Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR LAMA


KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS RI SIDOMULYO 2023 KOTA PEKANBARU

OLEH :
SALIMAH
NIM. P032115401033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES RIAU
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Lama


Kontrasepsi Suntik 3 Bulan di Puskesmas RI
Sidomulyo

Nama : Salimah

Nomor Induk Mahasiswa : P032115401033

Program Studi : D-III Kebidanan

Disetujui Oleh :

Pembimbing Lapangan (CI) Pembimbing Institusi

Wiwiek Kurniati S.Tr. Keb Yeni Aryani

NIP.197811092007012006 NIP.198606162019022002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan PK III dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Lama
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan KEK di Puskesmas Melur” ini tepat pada
waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan PK III ini tidak
lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Husnan, S.Kp,M.KM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Riau

2. Ibu Juraida Roito Harahap, S.KM,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Riau serta memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan sabar sehingga laporan kasus ini diselesaikan oleh penulis

3. Ibu Ani Laila, SST,M.Biomed selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Riau

4. Ibu Elly Susilawati, S.ST, M.Keb selaku Koordinator mata kuliah PK III
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan sabar sehingga Laporan Kasus ini diselesaikan oleh
penulis.

5. Ibu Findy Hindratni, SST, M. Keb selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya

6. Ibu Herawati,Amd.Keb selaku clinical instruktur yang telah memfasilitasi,


membimbing dan juga mengajari selama masa praktik lapangan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini


yang disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis.Penulis telah berusaha
maksimal untuk menyelesaikan Laporan Kasus PK III ini, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan laporan
selanjutnya. Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pekanbaru, Februari 2023

Nadya Maosahel Zakirah


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................3

DAFTAR ISI....................................................................................................................4

BAB 1...............................................................................................................................5

PENDAHULUAN...........................................................................................................7

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................7

1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................8

1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................................9

1.4 Waktu dan tempat..................................................................................................9

1.5 Gambaran kasus.....................................................................................................9

BAB 2.............................................................................................................................10

TINJAUAN TEORI......................................................................................................10

2.1 Kontrasepsi...........................................................................................................10

2.2 Keluarga Berencana............................................................................................11

2.3 Kontrasepsi Suntikan Depo Medroxy Progesterone Acetat ( DMPA ).........16

2.4 KEK ( Kekurangan Energi Kronis )..................................................................20

BAB 3.............................................................................................................................23

TINJAUAN KASUS.....................................................................................................23

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN..............................................23

PADA KELUARGA BERENCANA ( KB )..............................................................23

BAB 4.............................................................................................................................26

PEMBAHASAN............................................................................................................26

BAB 5………………………………………………………………………….…30

PENUTUP......................................................................................................................28

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................28

5.2 Saran.....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 penggunaan


kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan Sub Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi
modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi
57,4% pada tahun 2016. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6% di Asia telah
meningkat dari 60,9% menjadi 61,6% sedangkan Amerika latin dan Karibia naik
sedikit dari 66,7% menjadi 67,0% ( Evitasari 2019 ).
Kontrasepsi hormonal untikan 3 bulan Depo-Medroxy Progestrerone
Acetate (DMPA) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang banyak
digunakan. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang baik, tetapi juga memiliki
efek samping seperti gangguan haid berupa amenorea, bercak perdarahan dan
perdarahan di luar siklus haid. Selain itu terdapat peningkatan berat badan pada
penggunaan kontrasepsi DMPA ( Dhania Pratiwi 2014 ). Hal ini disebabkan oleh
hormon progesteron yang mempermudah terjadinya perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah jaringan kulit bertambah.
Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering
dikeluhkan oleh akseptor kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi hormonal
suntik KB Depo Medroxyprogesterone Acetate ( Purnamasari, 2009 ).
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai
fungsi mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma,
menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.Syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah tidak memiliki efek samping
yang merugikan, lama kerja dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu
persetubuhan, harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas, dapat
diterima pasangan suami istri, tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang
terlambat selama penatalaksanaan ( Mayulu 2008 ).
Sasaran dalam penggunaan alat kontrasepsi yaitu pasangan usia subur,
semua pasangan usia subur yang ingin menunda, menjarangkan kehamilan dan
mengatur jumlah anak, ibu yang mempunyai banyak anak dianjurkan memakai
kontrasepsi untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang
disebabkan karena faktor multiparitas (banyak melahirkan anak), yang
mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan, Ibu yang mempunyai penyakit yang
bisa membahayakan keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut
dianjurkan memakai kontrasepsi. ( Hartanto, 2003 ).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada klien aseptor lama kb


