Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. SS P2A0 USIA 36 TAHUN NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI


DI PMB HUSNUL HIDAYATI TULUNGAGUNG

Oleh :

YULI NURHAYATI
NIM. 202206091524

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. SS P2A0 USIA 36 TAHUN NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI
DI PMB HUSNUL HIDAYATI TULUNGAGUNG

Atas nama mahasiswa :

NAMA : Yuli Nurhayati


NIM : 202206091524

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Intitusi

___________________

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik. Laporan
Pratik ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan profesi bidan di
Universitas Kadiri.
Dalam penulisan Laporan Praktik ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, hingga laporan praktik ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara spiritual, moral
dan material
2. Para Dosen pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan selama
pembuatan laporan praktik
3. Kepala tempat praktik yang telah memberi izin kepada penulis untuk
mendapatkan data-data dalam penyusunan laporan praktik
4. Petugas perpustakaan yang telah menyediakan buku-buku referensi untuk
penyusunan karya tulis ilmiah
5. Teman-teman Prodi Pendidikan Profesi Bidan yang telah memberikan
semangat, yang tidak bisa penulis ungkapkan satu persatu. Serta berbagai
pihak yang telah membantu selama proses penyusunan laporan praktik ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan praktik ini, masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak dan semoga laporan praktik ini bermanfaat. Amin.

Tulungagung, September 2023

Penulis

iii
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula. Masa
nifas adalah dimulai sejak 2 jam setelah kelahiran plasenta sampai 6
minggu (42 hari) setelah itu puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil
(Saleha, 2009: 2).
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau peurpurium di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Ambarwati, 2010:
1).
Periode masa nifas (puerpurium) adalah periode waktu selama 6-8
jam minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan
fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009: 4).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009: 2-3) asuhan yang diberikan kepada ibu nifas
bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan
dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya
sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan
pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan
kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan
baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan
meningkat.
2) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu

1
2

Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya


permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal.
3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan
pada ibu nifas, yang memerlukan rujukan, namun tidak semua
keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk
tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan
tertentu. Jika bidan senantiasa mendampingi pasien dan keluarga maka
keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien sehingga
kejadian mortalitas dapat dicegah.
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu
untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan
budaya yang khusus
Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seorang bidan
sangat dituntut dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu
dan keluarga. Keterampilan yang harus dikuasai oleh bidan, antara lain
berupa materi pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik
penyampaian, media yang digunakan. dan pendekatan psikologis yang
efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal tersebut sangat penting
untuk diperhatikan karena banyak pihak yang beranggapan bahwa jika
bayi telah lahir dengan selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak
ada masalah maka tidak perlu lagi dilakukan pendampingan bagi ibu
Padahal bagi para ibu (terutama ibu baru), beradaptasi dengan peran
barunya sangatlah berat dan membutuhkan suatu kondisi mental yang
maksimal.
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus
Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas. kejadian
tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian
tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
3

6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan


anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak
Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan
pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup.
permasalahan ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak.
Bidan akan mengkaji pengetahuan ibu dan keluarga mengenai, upaya
mereka dalam rangka peningkatan kesehatan keluarga Upaya
pengembangan pola hubungan psikologis yang baik antara ibu, anak,
dan keluarga juga dapat ditingkatkan melalu, pelaksanaan asuhan ini.
3. Tahapan Masa Nifas
Menurut (Rukiyah, 2010: 5) tahapan masa nifas meliputi :
1) Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerpurium intermediete
Yaitu suatu kepulihan secara menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu,
3) Puerpurium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
4. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.
Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga
untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang
terjadi.
Tabel 1 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan msa nifas menurut (Saleha, 2009: 6).
Kunjunga Waktu Tujuan
n
1 6-8 jam setelah 1. Mencegah terjadinya perdarahan
persalinan masa nifas
2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan dan memberikan
4

rujukan bila perdarahan berlanjut


3. Memberikan konseling kepada ibu
atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
4. Pemberian asi pada masa awal
menjadi ibu.
5. Mengajarkan bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermi.
6. Jika bidan menolong persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
2 Enam hari 1. Memastikan involusi uteri
setelah berjalan normal , uterus
persalinan berkontraksi,fundus dibawah
umbilicus tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam,infeksi,atau kelainan pasca
persalinan
3. Memastikan ibu mendapat cukupa
makanan,cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik
5. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi

3 Dua minggu Sama seperti di atas (enam hari setelah


setelah persalinan)
persalinan
4 Enam minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang
setelah penyulit-penyulit yang di alami
persalinan nya atau bayinya
2. Memberikan konseling untuk KB
secara dini

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Selama masa nifas, alat-alat interna maupun ekterna berangsur-
angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan
alat genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain senagai
berikut :
5

