Anda di halaman 1dari 10

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Anamnesa meliputi :
Identitas Pasien
1. Nama : Ny.A
2. Usia : 56
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Jenis pekerjaan : ibu rumah tangga
5. Alamat :Malang
6. Suku/bangsa :Jawa
7. Agama :Islam
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah atau minim mendapatkan pengetahuan tentang
gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini,
bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut
biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Nyeri ulu hati dan perut sebelah kanan bawah
b) Riwayat penyakit saat ini
Meliputi perjalan penyakitnya,awal dari
gejala yang dirasakan klien,keluhan timbul
dirasakan secara mendadak atau bertahap,faktor
pencetus,upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang,riwayatdirumah sakit, dan
riwayat pemakaian obat.
2) Pemeriksaan fisik : Review of System
1. B1 (breath) : Takhipnea
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat
kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu
hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.

3) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak
dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit
lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam
lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk
dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output)
tanpa perangsangan.
Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi
gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam
maksimal (MAO, Maximum Acid Output) setelah pemberian
obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria
atau tidak.
4) Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi (inflamasi
mukosa lambung).(SDKI.0077)
2. Resiko ketidakseimbangan cairan berhuungan dengan
menurunnya nafsu makan mual muntah (SDKI.0036
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake asupan
gizi (SDKI.0019)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
(SDKI.0056)
3.3 Intervensi keperawatan
No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
dx
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri (SIKI.1.08238)
Agen cidera biologi (inflamasi keperawatan selama 3 x 24 jam di Tindakan
mukosa lambung) harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
(SDKI.0077) Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi ,karakteristik,durasi
Tingkat nyeri (SLKI.08066) ,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Klien tidak meringis kesakitan 3. Identifikasi respon non verbal
3. Ekpsresi nyeri wajah klien 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
membaik memperingan nyeri
4. Nafsu makan membaik Terapeutik :
5. Frekuensi nafas normal 1. Control lingkungan yang memeprberat
6. Tekanan darah normal rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika peru

2. Resiko ketidakseimbangan cairan Setelah di lakukan tindakan Manajemen cairan (SIKI.1.03098)


berhuungan dengan menurunnya keperawatan selama 2 x 24 jam di Tindakan
nafsu makan mual muntah harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
(SDKI.0036) Dengan kriteria hasil : 1. monitor status hidrasi
Keseimbangan cairan (SLKI.03020) 2. monitor berat badan harian
1. asupan cairan meningkat terapeutik :
2. kemebaban membran mokosa 1. catat intak–output dan hitung balans
meningkat cairan 24 jam
3. supan makan meningkat 2. berikan asupan cairan sesuai dengan
4. dehidrasi menurun kebutuhan
5. tekanan darah membaik kolaborasi :
6. tugor kulit membaik 1. kolaborasipemberian deuretik jika perlu
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan Manajemen nutrisi (SIKI.03119)
penurunan intake asupan gizi keperawatan selama 3 x 24 jam di Tindakan
(SDKI.0019) harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
Dengan kriteria hasil : 1. identivikasi status nutrisi
Status nutrisi (SLKI.03030) 2. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. porsi makan di habiskan nutrient
2. serum albumin meningkat 3. monitor asupan mkanan
3. verbalisasi keinginan untuk 4. monitor berat badan
meningkatkan nutrisi Terapeutik
meningkat 1. sajikan makanan menarik dan suhu sesuai
4. nyeri abdomen menurun 2. berikan suplemen makanan jika perlu
5. beraqt badan membaik edukasi :
6. frekuensi makan membaik 1. anjurkan posisi duduk jika mampu
7. nafsu makan membaik kolaborasi :
8. meembran mukosa membaik 1. kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan,jika perlu
4. Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah di lakukan tindakan Manajemen energi (SIKI.1.05178)
dengan kelemahan fisik keperawatan selama 3 x 24 jam di Tindakan
(SDKI.0056) harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
Dengan kriteria hasil : 1. identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi aktifitas (SLKI.05047) mengakibatkan kelelahan
1. frekuensi nadi meningkat 2. monitor kelelahan fisik dan emosional
2. sturasi oksigen meningkat 3. monitor pola dan jam tidur
3. kemudahan ddalam terapeutik :
melakukan aktivitas sehari2 1. sediakan lingkungan yang nyaman dan
meningkat rendah stimulus
4. keluhan lelah menurun 2. berikan aktivitas distraksi yang
5. warna kulit membaik menenangkan
6. frekuensi nafas membaik edukasi :
1. anjurkan melakukan aktifitassecara
bertahap
2. ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
kolaborasi :
1. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang
diakibatkan oleh diet yang tidak benar atau makanan yang
berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.Lansia adalah tua yang rentan terhadap penyakit,
terutama gangguan Pencernaan
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan
gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas
penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis
kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan
berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.

4.2 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu
baik, karena dapat mengganggu kerusakan organ dalam sehingga
memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Menghindari
makanan yang asam, pedas dan minuman yang beralkohol,
kafein. Dapat memicu cepatnya terjadi gastritis karena asam
lambung tidak bisa menjaga dinding lambung. Mengakibatkan
nyeri di epigastrium. Maka dari itu jagalah organ organ penting
dan kesehatan dalam tubuh kita ini.

Pasien lansia yang mengalami gangguan Pencernaan


hendaknya mengetahui bahwa penyakit gastrits rentan pada usia
lanjut.Pasien dianjurkan bisa untuk memahami penyakit dari
Gastritis.para perawat dan pasien bekerja sama dalam
melaksanakan perencanaan terhadap penyakit sehingga dapat
dipenuhi semua rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu, J., & Journal, K. (2020). Al-Asalmiya Nursing. 9, 10–18.

Lim, H., Wong, B. Y., Elkowitz, D., & Sultan, K. (2018). An elderly patient ’ s
complete response to steroid therapy for collagenous gastritis. 143–146.
https://doi.org/10.1177/2040622318759628

Menshawy, A. H., & El-guindi, P. F. K. (2019). Nursing Instruction Guidelines for


Controlling Gastritis among Older Adult. 6(3), 778–788.

Anda mungkin juga menyukai