suntik 3 bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengumpulan data pada Akseptor Lama Kontrasepsi suntik 3


bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.
b. Melakukan identifikasi Diagnosis Masalah kebutuhan pada Akseptor Lama
Kontrasepsi suntik 3 bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.
c. Melakukan antisipasi diagnosa masalah potensial penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada Akseptor Lama Kontrasepsi suntik 3 bulan dengan KEK di
Puskesmas Melur.
d. Melakukan identifikasi perlunya tindakan segera pada Akseptor Lama
Kontrasepsi suntik 3 bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.
e. Menyusun rencana tindakan Kontrasepsi pada Akseptor Lama kontasepsi
suntik 3 bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.
f. Melakukan tindakan sesuai rencana komprehensif pada Akseptor Lama
Kontrasepsi suntik 3 bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.
g. Melakukan evaluasi tindakan pada Akseptor Lama Kontrasepsi suntik 3
bulan dengan KEK di Puskesmas Melur.
1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Puskesmas


- Membantu program pemerintah untuk menekan angka kelahiran.
- Menambah masukan/ penghasilan.
1.3.2 Bagi Pendidikan
Memperdalam ilmu pengetahuan mengenai kb dengan mengikuti
perkembangan teori tentang KB.

1.4 Waktu dan tempat

Pengambilanan kasus ini dilakukan pada tanggal 24 Februari 2023 di


Puskesmas melur kota pekanbaru.

1.5 Gambaran kasus

Laporan kasus ini tentang asuhan kebidanan pada ibu Ny.Y datang jam
09.15 WIB ke Puskesmas Melur dengan alasan kunjungan ingin melakukan
suntik ulang kb 3 bulan dan keluhan haid tidak lancar.Asuhan yang di berikan
yaitu menjelaskan penyebab terjadinya, jenis-jenis kb, menganjurkan ibu untuk
mengganti kb 3 bulan ke AKDR.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Kontrasepsi

2.1.1 Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah usaha – usaha untuk mencegah kehamilan, usaha –


usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.
(wiknjosastro,2010). Menurut Firdayanti, 2012 kontrasepsi berasal dari kata
“kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan “konsepsi” yaitu pertemuan
antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Secara singkat Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya ini yang dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen
(Firdayanti, 2012: 40).

2.1.2 Tujuan Kontrasepsi


a. Tujuan umum
Memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKBS)
(Firdayanti, 2012:41).
b. Tujuan khusus
Penurunan angka kelahiran guna mencapai tujuan. Dikategorikan dalam 3
fase untuk mencapai pelayanan tersebut yaitu:
1. Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase menunda ini
ditujukan pada pasangan usia subur dengan istri kurang dari 20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Pilihan alat kontarsepsi yaitu:
a. Pil
b. IUD
c. Implant
d. Suntik
2. Fase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode usia istri antara 20-
35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan
jumlah anak 2 orang dan jarak antara kehamilan 2-4 tahun, ini dikenal
dengan catur warga. Pilihan alat kontrasepsi yaitu :
a. IUD
b. Suntikan
c. Minipil
d. Pil
e. Implant
f. Sederhana
3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan, dimana periode
ini umur istri diatas 30 tahun terutama 35 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak (Firdayanti, 2012:41-42).
pilihan yang dapat diigunakan yaitu :
a. Seteril
b. IUD
c. Implant
d. Suntikan
e. Sederhana
f. Pil

2.2 Keluarga Berencana

2.2.1 Definisi Keluarga Berencana

Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan


keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia
dan sejahtera (Setyorini, 2014: 35).

Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu usaha untuk


mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran ( Rohmatin et al,2022 ).