1) Perubahan Sistem Reproduksi


(1) Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi
fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan
simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih
sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah
turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi
dari luar. Involusi uterus melibatkan pengorganisasian dan
pengguguran desisua serta pengelupasan situs plasenta,
sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan
berat serta oleh warna dan banyaknya lochea, banyaknya lochea
kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian
sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan.
Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui
bayinya (Saleha, 2009: 53-54).
Table 2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Setinggi pusat 2 jari di 1000 gram
lahir bawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram
Sumber: Saleha, 2009: 55
(2) Pengerutan rahim
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic
(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya (tinggi fundus
uteri).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara
lain:
6

a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan mendekatkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali
panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum
hamil.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
plepasan plasenta.
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara
setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon
terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypopisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis
(Sulistyawati, 2009: 73-75).
(3) Lochea
Lochea adalah akskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desi dua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lochea di bedakan menjadi 4
jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : (Ambarwati, 2010:
78-79)
a) Lochea rubra/merah
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 3 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanigo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea sanguilenta
7

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta


berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karna mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke 7 sampai hari ke 14.

d) Lochea alba/putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua,sel epitel selaput
landir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini
dapat berlangsung setelah hari 14 atau selama 2-6 minggu
postpartum
(4) Perubahan Pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontreaksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin.
Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir,
tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat dimasukin 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik
sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009: 77-78).
a) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara barangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
b) Perenium
8

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh takanan bayi yang bergerak maju,
pada postnatal hari ke 5 perenium sudah mendapatkan kembali
sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil.

2) Perubahan Sistem pencernaan


Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanan dua
jam setelah persalinan.
Pada ibu nifas lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu
adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus.
Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus
lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi
karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka perineum (Saleha,
2009: 58).
3) Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama
kehamilaan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah
melahirkan.Disamping itu, kandung kemih pada puerpurium
mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu
distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan. Ureter dan
pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada dua
minggu sampai delapan minggu setelah persalinan (Saleha, 2009: 58).
4) Perubahan Sistem Muskulosketetal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Fasia
penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-
latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali
secara perlahan-lahan (Saleha, 2009: 59).
5) Perubahan Sistem endokrin
9

Menurut Saleha (2009: 60) selama proses kehamilan dan persalinan


pada sistem endokrin terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut.
(1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dan kelenjar otak bagian belakang selama
persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
dan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, hal tersebut
membantu uterus kembali kebentuk semula.
(2) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
ptituitary, bagian belakang untuk mengluarkan prolaktin horrmon
ini berperan dalam pembesaran payudara dan produksi ASI.
(3) Esterogen Dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkan esterogen yang tinngi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Dan progesteron
mempengaruhi otot-otot halus yang mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dasar panggul, perineum dan vulva.
6) Perubahan Tanda-Tanda Vital
(1) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus
dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak
akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih
dari 38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien.
(2) Nadi dan pernafasan
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah
partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh,
10

sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah persalinan


kemudian kembali seperti keadaan semula.
(3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa
pengobatan (Salehah, 2009: 61).
7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah
sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah
uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya
penurunan hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume
plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun
selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya
koagulasi meningkat. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama
persalinan (Rukiyah, 2010: 70).

B. Konsep Bendungan ASI


1. Anatomi payudara
11

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di


atas otot dada (Sunarsih, 2011: 7).
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi,
manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya 200 gr,
saat hamil 600 gr dan saat menyusui 800 gr. Payudara disebut juga dengan
glandula mammae yang ada baik pada wanita maupun pria (Sunarsih,
2011: 7).

2. Struktur Makroskopis
Struktur Makroskopis menurut (Sunarsih, 2011: 7)
1) Cauda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas kearah axila
2) Aerola
Aerola adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi, aerola pada masing-masing payudara memiliki
garis tengah kira-kira 2,5 cm letaknya mengelilingi putting susu dan
berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya, perubahan warna ini bergantung dari corak kulit
dan adanya kehamilan, pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat
akan berwarna jingga kemerahan, bila kulit kehitaman maka warnanya
lebih gelap, selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan
warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi
seprti warna asli. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat,
kelenjar lemak dari Montgomery yang membetuk tuberkel dan akan
membesar selama kehamilan, kelenjar lemak ini akan menghasilkan
suatu bahan yang dapat melicicinkan kalang payudara selama
menyusui, pada kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang
merupakan tempat penampungan air susu, sinus laktiferus yaitu
saluran dibawah aerola yang besar melebar adanya memusat kedalam
putting dan bermuara keluar didalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa asi keluar
3) Papila mammae (Putting susu)
12

