Oleh :
YULI NURHAYATI
NIM. 202206091524
i
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. SS P2A0 USIA 36 TAHUN NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI
DI PMB HUSNUL HIDAYATI TULUNGAGUNG
Pembimbing Intitusi
___________________
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik. Laporan
Pratik ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan profesi bidan di
Universitas Kadiri.
Dalam penulisan Laporan Praktik ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, hingga laporan praktik ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara spiritual, moral
dan material
2. Para Dosen pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan selama
pembuatan laporan praktik
3. Kepala tempat praktik yang telah memberi izin kepada penulis untuk
mendapatkan data-data dalam penyusunan laporan praktik
4. Petugas perpustakaan yang telah menyediakan buku-buku referensi untuk
penyusunan karya tulis ilmiah
5. Teman-teman Prodi Pendidikan Profesi Bidan yang telah memberikan
semangat, yang tidak bisa penulis ungkapkan satu persatu. Serta berbagai
pihak yang telah membantu selama proses penyusunan laporan praktik ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan praktik ini, masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak dan semoga laporan praktik ini bermanfaat. Amin.
Penulis
iii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula. Masa
nifas adalah dimulai sejak 2 jam setelah kelahiran plasenta sampai 6
minggu (42 hari) setelah itu puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil
(Saleha, 2009: 2).
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau peurpurium di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Ambarwati, 2010:
1).
Periode masa nifas (puerpurium) adalah periode waktu selama 6-8
jam minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan
fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009: 4).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009: 2-3) asuhan yang diberikan kepada ibu nifas
bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan
dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya
sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan
pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan
kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan
baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan
meningkat.
2) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
1
2
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan mendekatkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali
panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum
hamil.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
plepasan plasenta.
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara
setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon
terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypopisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis
(Sulistyawati, 2009: 73-75).
(3) Lochea
Lochea adalah akskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desi dua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lochea di bedakan menjadi 4
jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : (Ambarwati, 2010:
78-79)
a) Lochea rubra/merah
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 3 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanigo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea sanguilenta
7
d) Lochea alba/putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua,sel epitel selaput
landir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini
dapat berlangsung setelah hari 14 atau selama 2-6 minggu
postpartum
(4) Perubahan Pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontreaksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin.
Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir,
tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat dimasukin 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik
sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009: 77-78).
a) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara barangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
b) Perenium
8
2. Struktur Makroskopis
Struktur Makroskopis menurut (Sunarsih, 2011: 7)
1) Cauda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas kearah axila
2) Aerola
Aerola adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi, aerola pada masing-masing payudara memiliki
garis tengah kira-kira 2,5 cm letaknya mengelilingi putting susu dan
berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya, perubahan warna ini bergantung dari corak kulit
dan adanya kehamilan, pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat
akan berwarna jingga kemerahan, bila kulit kehitaman maka warnanya
lebih gelap, selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan
warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi
seprti warna asli. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat,
kelenjar lemak dari Montgomery yang membetuk tuberkel dan akan
membesar selama kehamilan, kelenjar lemak ini akan menghasilkan
suatu bahan yang dapat melicicinkan kalang payudara selama
menyusui, pada kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang
merupakan tempat penampungan air susu, sinus laktiferus yaitu
saluran dibawah aerola yang besar melebar adanya memusat kedalam
putting dan bermuara keluar didalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa asi keluar
3) Papila mammae (Putting susu)
12
sel akan memeras air susu yang telah terbuat dari alveoli dan system ke
sistem duktus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek lets down adalah sebagai
berikut : Melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi,
memeikirkan untuk menyusui bayi (Sunarsih, 2011: 14).
7. Bendungan Air Susu
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena aliran vena dan limfe sehingga menyebabakan bendungan ASI dan
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohardjo 2005: 700)
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus
laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki
kelainan putting susu misalnya putting susu datar dan terbenam, cekung.
