Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

GASTRITIS

Dosen Pembimbing :

Mizam Ari Kurniyanti.,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Carmeneza F.Da Silva (181014201601)


2. Nur Rifdatur Rafila (181014201643)
3. Gilman Mario Soares Pinto (181014201603)

PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

2021
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah trend dan issue yang berjudul “Gastritis ”. Tugas ini tidak akan
tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada Ns. Mizam Ari Kurniyanti, S.Kep.,M.Kep selaku Dosen
Pembimbing yang telah membantu kami dalam pembuatan dan penyelesaian tugas.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas makalah ini dari
segi isi maupun penyajian untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................. 2

BAB I.............................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN............................................................................................................ 3

1.1.Latar Belakang.....................................................................................................3

1.2.Rumusan Masalah................................................................................................4

1.3. Tujuan................................................................................................................. 4

BAB II......................................................................................................................... 6

TINJAUAN KONSEP..................................................................................................6

2.1.Pengertian............................................................................................................ 6

2.2.Faktor Risiko........................................................................................................ 6

2.3.Etiologi.................................................................................................................. 6

2.4. Tanda da Gejala..................................................................................................7

2.5.Klasifikasi............................................................................................................. 7

2.6.Patofisiologi.......................................................................................................... 7

2.7.Komplikasi............................................................................................................ 8

2.8. WOC Gastritis.....................................................................................................9

2.9. Penatalaksanan.................................................................................................10

2.10. Pemeriksaan penunjang..................................................................................10

BAB III.................................................................................................................. 11

PROSES KEPERAWATAN...................................................................................11

3.1 Pengkajian.................................................................................................11

3.2 Diagnosa keperawatan...............................................................................13

3.3 Intervensi keperawatan..............................................................................15

BAB IV.................................................................................................................. 19

PENUTUP............................................................................................................. 19

4.1 Kesimpulan................................................................................................19

4.2 Saran......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut dan
kronik. Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung sampai
terlepasnya lapisan mukosa lambung yang akan menimbulkan proses inflamasi.
Gastritis memiliki gejala seperti kembung, sering bersendawa, mual dan muntah, tidak
nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati (Ratu & Adwan, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) 2012, kematian di dunia pada rawat
inap akibat gastritis yaitu dengan persentasi 17-21%. Kejadian gastritis di Amerika
mencapai 22% dan Indonesia kejadian gastritis mencapai 4,8% (WHO, 2012).
Berdasarkan profil Kementrian Kesehatan Indonesia untuk jumlah layanan Rawat Inap
Tingkat Lanjut sampai dengan 31 desember 2016, masalah gangguan pencernaan
berada pada urutan ketiga dari 10 gangguan penyakit lainnya dengan kasus mencapai
380.744 (Kemenkes RI, 2017)

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Riau tahun 2015, gastritis merupakan


salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit
Provinsi Riau dengan kasus mencapai 1.252 (Dinkes Riau, 2016. Sementara untuk
kunjungan tertinggi kasus gastritis pada seluruh Puskesmas Pekanbaru yaitu
Puskesmas Senapelan dengan kasus mencapai 1.213, selanjutnya Puskesmas
Rejosari 1.209, Umbansari 997, Simpang Tiga 925, dan Payung Sekaki 885 (Dinkes
Riau, 2017).Gastritis akut adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Penyebabnya dari infeksi
Helicobacter Pylori, bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan
mucus. Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam
lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa menyebabkan
terjadinya perlengketan sehingga 2 menghasilkan respon peradangan. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun (Muttaqin &Sari, 2011).

Nyeri ulu hati merupakan salah satu tanda gejala yang khas pada penderita
gastritis. Definisi nyeri secara umum merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat
subyektif dan hanya yang mengalami dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut. Nyeri di bagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.Nyeri akut
biasanya berlangsung tidak lebih dari 3 bulan dan nyeri kronis berlangsung lebih dari 3
bulan. (Mubarak et al., 2015).Nyeri pada gastritis timbul karena pengikisan mukosa
yang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti prostaglandin dan histamine
pada lambung yang ikut berperan dalam merangsang reseptor nyeri.(Sukarmin, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO 2013), kejadian gastritis di


dunia,adalah 22% di Inggris, 31% di China, 14,5% di Jepang, 35% di Kanada, dan
29,5% di Perancis. Di asia tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang.
Presentase dari angka kejadian gastritis di indonesia menurut WHO adalah 40,8% dan
angka kejadian gastritis di beberapa daerah di indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia, 2011). Gastritis
merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di
rumah sakit di indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2013).Angka
kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Didapatkan data bahwa di Kota
Samarinda angka kejadian gastritis sebesar 13,12%.(Profil Kesehatan, 2013).