Terletak setinggi interkosta IV tetapi berhubung adannya variasi


bentuk dan ukuran payudara, makan letaknya akan bervariasi pada
tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh
getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang
longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut bentuk puting
ada 4 macam yaitu bentuk yang normal pendek atau datar, panjang dan
terbenam.
3. Struktur Mikroskopis
1) Alveoli
Alveolus adalah unit terkecil yang memproduksi susu bagian dari
alveolus adalah sel alciner, jaringan lemak, sel plasma sel otot polos
dan pembuluh darah, payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing
lobus terdiri atas 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobulus
terdiri atas 10-1000 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan
saluran air susu (sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon, ASI
disalurkan dari alveolus kedalama saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar.
2) Duktus Laktiferus
Saluran sentral yang meruapakan muara beberapa tubulus laktiferus.
3) Ampulla
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merpakan temapat
menyimpan air susu, ampulla terdapat dibawah aerola.
4. Fisiologi Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyususi mulai dari ASI di
produksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi
menghisap dan menelan ASI (Marmi, 2011 : 20)
Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI
mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu (ducts milk) menuju
reservoir susu yang beralokasi dibelakang aerola, lalu kedalam mulut bayi.
13

Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bualan ketiga kehamilan, dimana


tubuh wanita memproduksi hormone yang menstimulasi munculnya ASI
dalam sistem payudara (Saleha, 2009: 54).
5. Proses Pembentukan ASI
Prolaktin memegang peran untuk membuat colostrum, namun jumalah
colostrums terbatas karena aktifitas prolakrin dihambat oleh estrogen dan
progesterone yanga kadarnya memang tinggi. Serta partus, lepasnya
plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan
progesterone sangat berkurang ditambah dengan adanya isapan bayi yang
meregang putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-
ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik (Sunarsih,
2011: 11).
6. Pengeluaran Air Susu
1) Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormone prolaktin
yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk
memproduksi susu yang aakn disiapkan oleh lumen pembendungan
ASI yang terjadi dalam alveolus akan menyebabkan adanya penekanan
pada pembuluh darah sehingga akan menyebabkan adanya penekanan
pada pembuluh darah sehingga akan menyebabkan penurunan
prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI juga berkurang.
Untuk menegetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang
dapat digunakan sebagai patokan ASI cukup atau tidak adalah ASI
yang sangat banyak merembes keluar melalui putting, sebelum
disusukan payudara terasa tegang, jiak ASI cukup setelah menyususi
bayi akan tidur tenang selama 3 sampai 4 jam dan bayi akan sering
berkemih sekitar 8 kali sehari (Saleha, 2009: 58).
2) Reflek Let Down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis,
rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofisis yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Oksitosin yang
sampai pada alveoli akan memengaruhi sel mioepitelim. Kontraksi dari
14

sel akan memeras air susu yang telah terbuat dari alveoli dan system ke
sistem duktus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek lets down adalah sebagai
berikut : Melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi,
memeikirkan untuk menyusui bayi (Sunarsih, 2011: 14).
7. Bendungan Air Susu
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena aliran vena dan limfe sehingga menyebabakan bendungan ASI dan
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohardjo 2005: 700)
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus
laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki
kelainan putting susu misalnya putting susu datar dan terbenam, cekung.
Sesudah bayi dan plasenta kahir, kadar estrogen dan progesterone
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan sanagt mempengaruhi
oleh estrogen, tidak dikelurkan lagi dan terjadi sektresi prolaktin oleh
hipofisis, hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkanya dibutuhkanya reflek
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada pemulaan nifas
apabila bayi belum mampu menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
terjadi kelenjar-kelnjar tidak diksongkan dengan sempurna terjadi
pembendungan air susu.
1) Faktor-faktor Penyebab Bendungan ASI
Faktor-faktor yang menyebabkan Bendungan ASI sebagai berikut :
(1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi asi pada ibu yang produksi asinya
berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan
payudara tidak dikosongkan maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara, sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI
15

(2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif pada masa laktasi, bila ibu
tidak menyusukan bayinya sesring mungkin atau jika bayi tidak
aktif menghisap, maka akan menimbulkan benudngan ASI.
(3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu, akibadnya
ibu tidak menyusui bayinya dan terjadinya bendungan ASI.
(4) Putting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu,karena bayi tidak dapat menghisap putting dan areola
bayi tidak mau menyusu dan akibadnya terjadi bendungan ASI.
(5) Putting susu terlalu panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap aerola dan
merangsang sinus laktifeus untuk mengeluarkan ASI, akibatnya
ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI (Rukiyah, 2010:
346).
2) Tanda Gejala Bendungan ASI
Tanda gejalanya ditandai dengan mammae panas serta keras pada
perabaan dan nyeri : putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit
menyusu pengeluaran susu kadang berhalang oleh duktuli laktiferi
menyempit, payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan
warnanya kemerahan dan demam (Rukiyah, 2010: 347).
3) Komplikasi Bendungan ASI
(1) Radang payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minghu setelah
persalinan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya
diawali dengan putingsusu lecet/luka. Gejala yang biasa diamati
kulit merah, payudar lebih keras, serta nyeri dan berbenjol-benjol.
(2) Abses payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan.
Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah mengkilat,
benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak
berisi cairan (Mansjoer, 2006: 323-325).
16

