain.
Kemudian kami sebagai konselor lalu memperkenankan para subjek untuk
saling memperkenalkan diri satu sama lainnya sebagai langkah awal untuk
menciptakan hubungan emosional diantara para subjek dan konselor. Pada
tahap ini dilakukan dengan system bebas terbuka, tujuannya ialah agar
memasuki permasalahan sedikit demi sedikit, lebih santai dan mencegah
terjadinya shock.
Hal itu dapat diamati lewat ekspresi dan cara komunikasi
interpersonal subjek yang awalnya sedikit canggung menjadi lebih hangat
dan terbuka. Misalnya saling menceritakan latar belakang satu sama lain.
Konselor yang mengamati hal tersebut lalu mengintervensi sedikit demi
sedikit memasukkan variable tema. Karena waktu telah hampir habis, maka
diumumkan kepada para subjek bahwa diskusi akan dilanjutkan pada esok
harinya.
Pada hari kedua, Minggu, 17 November 2019 kami mengundang
para konselor untuk menghadiri forum FGD sekaligus konseling kelompok
di sebuah kontrakan yang dihuni oleh salah satu subjek, yang terletak di Jl.
Tirto Rahayu, gang 11 no. 27. Sama seperti sebelumnya bagi yang tidak
memiliki kendaraan, kami selaku konselor memutuskan untuk mengantar
subjek menuju lokasi yang telah ditentukan.
Pada tahap ini dibuka dengan cara sistematis yang telah dicontohkan
oleh teman-teman yang melakukan role play FGD. Kasus yang diangkat
ialah seputar dampak yang dihasilkan oleh body shaming, menindaklanjuti
pembahasan semalam. Pada pertemuan kedua ini konselor mencoba untuk
mengumpulkan informasi seputar tanggapan juga pendapat subjek mengenai
body shaming dengan menggunakan metode FGD yang dilakukan selama 1
jam 30 menit. Kegiatan pada pertemuan kedua ini berjalan lancar meski ada
beberapa hambatan kecil yang masih dalam kendali, juga para subjek yang
mulai saling terbuka satu sama lain terutama dalam menyampaikan
pendapat, forum juga lebih hidup jika dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya yang masih terasa canggung bagi subjek, hal itu berkat
keaktifan setiap anggota yang terlibat dalam forum dalam bertukar
pandangan terhadap kasus yang diangkat. Tapi karena waktu yang terbatas
dan mempertimbangkan kesibukan lain dari subjek maka forum harus kami
tutup. Penyampaian pendapat pun dilakukan secara bergilir dan bagi yang
ingin menanggapai pendapat yang lain dipersilahkan untuk mengangkat
tangannya.

Hari/tanggal Kegiatan Asesmen Tujuan Waktu Tempat


Sabtu, 16 Perkenalan/ Building Untuk
November raport meningkatkan
2019 ikatan dan
hubungan
emosional yang
telah terjalin
sebelumnya dan Warkop
mengilangkan 19.30 – Nona
perasaan 22.00 WIB Manis,
canggung satu Merjosari
sama lain oleh
pihak-pihak
yang terlibat
dalam kegiatan
ini dengan cara
saling
berbincang-
bincang santai.
Minggu, 17 FGD dan Konseling Jl. Tirto
November Kelompok Rahayu,
2019 15.00 – gang 11 no.
17.00 WIB 27