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis
2. Mengetahui faktor risiko Gastritis
3. Mengetahui etiologi Gastritis
4. Memahami Tanda dan gejala Gastritis
5. Mengetahui klasifikasi dari Gastritis
6. Mengetahui patofisiologi dari Gastritis
7. Mengetahui WOC dari Gastritis
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Gastritis
9. Mengetahui penatalaksanan dari Gastritis
10. Memahami Asuhan keperawatan Gastritis

1.3. Tujuan
1.Tujuan Umum

Makalah ini dengan tujuan untuk suatu gambaran, penjelasan yang lebih
mendalam mengenai penyakit gastritis ini.Diharapkan masyarakat dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan ini dengan cara yang tepat.

2.Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari Gastritis


2. Mengetahui faktor risiko Gastritis
3. Mengetahui etiologi Gastritis
4. Memahami Tanda dan gejala Gastritis
5. Mengetahui klasifikasi dari Gastritis
6. Mengetahui patofisiologi dari Gastritis
7. Mengetahui WOC dari Gastritis
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Gastritis
9. Mengetahui penatalaksanan dari Gastritis
10. Memahami Asuhan keperawatan Gastritis
BAB II

TINJAUAN KONSEP

2.1.Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut dan
kronik. Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung sampai
terlepasnya lapisan mukosa lambung yang akan menimbulkan proses inflamasi.
Gastritis memiliki gejala seperti kembung, sering bersendawa, mual dan muntah, tidak
nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati (Ratu & Adwan, 2013)

Gastritis apabila dibiarkan berlarut larut tanpa ada upaya pencegahan akan
membuat kesehatan semakin parah dan dapat mengakibatkan kanker lambung bahkan
kematian. Oleh karena itu penderita gastritis harus mengetahui apa yang membuat
terjadinya penyakit tersebut serta memiliki motivasi untuk melakukan tindakan agar
tidak terjadinya kembali penyakit tersebut atau kekambuhan (Tilong, 2014)

2.2.Faktor Risiko
Faktor Risiko Gastritis Peradangan pada lambung paling sering disebabkan
oleh infeksi Helicobacter pylori. Selain itu, sejumlah faktor berikut juga bisa
meningkatkan risiko terjadinya gastritis:
1.Usia
Risiko terkena gastritis umumnya meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
wanita, kondisi ini biasanya terjadi di kisaran usia 45-64 tahun. Sedangkan pada pria,
gastritis lebih sering terjadi di atas usia 65 tahun.
2.Konsumsi alkohol
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada
mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa
lambung (Rahayuningsih, 2010).
3.Terlalu banyak merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung
mengalami penurunan.Penurunan ini dapat berdampak pada produksi mukosa yang
salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang
dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen sehingga
memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung.Kejadian gastritis pada
perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan
pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat
langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang
masuk (Rahayuningsih, 2010).
4.Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme didalam tubuh
terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik). Perubahan ini dapat memicu
kerusakan epitel mukosa lambung (Rahayuningsih, 2010).

2.3.Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
Pemakaian obat anti inflamasi Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti
aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non steroid
dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena terjadinya difusi balik ion
hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan
langsung pada epitel mukosa karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat
menambah derjat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2013).