4) Penanganan Bendungan ASI


Menurut Rukiyah (2010: 247) penanganan bendungan ASI adalah:
(1) Pencegahan
a) Susukan bayi segera, setelah lahir
b) Susukan bayi tanpa dijadwal
c) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih
lembek
d) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi
melebihi kebutuhan ASI
e) Laksanakan perawatan payudara, setelah melahirkan
f) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres
dingin dan hangat dengan handuk secara, bergantian kiri dan
kanan
g) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting
susu berikan kompres sebelum menyusui
h) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah
bening dalam payudara, lakukan pengurutan yang dimulai dari
puting ke arah korpus mamae
i) Ibu harus rileks
j) Pijat leher dan punggung belakang.
(2) Perawatan payudara
Payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan utama
bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang
sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong
payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan.
(3) Bagi Ibu menyusui, dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air
susu dengan tangan dan pompa, Jika ibu menyusui dan bayi
mampu menetek:
a) Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap
kali meneteki
b) Berikan penyuluhan cara meneteki yang baik
c) Mengurangi nyeri sebelum menetek
17

d) Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau


mandi air hangat, Pijat punggung dan leher, Memeras susu cara
manual sebelum meneteki dan basahi putting susu agar bayi
mudah menetek
e) Mengurangi nyeri setelah meneteki: Gunakan bebat atau
kutang, Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak,
Terapi parasetamol 500mg per oral.
(4) Bagi Ibu yang tidak menyusui: Berikan bebat dan kutang ketat,
Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri,
hindari pijat dan kompres hangat, berikan parasetamol 500mg per
oral, evaluasi 3 hari.
5) Penatalaksanaan Bendungan ASI
Menurut (Reeder, 2012: 53)
1) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum
menyusui. Pemijatan dilakukan secara memutar untuk mengurangi
ketegangan pada payudara. Setelah itu ASI diperas dengan tangan
sedikit-demi sedikit untuk mengurangi pembengkakan. Setelah
payudara agak lentur/lemas bayi disusukan. ASI hasil perasan
dapat disimpan di kulkas untuk diberikan sewaktu-waktu.
2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri, bisa dilakukan selang-seling dengan
kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah. Pengompresan
dapat dilakukan dengan cara menyediakan air dingin dan hangat
pada dua baskom. Pengompresan dilakuan dengan handuk yang
sudah dicelupkan air dingin dan hangat. Kemudian dikompreskan
secara bergantian dingin-hangat pada kedua payudara kanan dan
kiri.
3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena
untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
4) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV
18

5) Memberi penjelasan pada ibu tentang masalah ini bahwa terjadi


bendungan ASI pada kedua payudara dan ini sangat berbahaya bagi
ibu karea jika tidak dikeluarkan akan terjadi infeksi.
6) Berikan Parasetamol 500 mg peroral setiap 4 jam untuk
mengurangi rasa sakit.
7) Melakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
apakah membaik atau tidak.
19

C. Tinjauan Menejemen 5 Langkah Askeb


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus
pada pasien. Manajemen kebidanan terdiri dari lima langkah yang
berurutan dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi
(Sulistyawati, 2010:219).
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
a. Pengkajian
Menurut Sulistyawati (2010:219) pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh
data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Sulistyawati (2010: 220–228) bagian-bagian penting
anamnesis, yaitu:
1) Data Subyektif
(1) Biodata
a) Nama
Sebagai identitas.
b) Usia/tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam
persalinan berisiko usia atau tidak.
c) Agama
Dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien dan keluarga.
d) Pendidikan terakhir
20

Untuk menentukan metode yang paling tepat dalam


penyampaian informasi mengenai tehnik melahirkan
bayi.
e) Pekerjaan
Menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi
dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi
yang akan dipilih selama asuhan.
f) Suku/bangsa
Berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.
g) Alamat
Sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini
juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju lokasi persalinan.
(2) Riwayat Pasien
a) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
b) Menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar
organ reproduksi. Data yang harus diperoleh dari
riwayat menstruasi antara lain:
(a) Manarche: usia pertama kali mengalami menstruasi.
(b) Siklus: jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya.
(c) Volume: seberapa banyak darah menstruasi yang
keluar.
(d) Keluhan: keluhan yang disampaikan oleh pasien
dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu diketahui adalah apakah pasien pernah atau
21

sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes


mellitus, ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis atau
anemia.
d) Pola makan
Untuk mendapatkan gambaran bagaiman pasien
mencukupi asupan gizinya. Data fokus mengenai asupan
mengenai asupan makanan pasien seperti kapan atau jam
berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang di makan.
e) Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan
sangat penting karena akan menentukan kecenderungan
terjadinya dehidrasi. Data yang perlu ditanyakan seperti
kapan terakhir kali minum, berapa banyak yang
diminum, apa yang diminum.
f) Pola istirahat
Data yang ditanyakan seperti kapan terakhir tidur, berapa
lama dan aktivitas sehari-hari.
g) Personal Hygiene
Beberapa pertanyaan yang diajukan seperti kapan
terakhir mandi, keramas dan gosok gigi, kapan terakhir
ganti baju dan pakaian dalam.
h) Aktivitas seksual
Data yang diperlukan berkaitan dengan aktivitas seksual
seperti keluhan, frekuensi dan kapan terakhir kali
melakukan hubungan seksual.
2) Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaaan yaitu:
22

(1) Keadaan Umum


Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
sebagai berikut:
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Kriteria ini jika kurang atau tidak memberikan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien
sudah tidak mampu berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(3) Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan ini meliputi : tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
(4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi kepala (Prihardjo, 2006: 50).
(a) Rambut: warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak.
(b) Telinga: kebersihan, gangguan pendengaran.
Tujuan pengkajian telinga adalah untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
dan pendengaran (Prihardjo, 2006: 61).
23

(c) Mata: konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan,


gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi mata (Prihardjo, 2006: 51).
(d) Hidung: kebersihan, polip, alergi debu.
Tujuan pengkajian hidung adalah untuk mengetahui
keadaan bentuk dan fungsi hidung (Prihardjo, 2006:
67)
(e) Mulut
Tujuan pengkajian mulut adalah untuk mengetahui
bentuk dan kelainan pada mulut (Prihardjo, 2006: 71).
i) Bibir: warna, integritas jaringan (lembab, kering
atau pecah-pecah).
ii) Lidah: warna, kebersihan.
iii) Gigi: kebersihan, karies.
iv) Gangguan pada mulut (bau mulut)
b) Leher : pembesaran kelenjar limfe.
Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk
leher serta organ-organ penting yang berkaitan (Prihardjo,
2006: 72)
c) Dada
Tujuan pengkajian dada adalah untuk mengetahui postur,
bentuk, kesimetrisan (Prihardjo, 2006: 87)
(a) Bentuk
(b) Simetris/tidak
d) Perut: bentuk, bekas luka operasi
e) Ekstremitas
Tujuan pengkajian ekstremitas adalah untuk menilai
ada/tidaknya gerakan ekstremitas abnormal (Uliyah dan
Hidayat, 2009: 147).
(a) Atas: gangguan/ kelainan, bentuk.
(b) Bawah: bentuk, oedem, varises.
24

f) Data Penunjang
(a) Laboratorium
i) Kadar Hb.
b. Merumuskan Diagnosa
Menurut Sulistyawati (2010:229) pada langkah ini mengidentifikasi
masalah atau diagnosis berdasarkan rangkaian masalah yang ada.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati pasien, diharapkan siap bila diagnosis
atau masalah potensial benar-benar terjadi.
c. Intervensi
Menurut Sulistyawati (2010:230) pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua
perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat
meliputi pengetahuan, teori yang terbaru serta divalidasi dengan
asumsi mengenai apa yang diinginkan pasien. Cara menghindari
perencanaan asuhan yang tidak terarah maka dibuat terlebih dahulu
pola pikir sebagai berikut:
1) Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan meliputi sasaran
dan target hasil yang akan dicapai.
2) Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang
akan dicapai.
d. Implementasi/ Penatalaksanaan
Menurut Sulistyawati (2010: 231–232) pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah intervensi
dilaksanakan secara efisien dan aman.
e. Evaluasi
Menurut Sulistyawati (2010: 233) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan asuhan yang diberikan kepada pasien, mengacu kepada
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Tujuan asuhan kebidanan.
2) Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah.
3) Hasil asuhan.
25

D. Follow Up Perkembangan Kondisi Klien


Follow up perkembangan klien ditulis dalam data perkembangan
SOAP yang merupakan salah satu pendokumentasian Varney. Menurut
Mangkuji (2013: 8) SOAP merupakan singkatan dari:
S : Subyektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Berhubungan dengan maslaah dari sudut pandang klien (ekspresi
mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”
O : Obyektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain, informasi dari keluarga
atau orang lain.
A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif, diagnosis/masalah, diagnosis/masalah
potensial, antisipasi diagnosis/maslaah potensial/tindakan segera.
P : Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi: asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan tindak lanjut.
26