2.2.2 Macam-Macam Metode Keluarga Berencana


 Metode keluarga berencana alamiah Profil:
a. Ibu harus belajar mengetahui kapan masa subur berlangsung
b. Efek dipakai dengan tertib
c. Tidak ada efek samping
d. Pasangan secara suka rela menghaidari senggama pada masa subur ibu
(ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil) atau senggama pada masa
subur utuk menciptakan kehamilan.
 Macam-macam Keluarga Berencana alamiah
Metode lender serviks atau lebih dikenal sebagai metode ovulasi
billings / MOB atau metpode dua hario mukosa serviks dan metode
sitometermal adalah paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya
sistem kalender atau pantang berkala dan metode suhu basal yang sudah
tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang berkala ini lebih lama .lagi
pula sudah ada caara yang lebih efektip dan masa pantang lebih singkat .
A. Metode Sederhana
1) Metode pantang berkala
Untuk kontrasepsi senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat
dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda tanda kesuburan
keluarnya lender encer dari liang vagina untuk perhitungan masa subur
dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 siklus terpendek dikurangi 18
antara kedua waktu senggama dihindari.
 Manfaat Kontrasepsi
1. Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
2. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
3. Tidak ada efek samping sistematis
4. Murah atau tanpa biyaya
 Nonkontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
2. Menambah pengetahuan tentang system reproduksi pada suami dan
istri
3. Memungkinkan mengeratkan relasi /hubungan melalui penongkatan
komu nikasi antara pasutri
 Keterbatasan
1. Sebagai kontrasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama pemakaian.catatan billing bila aturan ditaati
kegagalan 0%
2. Keefektipan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk
mengikuti instruksi
3. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis
KBA yang paling efektif secara benar
4. Dibutuhkan pelatihan/ guru KBA
5. Pelatih guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa
suburnya ,memotivasi pasangan untuk mentaati aturan jika ingin
menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu thermometer oral
atau suhu basal )
6. Perlu pantangan selama masa subur untuk menghindari kehamilan
7. Perlu pencatatan setiap hari
8. Inveksi vagina membuat lender serviks sulit di nilai
9. Thermometer basal diperlukan untuk membanti\
10. Tidak terlindung dari IMS/PMS
1) Metode suhu basal Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan
kurang lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai
lebih tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Suhu basal dapat
meningkat sebesar 0,2-0,5˚C ketika ovulasi (Taufika, 2014: 51).
2) Metode lendir serviks Metode lendir serviks dilakukan dengan wanita
mengamati lendir serviksnya setiap hari. Lendir serviks terlihat
lengket dan jika direntangkan di antara kedua jari akan putus
menandakan lendir tidak subur, saat lendir serviks meningkat menjadi
jernih dan melar, apabila dipegang di antara dua jari, lendir dapat
diregangkan dengan mudah tanpa terputus, lendir ini digambarkan
terlihat seperti putih telur mentah disebut lendir subur (Everett, 2012:
43).
3) Metode coitus interuptus Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan
sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan
kehamilan dapat dicegah (Sulistiawati, 2012:56)
4) Metode Amenorhea laktasi (MAL) Metode kontrasepsi sementara
yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,
artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan
minuman lainnya (Endang, 2015: 203). 17
5) Kondom Jenis kontrasepsi menggunakan alat untuk mencegah
kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan
sperma untuk masuk kedalam vagina (Purwoastuti, 2015: 205).
A. Metode modern
1. Hormonal Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dimana bahan bakunya
mengandung preparat estrogen dan progesteron. Berdasarkan jenis dan
cara pemakaiannya dikenal 3 macam kontrasepsi hormonal yaitu
kontrasepsi Oral (Pil), suntikan, dan kontrasepsi implant (Affandi,
2013:MK-28).
a. Pil KB Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon
estrogen dan progesteron) ataupu juga hanya berisi progesteron saja.
Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan
mencegah terjadinya penebalan dinding rahim.
b. Pil kombinasi Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks
mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula. Jenis-jenis pil kombinasi antara lain; monofasik,
bifasik, trifasik (Affandi, 2013: MK-31). 18
c. Pil progestin Adalah pil yang mengandung progesteron dan disiapkan
untuk ibu yang menyusui (Affandi, 2013: MK-50).
2. Suntik
a. Suntik kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M
(intramuskular). sebulan sekali, dan 50 mg noretindron Enantat dan 5
mg Estradiol valerat yang diberikan injeksi I.M.(intramuskular)
sebulan sekali
b. Suntik progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi yang mengandung progestin yaitu Depo
Medroksi progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik I.M dan Depo
noretisteron Enanta (/Depo noristeran), yang mengandung 200 mg
noretindron Enantan, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik I.M
(Affandi, 2013: MK-43).
3. Implant/susuk
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga dengan
panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogo dengan lama
kerja tiga tahun.
b. Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut berongga
dengan panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm, berisi 75 mg
levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c. Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan berongga
dengan panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm, berisi 68 mg
ketodesogestrel dengan lama kerja 3 tahun (Sulistyawati, 2012: 81).
4. Mekanis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
a. (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan didalam rahim
untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
(Affandi, 2013: MK-80).
B. Metode mantap
1. Tubektomi
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan secara permanen dengan mengoklusi
tuba fallopi mengikat dan memotong atau memasang cincin sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2. Vasektomi
3. Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan okulasi vans deference sehingga alat
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan
ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012: 100).