B. Data Asesmen
1. NA, merupakan seorang mahasiswa semester 1, berperawakan kurus dan
agak tinggi sekitar 168 cm. Subjek berjenis kelamin laki-laki dan
berambut cepak, dan berkulit gelap. Pada saat asesmen subjek
menuturkan bahwa ia kerap mengalami body shaming ketika masih
bersekolah di SMA. Pada beberapa kasus, ketika mengalami perlakuan
demikian subjek memilih untuk melawan dan kontak fisik tak dapat
dihindarkan.
2. NW, merupakan mahasiswa berjenis kelamin perempuan, semester 3
berperawakan sedang, dengan tinggi 155 cm dan kulit berwarna kuning
langsat dan mengenakan jilbab. Subjek menuturkan bahwa pernah ia
sewaktu kecil sering mengalami body shaming oleh tetangganya dan hal
itu membuatnya trauma dan hal tersebut jugalah yang membuatnya
enggan untuk membicarai tetangganya tersebut sampai sekarang. Selain
itu ia juga menjadi pribadi yang pemalu, sehingga ia mengalami kesulitan
ketika harus menyampaikan kemauannya secara langsung.
3. MR, merupakan mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan sedang
menempuh kuliah semester 5. Subjek memiliki badan sedang, dan tinggi
sekitar 167 cm. Subjek memiliki rambut hitam bergelombang dan kulit
berwarna sawo matang serta berkacamata. Subjek menuturkan bahwa ia
kerap mengalami perlakuan body shaming oleh orang lain, namun ia
merespon dengan cara yang berbeda menurut kedekatannya dengan
orang lain tersebut. Kadang ia melakukan pembalasan baik lisan maupun
fisik. Kadang subjek merasa tidak percaya diri dalam sebuah lingkup
pergaulan karena perlakuan-perlakuan body shaming.
4. TW, merupakan mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, semester 1
memiliki rambut hitam cepak, tinggi sekitar 170 cm dan bulatan hitam di
lengan kanannya serta memilki kumis agak tebal. Subjek menuturkan
bahwa kadang ia mengalami body shaming, namun ia kurang
meresponnya dan justru menjadikannya sebagai motivasi untuk
mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Namun ia menuturkan bahwa
ia mempunyai seorang teman yang mengalami depresi akibat perlakuan
body shaming terhadap dirinya.
5. YL, merupakan mahasiswa berjenis kelamin perempuan, program
magister, memiliki kulit berwarna kuning langsat, tinggi sekitar 147 cm
berpostur tubuh sedang. Subjek menjelaskan bahwa ia kerap mengalami
body shaming dikarenakan postur tubuhnya yang kecil bahkan ia pernah
ditolak saat mengikuti seleksi tari tradisional dengan bahasa yang vulgar.
Ia juga menuturkan bahwa ia beberapa kali menangis dang mengalami
stress dikarenakan perlakuan yang demikian.
C. Analisa Data Asesmen
Masing-masing anggota memiliki penyebab masalah yangberbeda
dan berbeda pula cara menyikapinya. Subjek 1 bisa saja menggunakan
fisik untuk membalas, subjek 2 lebih memilih diam dan menghindar,
subjek 3 terkadang jika masih bisa diselesaikan baik-baik maka akan
diselesaikan secara baik-baik, subjek ke-4 memilih menjadikannya
motivasi untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi dari yang sekarang.
Akan tetapi body shaming tetaplah sesuatu yang dapat menimbulkan hal
tak terduga misalnya depresi pada individu yang mengalami body
shaming. Namun dari keempat subjek di atas, subjek ke-5 merupakan
contoh bahwa body shaming merupakan perilaku yang buruk karena dapat
membuat orang lain menjadi stress, bahkan depresi.
Kesimpulannya bahwa, individu yang mengalami body shaming
tidak selalu menerima hal tersebut dengan pikiran negatif, melainkan bisa
juga positif contohnya seperti subjek ke-4, dia menganggap bahwa body
shaming sebagai motivasi bagi dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih
baik lagi dari sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan teori dalam
(Safitri,2018) dijelaskan bahwa terjadi banyak perubahan sikap pada
korban body shaming, misalnya mudah tersinggung, pendiam, malas
makan, hingga depresi. Sehingga tidak sedikit orang yang melakukan
bunuh diri akibat body shaming yang dia terima dari orang lain.

D. Kesimpulan
Kesimpulan dari asesmen ini adalah, body shaming merupakan
perlakuan yang buruk bagi semua orang. Body shaming juga merupakan
bullying secara verbal yang mengkritik atau mengomentari fisik dari
seseorang secara negatif. Ketika sesorang mengalami body shaming,
tentunya dia akan merasa sangat tersinggung dan merasa terganggu. Bahkan
beberapa orang pun akan melakukan tindakan agresi secara kontak fisik
maupun secara lisan apabila ia menjadi korban body shaming itu sendiri.
Untuk menghindari body shaming ini, ada baiknya ketika mengomentari
seseorang kita menggunakan bahasa yang lebih sopan dan baik. Namun ada
sebagian orang yang menyikapi body shaming ini merupakan sebagai
motivasi diri agar ia dapat merubah dirinya agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Tri Fajariani. Rahmiaji, Lintang Ratri. 2019. Memahami Pengalaman
Body Shaming Pada Remaja Perempuan. Jurnal Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro.
Hidayat, Rahmad. Dkk. 2019. Hubungan Perlakuan Body Shaming Dengan Citra
Diri Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa: Vol. 7 (1), 79-86.
Rachmah, Eva Nur. Baharuddin, Fahyuni. 2019. Faktor Pembentuk Perilaku Body
Shaming Di Media Sosial. Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Psikologi Sosial
2019 Psikologi Sosial Di Era Revolusi Industri 4.0: Peluang & Tantangan: 66-73
Sakinah. 2018. “Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan
Cara Mengatasinya. Jurnal Emik: Vol. 1 (1), 53-67.
Sherly. 2019. Menyikapi Body Shaming: Latih Konsep Dirimu!. Buletin K-PIN
Konsorium Psikologi Ilmiah Nusantara: Vol. 5 (11).

LAMPIRAN (*ACC Rancangan Asesmen, IC, RH, Skala/data pretest, Data


Kasar, Dokumentasi foto/video/rekaman suara)

Anda mungkin juga menyukai