TINJAUAN KASUS

I. Data Dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Agustus 2023 pukul 10.00
WIB di BPM Husnul Hidayati Tulungagung.
I.1 Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. SS Nama Suami : Tn. M
Umur : 36 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SLTP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Kawin : 1 kali Kawin : 1 kali
Umur Kawin : 24 tahun Umur Kawin : 26 tahun
Lama Kawin : 12 tahun Lama Kawin : 12 tahun
Alamat : Kedungwaru Alamat : Kedungwaru
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan telah melahirkan anaknya pada tanggal 15 Agustus
2023, sekarang mengeluhkan tidak menyusui bayinya sudah 3 hari
dan produksi ASI berkurang, payudara tersumbat dan terhambat sejak
3 hari, nyeri tekan sebelah kanan, ASI dikeluarkan dengan cara
diperas sudah 2 hari ini, demam dan nyeri pada payudara kanan, tidak
menyusui anaknya.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 3-7 hari
Jumlah : 2-3 koteks/hari
Konsistensi : Encer
Warna : Merah tua
Dysminorhoe : Kadang-kadang
Flour albus : Kadang-kadang
27

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu


Sua Hami PERSALINAN NIFAS Umur
mi l Ke Tempat Lam anak
Ke L/ U Hidup/ Peno Penyu Kela K Menyu Seka
Persa a
P K Mati long lit inan B sui rang
linan Nifas
1 1 P 9 H BPM Bidan - 40 - Su Ya 11
bln nti tahun
k
1 2 P 9 H BPM Bidan - 30 - - Ya 30 hari
bln

4. Riwayat Kehamilan Sekarang, Persalinan dan Nifas Sekarang


Riwayat Kehamilan:
a. Ibu mengatakan hamil anak ke 2, usia kehamilan 9 bulan,
pergerakan janin dirasakan sejak usia kehamilan 4 bulan, selama
hamil klien memeriksakan kehamilan di bidan sebanyak 8 kali
b. Keluhan selama hamil
1) TM I : Pusing
2) TM II : Mual
3) TM III : Sering kencing
c. Imunisasi yang pernah didapat: TT 5 kali
d. Vitamin/obat-obatan yang bernah didapat: B1, B2, B6, B12, Kalk
e. HE yang pernah didapat: nutrisi, pola istirahat
Riwayat Persalinan:
a. Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak hari Jumat tanggal 14 Juli
2023 jam 18.20
b. Melahirkan di BPM
c. Bayi lahir pada tanggal 15 jam 09.25 secara spontan ditolong
bidan jenis kelamin perempuan
d. BB 3100 gram, PB 50 cm, AS 8, tidak ada kelainan congenital
ada, anus ada
e. Ada perlukaan jalan lahir, ada heating
f. Klien mengatakan nyeri jahitan jalan lahir
g. Jumlah perdarahan 260 cc
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
28

1) Tidak pernah menderita penyakit menular seperti: hepatitis B,


HIV/AIDS, TBC
2) Tidak pernah menderita penyakit menurun seperti, asma,
hipertensi, diabetes mellitus
3) Tidak pernah menderita penyakit menahun seperti asma
4) Tidak pernah menderita infeksi virus seperti TORCH, HIV,
AIDS
5) Tidak mempunyai alergi terhadap makanan/miuman, obat-
obatan
6) Tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi
b. Riwayat kesehatan suami/keluarga
1) Tidak pernah menderita penyakit menular seperti: hepatitis B,
HIV/AIDS, TBC
2) Tidak pernah menderita penyakit menurun seperti, asma,
hipertensi, diabetes mellitus
3) Tidak pernah menderita penyakit menahun seperti asma
4) Tidak pernah menderita infeksi virus seperti TORCH, HIV,
AIDS
5) Tidak mempunyai alergi terhadap makanan/miuman, obat-
obatan
6) Tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi
7) Tidak ada riwayat keturunan kembar
6. Keadaan Psikososial Budaya
Ibu mengatakan kehadiran anak ini sangat diharapkan
Hubungan dengan suami, keluarga dan masyarakat baik
Tidak ada pantangan terhadap makanan/minuman
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Makan 3x/hari, menu: nasi, sayur, lauk-pauk
Porsi 1 piring, minum 7-8x/hari, jenis air putih,
teh
Selama nifas : Makan 3x/hari, menu: nasi, sayur, lauk-pauk
29