2.4. Tanda da Gejala


 Perut kembung
Gastritis dapat memunculkan tanda dan gejala perut kembung akibat
pertumbuhan bakteri H. pylori berlebih pada organ lambung dan usus
halus.Selain itu,perut kembuny bisa menjadi gejala radang lambung akibat
terlalu sering minum alkohol saat perut kosong. Alkohol adalah zat penyebab
peradangan karena terdiri dari campuran bahan lain, seperti pemanis dan air
karbonasi.Berbagai zat tersebut kemudian dapat menyebabkan perut begah
atau kembung habis minum alkohol. Maka itu, peradangan lambung akibat
gastritis dapat diperparah dengan efek cairan alkohol di dalam perut.
 Sakit perut
Sakit perut merupakan tanda dan gejala gastritis yang paling umum.
Ciri-ciri gastritis ini menandakan adanya peradangan pada lapisan lambung.
Kebanyakan orang yang merasakan gejala gastritis ini mengeluhkan rasa perih
disertai panas di perut.Peradangan lambung bisa diakibatkan oleh infeksi
bakteri H. pylori. Lapisan lambung yang fungsinya melindungi lambung dari
asam untuk mencerna makanan ini akan menipis ketika diserang infeksi
bakteri.
Infeksi bakteri H. pylori dapat meningkatkan asam lambung yang
kemudian mengikis dinding lambung sehigga membetuk luka atau bisul pada
lambung.
 Muntah dan mual
Munculnya rasa mual dan ingin muntah merupakan respons dari
peradangan akibat infeksi bakteri H. pylori di lambung. Gejala gastritis ini pun
dapat muncul ketika Anda mengonsumsi makanan atau minuman yang memicu
naiknya asam lambung.Ketika asam lambung naik, gas-gas asam dapat
berkumpul di dalam lambung dan mengakibatkan perut Anda terasa penuh atau
begah. Inilah yang selanjutnya dapat membuat Anda mual, bahkan hingga
muntah.
 Rasa terbakar di dada
Tanda dan gejala gastritis berikutnya yakni rasa terbakar pada perut
bagian atas sekitar ulu hati (heartburn). Gejala radang lambung ini umum
dirasakan setelah makan atau saat tidur, karena asam lambung yang bocor
mengalir sampai kerongkongan.Asam lambung dapat bocor ke kerongkongan
akibat kelainan pada katup pembatas antara lambung dan kerongkongan Anda.
 Hilang nafsu makan
Adanya peradangan pada lambung yang menyebabkan mual umum
membuat penderitanya jadi tidak nafsu makan. Ketika asam lambung naik dan
menghasilkan banyak gas, perut terasa penuh.
Hal tersebut membuat perut terasa seolah “kenyang” atau begah.
Alhasil, Anda pun jadi malas makan. Apalagi kalau rasa begah ini sampai
membuat Anda mual. Pasti rasanya ingin muntah setiap Anda menyuap
makanan.
 Warna feses BAB hitam
Gejala gastritis yang sampai menyebabkan feses berwarna hitam harus
Anda waspadai. Kondisi ini berarti peradangan sudah menyebabkan
perdarahan dalam lambung.
Perdarahan bisa terjadi ketika infeksi atau peradangan sampai
menimbulkan luka di dinding lambung. Ketika luka atau borok itu berdarah dan
kemudian bercampur dengan asam lambung, feses akan berwarna gelap
cenderung kehitaman.

2.5.Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Gastritis akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa


lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
2. Gastritis kronik Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis hipertrofik.
3. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan
dan erosi mukosa.
4. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada
perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta
anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel
parietal dal sel chief.
5. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.

2.6.Patofisiologi
Patofisiologi gastritis dimulai dari infeksi atau inflamasi pada lapisan
mukosa lambung.Pada lapisan mukosa lambung terdapat kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung, dan enzim pepsin.Asam lambung bertugas memecah
makanan, dan enzim pepsin mencerna protein. Lapisan mukosa lambung
diliputi oleh lapisan tebal mukus yang melindunginya dari cairan asam lambung
yang dapat melumerkan dan mengikis jaringan lambung di dalamnya.

2.7.Komplikasi
Gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan komplikasi, di antaranya :
1. Tukak lambung
Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau lapisan perut
karena gastritis yang semakin parah. Tanpa perawatan, luka bisa menyebar ke
area usus kecil. Penyebab utama dari komplikasi gastritis ini adalah infeksi
bakteri dan penggunaan obat pereda nyeri golongan NSAID.Gejala yang paling
umum dirasakan ketika tukak lambung terjadi adalah sensasi terbakar dan nyeri
di area tengah perut—antara pusar dan dada
2. Perdarahan lapisan perut
Gejala komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh dengan tukak lambung.
Hanya saja, kondisi ini bisa menyebabkan feses jadi berwarna gelap karena
tercampur darah dan lebih lengket. Selain itu, beberapa orang juga merasakan
muntah dengan bercak darah dan pusing.

3. Anemia
Komplikasi gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan
anemia pernisiosa. Saat lapisan perut terluka, protein yang mengikat vitamin
B12 tidak diproduksi secara maksimal. Akibatnya, produksi sel darah merah
tidak mencukupi. Terjadinya perdarahan dan kurangnya penyerapan vitamin
B12 ini akan menyebabkan anemia pernisiosa.
4. Kanker perut (komplikasi gastritis atrofi)

Kanker perut biasanya tidak menunjukkan gejala di awal


perkembangannya.Gejala baru akan bermunculan ketika kanker sudah
berkembang ke stadium lanjut.Pada kasus komplikasi gastritis ini, proses
pembedahan akan dilakukan untuk mengangkat sel kanker. Kemudian,
pengobatan dilanjutkan,baik dengan itu obat, terapi radiasi,maupun kemoterap
2.8 WOC Gastritis