Sesudah bayi dan plasenta kahir, kadar estrogen dan progesterone
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan sanagt mempengaruhi
oleh estrogen, tidak dikelurkan lagi dan terjadi sektresi prolaktin oleh
hipofisis, hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkanya dibutuhkanya reflek
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada pemulaan nifas
apabila bayi belum mampu menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
terjadi kelenjar-kelnjar tidak diksongkan dengan sempurna terjadi
pembendungan air susu.
1) Faktor-faktor Penyebab Bendungan ASI
Faktor-faktor yang menyebabkan Bendungan ASI sebagai berikut :
(1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi asi pada ibu yang produksi asinya
berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan
payudara tidak dikosongkan maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara, sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI
15
(2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif pada masa laktasi, bila ibu
tidak menyusukan bayinya sesring mungkin atau jika bayi tidak
aktif menghisap, maka akan menimbulkan benudngan ASI.
(3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu, akibadnya
ibu tidak menyusui bayinya dan terjadinya bendungan ASI.
(4) Putting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu,karena bayi tidak dapat menghisap putting dan areola
bayi tidak mau menyusu dan akibadnya terjadi bendungan ASI.
(5) Putting susu terlalu panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap aerola dan
merangsang sinus laktifeus untuk mengeluarkan ASI, akibatnya
ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI (Rukiyah, 2010:
346).
2) Tanda Gejala Bendungan ASI
Tanda gejalanya ditandai dengan mammae panas serta keras pada
perabaan dan nyeri : putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit
menyusu pengeluaran susu kadang berhalang oleh duktuli laktiferi
menyempit, payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan
warnanya kemerahan dan demam (Rukiyah, 2010: 347).
3) Komplikasi Bendungan ASI
(1) Radang payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minghu setelah
persalinan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya
diawali dengan putingsusu lecet/luka. Gejala yang biasa diamati
kulit merah, payudar lebih keras, serta nyeri dan berbenjol-benjol.
(2) Abses payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan.
Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah mengkilat,
benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak
berisi cairan (Mansjoer, 2006: 323-325).
16
f) Data Penunjang
(a) Laboratorium
i) Kadar Hb.
b. Merumuskan Diagnosa
Menurut Sulistyawati (2010:229) pada langkah ini mengidentifikasi
masalah atau diagnosis berdasarkan rangkaian masalah yang ada.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati pasien, diharapkan siap bila diagnosis
atau masalah potensial benar-benar terjadi.
c. Intervensi
Menurut Sulistyawati (2010:230) pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua
perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat
meliputi pengetahuan, teori yang terbaru serta divalidasi dengan
asumsi mengenai apa yang diinginkan pasien. Cara menghindari
perencanaan asuhan yang tidak terarah maka dibuat terlebih dahulu
pola pikir sebagai berikut:
1) Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan meliputi sasaran
dan target hasil yang akan dicapai.
2) Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang
akan dicapai.
d. Implementasi/ Penatalaksanaan
Menurut Sulistyawati (2010: 231–232) pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah intervensi
dilaksanakan secara efisien dan aman.
e. Evaluasi
Menurut Sulistyawati (2010: 233) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan asuhan yang diberikan kepada pasien, mengacu kepada
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Tujuan asuhan kebidanan.
2) Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah.
3) Hasil asuhan.
25
TINJAUAN KASUS
I. Data Dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Agustus 2023 pukul 10.00
WIB di BPM Husnul Hidayati Tulungagung.