Porsi 1 piring, minum 6-7x/hari, jenis air putih,


teh
b. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAK 5-6x/hari, BAB 1 x/hari, keluhan tidak ada
Selama nifas : BAK 4-5x/hari, BAB 1 x/hari, keluhan mulas
c. Pola Istirahat dan Tidur
Selama hamil : Tidur siang 1 jam, mulai jam 13.00-14.00 WIB,
tidur malam 8 jam, mulai jam 21.00- 05.00 WIB
keluhan tidak ada
Selama nifas : Istirahat ,duduk , jalan-jalan
Pola Aktifitas
Selama hamil : Mengerjakan pekerjaan rumah ringan
Selama nifas : Belum melakukan aktifitas
d. Personal Hygiene
Selama hamil : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, cuci rambut 2
x/minggu, ganti pakaian dalam 2 x/hari, ganti baju
2 x/hari
Selama nifas : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, cuci rambut 3
x/minggu, ganti pakaian dalam 2 x/hari, ganti baju
2 x/hari
e. Pola Seksual
Selama hamil : 1x/minggu, keluhan tidak ada
Selama nifas : Belum melakukan
f. Ketergantungan
Selama hamil/nifas, klien tidak pernah ketergantungan terhadap
obat-obatan, minuman/makanan tertentu.
I.2 Data Obyektif
Secara Umum
Keadaan Umum : Cukup baik
Kesadaran : Composmentis
Postur tubuh : Tegak
Cara berjalan : Tegak
30

BB selama hamil : 58 kg
BB sekarang : 51 kg
Tinggi badan : 155 cm
Lingkar lengan atas: 26 cm

Tanda-tanda Vital
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu : 37,5o C
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit

Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut lurus, hitam, tidak rontok,
tidak ada ketombe, tidak ada benjolan terlihat
Muka : Simetris, sedikit pucat, tidak oedema, tidak ada
cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak
ada gangguan penglihatan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret
Mulut dan gigi: Bibir simetris, tidak celosis, tidak stomatitis
Lidah tidak glositis
Gigi bersih, tidak ada caries gigi
Gusi tidak ada ginggivitis
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
Payudara : Simetris, papilla mamae kotor, menonjol, ASI sudah
keluar, aerola mamae kotor ada hiperpigmentasi,
warna kemerahan , payudara terlihat bengkak.
Aksila : Tidak ada benjolan
Abdomen : Ada linea nigra, ada strie, tidak ada luka bekas
operasi
31

Genetalia : Vulva dan vagina kotor, tidak odema, tidak varices,


tidak flour albus , lochea serosa
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas; Simetris, tidak odema, kuku bersih, tidak ada
gangguan pergerakan
Ekstremitas bawah: Simetris, tidak odema, kuku bersih, tidak ada
gangguan pergerakan
b) Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara : Tidak ada benjolan abnormal, konsistensi keras, nyeri
tekan sebelah kanan, ASI sedikit keluar.
Abdomen : Tidak ada nyari tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada
benjolan, TFU setinggi pusat , kontraksi jelek, uterus
lembek, kandung kemih kosong
c) Auskultasi
Suara bising usus +/+
d) Perkusi
Refleks patella kanan dan kiri: +/+

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium: HB 11,5 gr%
Pemeriksaan USG : Terdapat sisa plasenta
Pemeriksaan Foto Rontgen : -
Kesimpulan:
Ny. SS P2A0 post partum hari ke 30 dengan bendungan ASI disertai nyeri.
II. Identifikasi Diagnosa Masalah
No Data Dasar Diagnosa/Masalah
1 DS : Klien mengatakan telah melahirkan Ny. W P1011 post
anaknya pada tanggal 15 Juli 2023, partum hari ke 8 dengan
sekarang mengeluhkan tidak menyusui bendungan ASI
bayinya sudah 3 hari dan produksi ASI
32

berkurang, payudara tersumbat dan


terhambat sejak 3 hari, ASI dikeluarkan
dengan cara diperas sudah 2 hari ini.
DO:
Keadaan Umum: Cukup baik
Kesadaran: Composmentis
Tensi: 110/70 mmHg
Suhu: 37,5o C
Nadi: 83 x/menit
Pernafasan: 20 x/menit
Pemeriksaan fisik:
Inspeksi:
Payudara: Simetris, papilla mamae kotor,
menonjol, ASI sudah keluar, aerola
mamae kotor ada hiperpigmentasi, warna
kemerahan, payudara terlihat bengkak.
Genetalia: Vulva dan vagina kotor, tidak
odema, tidak varices, tidak flour albus,
lochea serosa.
Palpasi:
Payudara: Tidak ada benjolan abnormal,
konsistensi keras, nyeri tekan sebelah
kanan, ASI sedikit keluar
TFU: pertengahan simfisis
Kontraksi: keras, baik
Kandung kemih kosong
Pemeriksaan Laboratorium:
HB 11,5 gr%
33