Helicobacter pylori Zat- zat korosif Stres

Gangguan difus Stimulan nervus


Infeksi mukaosa barier mukosa vagus
lambung
Refleks enterik
Peningkatan dinding lambung
asam lambung
Hormon gastrin
Iritasi mukosa
lambung
Stimulan sel
parietal
Perdangan
mukosa lambung

Hiperemis Ansietas Nyeri akut Hipotalamus

Atrofi gaster
Kurang informasi Aktivitas lambung
mukosa menipis
meningkat
meningkat
Kurang
Kehilangan fungsi
pengetahuan
kelenjar fundus Asam lambung
meningkat
Faktor intrisik
Kontaksi otot
lambung
Penurunan
absorpsi vitamin Masukan nutrient
Anorekssia mual
B12 inadekuat
muntah

Anemia
Defisit nutrisi Masukan cari
pemisiosa
tidak adekuat/
kehilangan cairan
Penurunan volume
darah merah
Risiko
tidakseimbangan
Penurunan suplai
cairan
O2 ke jaringan
2.9.Penatalaksanaan spesifik gastritis tergantung pada etiologi sehingga penting
Intoleransi
dilakukan diagnosis
Kelemahanuntuk
fisik menentukan penyebab spesifik gastritis
aktivitas

 Berobat Jalan

Umumnya, penatalaksanaan gastritis tidak memerlukan rawat inap. Pada


pasien yang keadaan umum dan kesadaran masih baik, pasien dapat
dipulangkan dan diberikan obat sesuai simtom yang dirasakan. Tatalksana pada
pasien yang ditemukan terinfeksi Helicobacter pylori, penatalaksanaan akan
sedikit berbeda dengan yang tidak terinfeksi.

2.10. Pemeriksaan penunjang


Menurut (Suratun, 2010) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gastritis meliputi

 Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.


 Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui adanya
defisiensi B12.
 Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
 Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung.
Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
 Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel parietal dan
faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori.
 Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
 Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang


dilakukan secara sistematisdalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,
2012). Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data
sekunder), dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan
melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu
sebagai berikut :

a. Data dasar (Identitas Klien) : Meliputi nama lengkap nama panggilan,


tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama, bahasa yang
digunakan, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, sumber dana/
biaya serta identitas orang tua.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebelah kiri bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Meliputi perjalanan penyakitnya, awal


dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.

3) Riwayat kesehatan terdahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan


dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Dihubungkan dengan kemungkinan


adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu
keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak
langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang
mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan
penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya
dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya minum-
minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan
pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan
rokok.

5) Genogram : Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi


sesuai dengan kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau
kakek, maka dibuat dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-
anak maka dibuat generasi keatas.

6) Riwayat psikososial : Meliputi mekanisme koping yang digunakan


klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan
dan cara klien menerima keadaannya.

7) Pola kebiasaan sehari-hari. Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan


seharihari pada pasien gastritis, yaitu :

a) Pola nutrisi

b) Pola eliminasi

c) Pola istirahat dan tidur


d) Pola aktivitas/ latihan

e) Pola kognisi-perceptual

f) Pola toleransi-koping stress

g) Pola persepsi diri/ konsep koping

h) Pola seksual reproduktif

i) Pola hubungan dan peran

j) Pola nilai dan keyakinan

c. Kebutuhan dasar

Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi dan
kebersihan diri dan faktor alergi.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung


kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskiltasi.data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi :

1) Data Subjektif

a) Keadaan umum, tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat


nyeri tekan di kwadran epigastrik.

Tanda-tanda vital

1) B1 (Breath) : Takhipnea
2) B2 (Blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3) B3 (Brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4) B4 (Bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5) B5 (Bowel) : Anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
6) B6 (Bone) : Kelelahan, kelemahan.

b) Kesadaran: Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung


tidur, disorientasi/ bingung, sampai koma (tergantung pada volume
sirkulasi/ oksigenasi).

2) Data objektif

a) Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah
berkerut.

b) Mata : Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan


oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering.

c) Mulut dan faring : Mukosa bibir kering (peurunan cairan intrasel


mukosa) bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap
(penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene).

d) Abdomen

(1) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar


dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut
sampai dada sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.

(2) Auskultasi :Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama


perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.

(3) Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan


hypertimpani (bisng usus meningkat).

(4) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat


nyeri tekan pada region epigastik (terjadi karena distruksi asam
lambung)
e) Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit/ membrane mukosa berkeringan
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)

f) Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan
aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.
Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal
(MAO, Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang
merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes
ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi
masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan keputusan klinis tentang respon seorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Tujuan pencacatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat
komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan
merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap masalah yang
diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan rencana
intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

Adapun diagnosa kepersatan yang bisa muncul adalah ?