2.3 Kontrasepsi Suntikan Depo Medroxy Progesterone Acetat ( DMPA )


DMPA merupakan kontrasepsi progestin dengan mekanisme kerja
menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH.
Pemberian DMPA pada lima hari sejak awal menstruasi dapat mencegah ovulasi
pada bulan pertama sehingga efek kontrasepsi dapat cepat. Namun klien perlu
menggunakan kontrasepsi penunjang apabila DMPA diberikan lebih dari lima hari
setelah menstruasi, karena kemungkinan bisa terjadi ovulasi pada bulan tersebut
(Hartanto, 2003; Varney, 2006; Brahm, 2007).
Di USA terdapat 2 macam DMPA yaitu DMPA yang diberikan secara IM
(150 mg/ml) dan DMPA yang diberikan secara SC (104 mg/0,65 ml). DMPA
adalah analog sintetik dari 17α-hidroksiprogesteron (Nelson, 2010). Dosis total
yang diberikan secara SC adalah 30% lebih rendah dibandingkan dengan DMPA
yang diberikan secara IM (Cameron, 2013).

2.3.1 Mekanisme Kerja


 Primer : mencegah ovulasi
Mekanisme kerja dari DMPA ( Depo MedroxyProgesterone Acetat ) adalah
menghambat pulsasi dan pelepasan gonadotropin-releasing hormone (GnRH); dan
menekan Luteinizing hormone (LH) pada masa preovulatorik. DMPA memblokir
LH surge, yang mencegah terjadinya ovulasi. Apabila Injeksi DMPA diberikan
pada 7 hari pertama menstruasi maka akan menekan ovulasi. Namun, apabila
injeksi DMPA antara hari ke-10 dan hari ke- 13 menstruasi maka tidak
menghambat ovulasi pada 30% pasien (Fritz dan Speroff, 2005; Jurow dan
Shoupe, 2006; Nelson, 2010).
 Sekunder
Mekanisme kerja sekunder DMPA ( Depo MedroxyProgesterone Acetat )
adalah lendir servik kental dan sedikit, selanjutnya endometrium akan tidak bagus
untuk penempelan dari sel telur yang telah fertilisasi dan transport ovum didalam
tuba fallopi akan terganggu (Hartanto, 2003; Jurow dan Shoupe, 2006; Varney,
2006; Nelson, 2010). Endometrium tampak dangkal dan atrofis, kelenjar-kelenjar
tidak aktif dan odem pada stroma. Pada hasil biopsi klien akseptor lama DMPA
( Depo MedroxyProgesterone Acetat ) endometrium sedikit didapatkan. Tetapi,
setelah 90 hari pemberian DMPA perubahan tersebut kembali normal dan
perubahan endometrium ini berdampak pada perdarahan (Hartanto, 2003; Nelson,
2010).
2.3.2 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari suntikan DMPA ( Depo MedroxyProgesterone
Acetat ) diantaranya yaitu hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7
per 100.000 kelahiran), perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea, menderita
penyakit kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai
komplikasi (Affandi, 2013: MK-52).
2.3.3 Keuntungan dan Keterbatasan
DMPA IM diberikan setiap 3 bulan, DMPA merupakan metode yang sangat
efektif, bisa digunakan untuk wanita menyusui (Jurow dan Shoupe, 2006; WHO,
2011). DMPA menurunkan resiko kehilangan darah yaitu menurunkan resiko
anemia dan amenore yang merupakan keuntungan bagi beberapa akseptop KB
DMPA. Mengurangi dismenore, menurunkan resiko kanker endometrium dan
kanker ovarium. Menurunkan resiko pelvik inflammatory disease (PID) dan
kehamilan ektopik (Jurow dan Shoupe, 2006).
Keterbatasan pada pemakaian DMPA adalah gangguan menstruasi,
tergantung pada tempat pelayanan kesehatan untuk dapat injeksi DMPA, tidak
memberi perlindungan dari penyakit menular seksual, HIV, dan hepatitis B,
terlambat kembali kesuburan karena DMPA masih belum habis terlepas dalam
tubuh (Prawirohardjo, 2003).
2.3.4 Cara Penggunaan
Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA yaitu diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuscular di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan
terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari atau injeksi diberikan setiap
12 minggu. selanjutnya bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol
yang dibasahi oleh etil/isopropyl alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik, kocok dengan baik, hindarkan
terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak 23 perlu
didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkanya (Affandi, 2013: MK-47).
2.3.5 Waktu Pemberian Suntikan
DMPA Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil, Mulai
hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid, ibu yang tidak haid, injeksi pertama
dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, selama tujuh hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. ibu yang telah
menggunakan kontrasepsi hormonal (pil) dapat diberikan selama ibu tersebut
tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan tanpa menunggu haid yang akan
datang.
Ibu menggunakan kontrasepsi jenis lain, jenis suntikan dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasespi suntikan 3 bulan, kontrasepsi suntikan
yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasespsi suntikan yang
sebelumnya, ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi
hormonal dapat segera diberikan asal tidak hamil, bila ibu disuntik setelah hari ke
tujuh haid, ibu tersebut selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual, ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal,
suntikan pertama diberikan pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke tujuh siklus haid, asal saja ibu
yakin ibu tidak dalam kondisi hamil, ibu tidak hamil atau ibu dengan pendarahan
tidak teratur, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut
tidak hamil, dan selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual (Affandi, 2013: MK-45). 24
2.3.6 Efek Samping
Menurut Irianto (2010) Lamanya penggunaan kontrasepsi suntik pada
akseptor KB suntik rata-rata memiliki keberhasilan di atas 99% Umumnya
pemakaian KB suntik 3 bulan mempunyai persyaratan yang sama dengan pil,
kontinuitas kontrasepsi suntik cukup tinggi, 50-75% setelah 1 tahun, penggunaan
cara KB hormonal maksimal selama 5 tahun, semakin lama masa pemaiakan KB
suntik akan menimbulkan beberapa dampak baik mual muntah, perdarahan libido,
pengeroposan tulang dan lainya (Harnawati, 2008).