III, IV, V Intervensi, Implementasi, Evaluasi


Diagnosa/ Tujuan/Kriteria
Intervensi Implementasi Evaluasi
Masalah Keberhasilan
Ny. SS P2A0 Tujuan: Selasa tanggal 15 Agustus 2023 pukul Selasa tanggal 15
post partum Setelah dilakukan 10.45 WIB Agustus 2023 pukul
hari ke 30 asuhan kebidanan, 1. BHSP 1. Memberi tahu keadaan saat ini 11.45 WIB
dengan pasien mengerti Rasional: agar terjalin bahwa terjadi bendungan ASI pada S: Ibu
bendungan keadaannya hubungan yang payudara sebelah kanan dan ini mengatakan
ASI Setelah dilakukan kooperatif antara pasien sangat bahaya bagi ibu karena jika mengerti
asuhan kebidanan dengan bidan tidak dikeluarkan akan menjadi dengan
payudara bengkak yang infeksi. penjelasan
diderita klien 2. Beritahu hasil TTV 2. Memberitahu hasil TTV dan bidan
berkurang/sembuh Rasional: Agar ibu jelaskan bahwa ibu dalam kondisi Payudara
mengetahui keadaanya normal bengkak
Kriteria hasil: saat ini berkurang
Masa nifas berjalan 3. Lakukan pemeriksaan 3. Melakukan observasi payudara O:
normal payudara dengan hasil payudara memerah, Ibu bisa dan mau
KU : baik Rasional: mengetahui paplia mamae kotor, aerola menyusui bayinya
TTV pada batas normal: pembengkakan payudara hyperpygmentasi, ada nyeri tekan Kekerasan payudara
Tensi : 110/70-140/90 yang dialami klien dan payudara keras saat di palpasi. berkurang
mmHg 4. Lakukan perawatan 4. Melakukan perawatan payudara A: Ny. W P1011
Suhu : 36,5o-37,5o C payudara karena yang tekena bendungan ASI post partum
Nadi : 80-100 x/menit bendungan ASI dengan cara: hari ke 8
Pernafasan : 18-24 Rasional: untuk Kompres hangat-dingin untuk dengan
x/menit mengurangi ketegangan mengurangi statis pembuluh darah bendungan ASI
Payudara bengkak payudara vena dan mengurangi rasa nyeri. P:
sembuh Pengompresan dapat dilakukan Lanjutkan
dengan cara menyediakan air perawatan payudara
34

dingin dan dilakuan dengan handuk Anjurkan


yang sudah dicelupkan air hangat- pengeluaran ASI
dingin. Kemudian dikompreskan dengan tangan
secara pada kedua payudara kanan
dan kiri
5. Lakukan pengeluaran 5. Melakukan pengeluaran ASI
ASI dengan tangan dengan diperas dengan cara:
Rasional: membantu Masase payudara dan ASI diperas
memperlancar dengan tangan sebelum menyusui.
pengeluaran ASI Pemijatan dilakukan secara
memutar untuk mengurangi
ketegangan pada payudara. Setelah
itu ASI diperas dengan tangan
sedikit-demi sedikit untuk
mengurangi pembengkakan.
Setelah payudara agak lentur/lemas
bayi disusukan. ASI hasil perasan
dapat disimpan di kulkas untuk
6. Anjurkan untuk diberikan sewaktu-waktu
melakukan diet TKTP 6. Menganjurkan klien untuk
atau makanan bergizi melakukan diet TKTP dan makan
dan vitamin makanan bergizi, misalnya sayuran
hijau, daging, susu
35

Catatan Perkembangan
Rabu tanggal 16 Agustus 2023 pukul 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan payudaranya masih sedikit bengkak dan sedikit nyeri
O : KU ibu baik
Kesadaran : Composmentis
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5o C
Inspeksi:
Genetalia: Vulva dan vagina kotor. ada perdarahan, tidak odema, tidak
varices, tidak flour albus, lochea rubra.
Palpasi:
Payudara: Tidak ada benjolan abnormal, konsistensi kenyal
Abdomen: Tidak nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada benjolan,
A : Ny. S P2A0 post partum hari ke 31 dengan bendungan ASI
P : Pasien diperbolehkan pulang
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya di rumah sesering mungkin
pada payudara yang bengkak
Menganjurkan untuk meneruskan terapi oral yang sudah di berikan
Menganjurkan kilen memakai BH longgar
36

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yohyakarta: Nuha Medika. Hal: 1, 78-79.
Dinkes Jatim. Profil Kesehatan Jawa Timur 2011. Surabaya: Dinkes Surabaya.
Hidayat, A. Alimul Aziz. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 51, 99, 100.
Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes RI.
Hal: 58
Mangkuji, Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.
Hal: 8.
Mansjoer, Arief, dkk. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
Hal: 323-325.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hal :
20.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal: 35, 47.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal: 700.
Reeder, dkk. 2012. Keperawatan Maternitas Volume 2. Jakarta: EGC. Hal: 53.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: Trans Info Media. Hal: 346.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info
Media. Hal: 5, 70.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 2, 4, 6, 53-54, 55, 58, 59, 61.
Sarwono, Prawirohardjo. 2009: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal: 376.
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal: 96, 99, 100.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi Offset. Hal: 2-3, 73-75, 77-78, 133-134, 146-147.
Sunarsih, Tri dan Dewi, V.N.L. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 7, 11, 14.

Anda mungkin juga menyukai