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi (inflamasi


mukosa lambung).(SDKI.0077)
2. Resiko ketidakseimbangan cairan berhuungan dengan menurunnya
nafsu makan mual muntah (SDKI.0036
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi
(SDKI.0019)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
(SDKI.0056)

3.3 Intervensi keperawatan


No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil
dx
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan Manajemen
Agen cidera biologi (inflamasi keperawatan selama 3 x 24 jam di Tindakan
mukosa lambung) harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
(SDKI.0077) Dengan kriteria hasil : 1. Iden
Tingkat nyeri (SLKI.08066) ,frek
1. Keluhan nyeri menurun 2. Iden
2. Klien tidak meringis kesakitan 3. Iden
3. Ekpsresi nyeri wajah klien 4. Iden
membaik mem
4. Nafsu makan membaik Terapeutik :
5. Frekuensi nafas normal 1. Cont
6. Tekanan darah normal rasa
2. Fasil
Edukasi :
1. Jelas
nyer
2. Jelas
3. Anju
tepa
Kolaborasi :
1. Kola

2. Resiko ketidakseimbangan cairan Setelah di lakukan tindakan Manajemen


berhuungan dengan menurunnya keperawatan selama 2 x 24 jam di Tindakan
nafsu makan mual muntah harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
(SDKI.0036) Dengan kriteria hasil : 1. mon
Keseimbangan cairan (SLKI.03020) 2. mon
1. asupan cairan meningkat terapeutik :
2. kemebaban membran mokosa 1. catat
meningkat caira
3. supan makan meningkat 2. berik
4. dehidrasi menurun kebu
5. tekanan darah membaik kolaborasi :
6. tugor kulit membaik 1. kolab
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan Manajemen
penurunan intake asupan gizi keperawatan selama 3 x 24 jam di Tindakan
(SDKI.0019) harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
Dengan kriteria hasil : 1. ident
Status nutrisi (SLKI.03030) 2. ident
1. porsi makan di habiskan nutri
2. serum albumin meningkat 3. mon
3. verbalisasi keinginan untuk 4. mon
meningkatkan nutrisi Terapeutik
meningkat 1. sajik
4. nyeri abdomen menurun 2. berik
5. beraqt badan membaik edukasi :
6. frekuensi makan membaik 1. anjur
7. nafsu makan membaik kolaborasi :
8. meembran mukosa membaik 1. kolab
untu
nutri
4. Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah di lakukan tindakan Manajemen
dengan kelemahan fisik keperawatan selama 3 x 24 jam di Tindakan
(SDKI.0056) harapkan nyeri berkurang atau hilang Observasi :
Dengan kriteria hasil : 1. ident
Toleransi aktifitas (SLKI.05047) men
1. frekuensi nadi meningkat 2. mon
2. sturasi oksigen meningkat 3. mon
3. kemudahan ddalam terapeutik :
melakukan aktivitas sehari2 1. sedia
meningkat rend
4. keluhan lelah menurun 2. berik
5. warna kulit membaik men
6. frekuensi nafas membaik edukasi :
1. anjur
berta
2. ajark
kelel
kolaborasi :
1. kolab
men

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan
oleh diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.Lansia adalah tua
yang rentan terhadap penyakit, terutama gangguan Pencernaan
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi
akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang
disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
4.2 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik,
karena dapat mengganggu kerusakan organ dalam sehingga
memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Menghindari
makanan yang asam, pedas dan minuman yang beralkohol, kafein.
Dapat memicu cepatnya terjadi gastritis karena asam lambung tidak
bisa menjaga dinding lambung. Mengakibatkan nyeri di epigastrium.
Maka dari itu jagalah organ organ penting dan kesehatan dalam tubuh
kita ini.

Pasien lansia yang mengalami gangguan Pencernaan hendaknya


mengetahui bahwa penyakit gastrits rentan pada usia lanjut.Pasien
dianjurkan bisa untuk memahami penyakit dari Gastritis.para perawat
dan pasien bekerja sama dalam melaksanakan perencanaan terhadap
penyakit sehingga dapat dipenuhi semua rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu, J., & Journal, K. (2020). Al-Asalmiya Nursing. 9, 10–18.

Lim, H., Wong, B. Y., Elkowitz, D., & Sultan, K. (2018). An elderly patient ’ s complete
response to steroid therapy for collagenous gastritis. 143–146.
https://doi.org/10.1177/2040622318759628

Menshawy, A. H., & El-guindi, P. F. K. (2019). Nursing Instruction Guidelines for


Controlling Gastritis among Older Adult. 6(3), 778–788.

Anda mungkin juga menyukai