 Efek samping jangka pendek


1) Menurunkan kadar SOD dan meningkatkan indeks apoptosis
Penggunaan DMPA dapat menurunkan kadar SOD pada ovarium dan
menginduksi apoptosis pada endometrium tikus, ovarium tikus dan
human endometrial endothelial cells (HEECs) (Choksuchat et al., 2009;
Veri et al., 2015).
2) Berat badan bertambah
Menurut Firtz dan Speroff (2005) bahwa penggunaan DMPA selama 2
tahun dapat mengakibatkan peningkatan berat badan (2,1%).
3) Sakit kepala, nyeri payudara, nyeri abdomen, gelisah dan depresi.
Sakit kepala dan nyeri payudara pernah dilaporkan terjadi pada
pemakaian kontrasepsi injeksi progestin (Cunningham et al., 2005).
Sakit kepala (2,3%), pusing (1,2%), nyeri abdomen (1,1%) dan gelisah
(0,7%) dapat terjadi pada penggunaan DMPA selama 2 tahun (Firtz dan
Speroff, 2005).
4) Gangguan haid
Penggunaan DMPA selama 2 tahun masalah utama yang sering terjadi
adalah gangguan menstruasi (Firtz dan Speroff, 2005). Pada 3 bulan
pertama pemakaian DMPA akan terjadi perubahan pada pola haid yaitu
perdarahan ireguler dan perdarahan yang lama. Pada satu tahun
pemakaian DMPA, perdarahan tidak terjadi setiap bulan, frekuensi
perdarahan tidak teratur dan perdarahan ireguler. (WHO, 2011).
 Efeksamping jangka panjang
Insiden anemia defisiensi besi menurun pada para pemakai jangka panjang,
mungkin karena amenorea yang berkepanjangan (Cunningham et al., 2005;
Jurow dan Shoupe, 2006). 2) Risiko kanker payudara saling bertentangan.
Dari hasil berbagai studi kasus kontrol di Selandia Baru dan World Health
Organization, yang mencakup hampir 1800 wanita dengan kanker payudara
dan 14000 kontrol. Dalam 5 tahun pertama pemakaian, kontrasepsi
dilaporkan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker dua kali lipat, tetapi
risiko keseluruhan tidak meningkat (Cunningham et al., 2005)

2.4 KEK ( Kekurangan Energi Kronis )

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan


malnutrisi, dimana terjadi kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup
lama, hitungan tahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan.
Apabila ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm artinya wanita
tersebut beresiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir rendah
(Supariasa, 2016).
Kekurangan energi kronik didefinisikan sebagai keadaan ketika wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan dan lingkar lengan
atas dibawah 23,5 cm dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dibawah 18,5 kg (Helena,
2013).
Kurang energi kronis ( KEK ) merupakan keadaan dimana ibu penderita
kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada
ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu
periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan
kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber
atau penyakit kronis lainnya ( Depkes RI, 2002) .
2.4.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi KEK
a. Jumlah Asupan Makanan
Buruknya jumlah asupan makan saat remaja akan menimbulkan berbagai
permasalahan gizi. Asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dalam
periode waktu yang lama akan berimbas pada KEK. Oleh karena itu, pengukuran
konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui proporsi yang dimakan oleh
masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor
diet yang menyebabkan malnutrisi (Zaki, Sari, dan Farida, 2017).
b. Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang akan berpengaruh terhadap
kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak
karena masih digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan
untuk umur tua juga tetap membutuhkan energi yang besar karena fungsi organ
yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal (Mulyani, 2016).
c. Beban Kerja/Aktivitas
Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan aktivitas
fisik yang lebih berat otomatis memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan
yang kurang aktif (Mulyani, 2016).