I.1 Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. SS Nama Suami : Tn. M
Umur : 36 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SLTP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Kawin : 1 kali Kawin : 1 kali
Umur Kawin : 24 tahun Umur Kawin : 26 tahun
Lama Kawin : 12 tahun Lama Kawin : 12 tahun
Alamat : Kedungwaru Alamat : Kedungwaru
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan telah melahirkan anaknya pada tanggal 15 Agustus
2023, sekarang mengeluhkan tidak menyusui bayinya sudah 3 hari
dan produksi ASI berkurang, payudara tersumbat dan terhambat sejak
3 hari, nyeri tekan sebelah kanan, ASI dikeluarkan dengan cara
diperas sudah 2 hari ini, demam dan nyeri pada payudara kanan, tidak
menyusui anaknya.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 3-7 hari
Jumlah : 2-3 koteks/hari
Konsistensi : Encer
Warna : Merah tua
Dysminorhoe : Kadang-kadang
Flour albus : Kadang-kadang
27
BB selama hamil : 58 kg
BB sekarang : 51 kg
Tinggi badan : 155 cm
Lingkar lengan atas: 26 cm
Tanda-tanda Vital
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu : 37,5o C
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut lurus, hitam, tidak rontok,
tidak ada ketombe, tidak ada benjolan terlihat
Muka : Simetris, sedikit pucat, tidak oedema, tidak ada
cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak
ada gangguan penglihatan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret
Mulut dan gigi: Bibir simetris, tidak celosis, tidak stomatitis
Lidah tidak glositis
Gigi bersih, tidak ada caries gigi
Gusi tidak ada ginggivitis
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
Payudara : Simetris, papilla mamae kotor, menonjol, ASI sudah
keluar, aerola mamae kotor ada hiperpigmentasi,
warna kemerahan , payudara terlihat bengkak.
Aksila : Tidak ada benjolan
Abdomen : Ada linea nigra, ada strie, tidak ada luka bekas
operasi
31
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium: HB 11,5 gr%
Pemeriksaan USG : Terdapat sisa plasenta
Pemeriksaan Foto Rontgen : -
Kesimpulan:
Ny. SS P2A0 post partum hari ke 30 dengan bendungan ASI disertai nyeri.
II. Identifikasi Diagnosa Masalah
No Data Dasar Diagnosa/Masalah
1 DS : Klien mengatakan telah melahirkan Ny. W P1011 post
anaknya pada tanggal 15 Juli 2023, partum hari ke 8 dengan
sekarang mengeluhkan tidak menyusui bendungan ASI
bayinya sudah 3 hari dan produksi ASI
32
Catatan Perkembangan
Rabu tanggal 16 Agustus 2023 pukul 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan payudaranya masih sedikit bengkak dan sedikit nyeri
O : KU ibu baik
Kesadaran : Composmentis
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5o C
Inspeksi:
Genetalia: Vulva dan vagina kotor. ada perdarahan, tidak odema, tidak
varices, tidak flour albus, lochea rubra.
Palpasi:
Payudara: Tidak ada benjolan abnormal, konsistensi kenyal
Abdomen: Tidak nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada benjolan,
A : Ny. S P2A0 post partum hari ke 31 dengan bendungan ASI
P : Pasien diperbolehkan pulang
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya di rumah sesering mungkin
pada payudara yang bengkak
Menganjurkan untuk meneruskan terapi oral yang sudah di berikan
Menganjurkan kilen memakai BH longgar
36
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yohyakarta: Nuha Medika. Hal: 1, 78-79.
Dinkes Jatim. Profil Kesehatan Jawa Timur 2011. Surabaya: Dinkes Surabaya.
Hidayat, A. Alimul Aziz. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 51, 99, 100.
Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes RI.
Hal: 58
Mangkuji, Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.
Hal: 8.
Mansjoer, Arief, dkk. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
Hal: 323-325.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hal :
20.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal: 35, 47.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal: 700.
Reeder, dkk. 2012. Keperawatan Maternitas Volume 2. Jakarta: EGC. Hal: 53.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: Trans Info Media. Hal: 346.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info
Media. Hal: 5, 70.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 2, 4, 6, 53-54, 55, 58, 59, 61.
Sarwono, Prawirohardjo. 2009: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal: 376.
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal: 96, 99, 100.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi Offset. Hal: 2-3, 73-75, 77-78, 133-134, 146-147.
Sunarsih, Tri dan Dewi, V.N.L. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 7, 11, 14.