d. Penyakit /Infeksi

Malnutrisi dapat menjadikan tubuh rentan terkena penyakit infeksi dan


sebaliknya penyakit infeksi akan menyebabkan penurunan status gizi dan
mempercepat terjadinya malnutrisi.

e. Pengetahuan Tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan dan


sikap terhadap makanan. Pendidikan formal sering kali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan meningkat, maka
pengetahuan terkait gizi juga akan bartambah baik (Fauziah, Thaha, dan Abdul,
2005).
f. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas


makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60% hingga 80%
dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk
besarnya pengeluaran untuk pangan (Mulyani, 2016).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA KELUARGA BERENCANA ( KB )

Tempat Pelayanan kesehatan : Puskesmas Melur


Tanggal pengkajian : 24 Februari 2023
Jam : 09.15 wib
Mahasiswa : Nadya Maosahel Zakirah

Status KB: Akseptor Lama


SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. Y Nama Suami : Tn. S
Umur : 41 tahun Umur : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tagana ( DINSOS )
Alamat : Jl.Lili Gg Buntu No.70 Alamat : Jl.Lili Gg Buntu No.70
No. Hp : 0852-xxxx-xxxx
Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan ingin suntik kb 3 bulan dan mengatakan
haidnya tidak lancar.

2. Riwayat Mestruasi
Lama Haid : 1 Minggu Volume : 2-3 kali ganti pembalut
Siklus : 28 hari Masalah : Tidak ada

3. Riwayat Perkawinan
Perkawinan Ke :1 Usia Saat Kawin : 22 Tahun
Lamanya Perkawinan : 13 Tahun

4. Riwayat Kehamilan
No Tahun Uk Tempat Jenis Penolong Nifas JK/BB Keadaan
Partus Partus
1. 2018 Aterm RS Normal Dokter Norm Lk/ Hidup
al 3100gr
2. 2020 Aterm RS Normal Dokter Norm Lk/ Hidup
al 3300gr

5. Riwayat Keluarga Berencana


- Metode KB yang pernah dipakai dan lamanya :
Ibu mengatakan ini riwayat suntik KB yang ke-2 sejak anak kedua berusia 2 bulan.
- Masalah : tidak ada
6. Riwayat penyakit/atau kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi myoma dan hipertensi dan ada riwayat penyakit epilepsi.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
keluarga seperti DM, Jantung, Hipertensi.
8. Pola makan/Minum/Eliminasi/Istirahat
Makan :± 3×/hari
Minum :± 10 gelas/hari
Eliminasi BAK :± 7 ×/hari
Eliminasi BAB :3 ×/hari
Istirahat : Tidur siang : ± 1,5 jam/hari
Tidur malam : ± 8 jam/hari

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD : 84/69 mmHg, Suhu : 36,5 oC,
P : 20 x/menit, N : 80 x/menit
Lila : 22 cm
TB :155 cm
BB sebelum Kb :38 kg saat ini : 44 kg
IMT : 38 :(155)2 = 15,81 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Rambut/kepala : Bersih, Tidak rontok
Mata : Sklera tidak ikterik, Konjungtiva berwarnamerah muda,Penglihatan jelas
Hidung : Tidak ada penyumbatan dan sinustis
Gigi : Tidak terdapat Caries
Telinga : Tidak ada pengeluaran cairan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan venajugularis
Payudara : Tidak ada benjolan dan masa
Ekstremitas :Tidak ada varises dan oedema

ASSESMENT
Ny.Y P2A0H2, akseptor kb suntik ulang 3 bulan.

Masalah
Haid tidak lancar
Kebutuhan
Menganjurkan ibu untuk mengganti alat kontrasepsi yang non hormonal atau mengganti ke
kontrasepsi hormonal yang jenis lain.
Plan
1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa keadaan umum ibu
baik. Ibu mengerti dengan kondisinya.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan yang dialami ibu yaitu haid tidak
lancar karena itu merupakan efek samping dari suntik 3 bulan yaitu Siklus menstruasi jadi
tidak teratur pada pemakaian tahun pertama, darah haid yang keluar bisa jadi sangat
banyak, atau bahkan sangat sedikit, seperti flek dan efek ini akan bertahan beberapa bulan
bahkan setelah suntikan dihentikan. Ibu mengerti dengan penjelasan.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa penggunaaan KB hormonal maksimal selama 5 tahun,
semakin lama masa pemaiakan KB suntik akan menimbulkan beberapa dampak bagi ibu
yaitu mual muntah, perdarahan libido, pengeroposan tulang. Ibu mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti kontrasepsi jenis lain yang non hormonal yaitu IUD
atau steril karna dilihat dari usia ibu sudah tidak lagi cukup produktif dari kesehatan
reproduksi dan juga memiliki jumlah anak yang sudah cukup dan jika ibu tetep
menggunakan KB suntik, maka ibu dianjurkan untuk konsultasi lebih lanjut dengan
dokter spesialis kandungan untuk pilihan metode kontrasepsi sesuai dengan kondisi
pasien. Ibu mengerti apa yang sudah dijelaskan.
5. Menjelaskan kepada ibu dikarenakan IMT ibu kurang dilihat dari BB dan TB maka ibu
harus makan makanan yang bergizi seimbang dan bervariasi untuk meningkat kan berat
badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi yang memiliki kandungan
karbohidrat seperti nasi,ubi,singkong, dan protein tinggi, lemak, mineral, vitamin,
kalsium. Ibu mengerti.
6. Memberikan support mental pada ibu untuk mengurangi kecemasan.
7. Menyiapkan obat injeksi Medroxyprogesterone Acetate sebanyak 1 ml ke dalam spuit
8. Mengatur posisi ibu berbaring dan kaki di tekukan,dengan sopan meminta ibu untuk
menurunkan sedikit bagian pakaian bawahnya untuk lokasi penyuntikan.
9. Melakukan penentuan lokasi penyuntikan yaitu dari SIAS ibu pada 1/3 bagian leteral
bokong dan melakukan asepsis pada lokasi penyuntikan
10. Meminta ibu untuk menarik nafas pelan-pelan dan lakukan injeksi secara IM, lakukan
aspirasi.
11. Memberitahu ibu bahwa penyuntikan sudah selesai
12. Memberitahu kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 19 Mei 2023.
Ibu akan melakukan kunjungan ulang.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas hal yang berkaitan dengan
penatalaksanaan asuhan kebidanan Ny. Y akseptor kontrasepsi KB suntik 3 bulan
dengan KEK ( Kekurangan Energi Kronis ). Dalam penatalaksanaan asuhan
kebidanan penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan
Pendokumentasian SOAP.

Ibu datang ke Ruang KIA-KB pada jam 09.15 WIB dengan ingin
melakukan kb suntik ulang 3 bulan dan mengeluh haidnya tidak lancar,ini
merupakan salah satu efek samping dari kb suntik 3 bulan, Penggunaan DMPA
selama 2 tahun masalah utama yang sering terjadi adalah gangguan menstruasi
(Firtz dan Speroff, 2005). Pada 3 bulan pertama pemakaian DMPA akan terjadi
perubahan pada pola haid yaitu perdarahan ireguler dan perdarahan yang lama.
Pada satu tahun pemakaian DMPA, perdarahan tidak terjadi setiap bulan,
frekuensi perdarahan tidak teratur dan perdarahan ireguler. (WHO, 2011).
Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu sudah memakai KB suntik lebih dari 5 tahun
yang mana sesuai teori penggunaaan KB hormonal maksimal selama 5 tahun,
semakin lama masa pemaiakan KB suntik akan menimbulkan beberapa dampak
bagi ibu yaitu mual muntah, perdarahan libido, pengeroposan tulang (Harnawati,
2008).

Kemudian dilakukan pengkajian data dan anamnesa pada ibu didapatkan


P2A0H2. Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa keadaan umum ibu
baik,kesadaran composmentis, Tekanan Darah 84/69 mmHg, Nadi 80 x/menit,
Suhu 36,5oC , dan pernapasan 20 x/menit.berdasarkan berat badan ibu 38 kg dan
tinggi badan 155 cm, maka didapatkan IMT ibu hanya 15,81 cm dan lila 22 cm,ini
merupakan salah satu Ibu dengan KEK yang mana menurut teori Kekurangan
energi kronik adalah Kekurangan energi kronik didefinisikan sebagai keadaan
ketika wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung
lama atau menahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan dan
lingkar lengan atas dibawah 23,5 cm dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dibawah
18,5 kg (Helena, 2013).
Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Ny “E” akseptor KB
suntik Medroxyprogesterone Acetate dengan KEK yaitu : Menyambut ibu dengan
senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5S), Berikan kesempatan pada ibu untuk
mengungkapkan masalahnya, Jelaskan pada ibu tentang keuntungan dan
keterbatasan suntik medroxyprogesterone acetat, yaitu menurunkan resiko
kehilangan darah yaitu menurunkan resiko anemia dan amenore yang merupakan
keuntungan bagi beberapa akseptor KB DMPA. Mengurangi dismenore,
menurunkan resiko kanker endometrium dan kanker ovarium. Menurunkan resiko
pelvik inflammatory disease (PID) dan kehamilan ektopik (Jurow dan Shoupe,
2006).
Sedangkan Keterbatasan pada pemakaian DMPA adalah gangguan
menstruasi, tergantung pada tempat pelayanan kesehatan untuk dapat injeksi
DMPA, tidak memberi perlindungan dari penyakit menular seksual, HIV, dan
hepatitis B, terlambat kembali kesuburan karena DMPA masih belum habis
terlepas dalam tubuh (Prawirohardjo, 2003).
Asuhan yang diberikan untuk ibu kb suntik ulang 3 bulan,meminta ibu
untuk mengonsumsi makan-makanan yang bervariasi,berakenaragam yang mana
terdapat kandungan karbohidrat seperti nasi,ubi dan protein tinggi yang terdapat
dalam hewani serta mengonsumsi makanan kaya akan mineral,vitamin dan
kalsium. menganjurkan kepada ibu agar datang kapan saja apabila ada masalah
atau gangguan kesehatan sehubungan dengan alat kontrasepsinya agar klien
mendapatkan pertolongan secara dini dan tepat waktu, melakukan informed
consent sebelum melakukan suntikan agar ibu merasa nyaman, memberikan
suntikan Medroxyprogesterone Acetate 150 mg secara IM agar kebutuhan klien.
Terpenuhi dalam kesinambungan pelayanan KB, menganjurkan ibu agar datang
kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu tanggal 19 Mei 2023 karena suntikan
diberikan setiap 90 hari atau 12 minggu untuk mencegah kehamilan sebagai akibat
dari pemberian suntikan yang terlambat. Pada tahap ini tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan KB. Keberhasilan penatalaksanaan Akseptor Lama
kontrasepsi 3 bulan dengan KEK dipengaruhi oleh nasehat yang diberikan petugas
kesehatan mengenai penatalaksanaan yang harus dilakukan dan menjelaskan
faktor yang mempengaruhi KEK.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. Y di
Puskesmas Melur, diperoleh hasil sebagai berikut: Pada Ny. Y sejak
menggunakan suntikan Medroxyprogesterone Acetate mengalami gangguan haid
dan Ny. Y juga dikategorikan dalam KEK. Diagnosa Ny. Y ditegakkan
berdasarkan keluhan haid nya tidak lancar dan dilihat dari IMT nya yaitu BB dan
TB. Pada Ny. Y disarankan untuk mengganti alat kontrasepsi yang non hormonal
atau yang kontrasepsi hormonal jenis lain. Ibu tetap mempertahankan untuk
menjadi akseptor KB suntik Depo Medroxy Progeterone Acetate ( DMPA ). Dan
akan melakukan suntikan ulang sesuai jadwal yang telah ditentukan.

5.2 Saran
1. Klien
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dalam melaksanakan asuhan yang diperlukan kerja sama yang baik dengan
pasien,keluarga pasien,dokter serta bidan yang terlihat dalam penanganan kasus
klien

2. Institusi pelayanan
Untuk meningkatkan kualitas oleh rumah sakit dalam memberikan asuhan
kebidanan yang sesuai dengan standar prosedur operasional
DAFTAR PUSTAKA

Agria, I., & dkk. (2012). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

arum, e., & dkk. (2015). Pola Menstruasi Pada Akseptopor KB suntik 3 bulan.
Jakarta: Medika Salemba.

Ayu, d. (2014). Ilmu Kebidanan penyakit kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Diopradini. (2017). Makalah Kesehatan : KEK. Jakarta: EGC.

Everett, S. (2012). Kebutuhan Keluarga Berencana tidak terpenuhi. Makassar:


Alauddin University Press.

Natalia, M. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB suntik 3 bulan. Jakarta:


Academia.Edu.

Rohmatin, E., Kurnia, H., & Suptiani, L. P. (2022). Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jawa Tengah: Eureka Media
Aksara.

Silistyawati, A. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika.

Supariasa. (2014). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suratun, d. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: TIM.

Rohmatin, E., Kurnia, H., & Suptiani, L. P. (2022). Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jawa Tengah: Eureka Media Aksara.

Anda mungkin juga menyukai