KEPERAWATAN GERONTIK
GASTRITIS
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN NERS
2021
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah trend dan issue yang berjudul “Gastritis ”. Tugas ini tidak akan
tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada Ns. Mizam Ari Kurniyanti, S.Kep.,M.Kep selaku Dosen
Pembimbing yang telah membantu kami dalam pembuatan dan penyelesaian tugas.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas makalah ini dari
segi isi maupun penyajian untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................. 2
BAB I.............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN............................................................................................................ 3
1.1.Latar Belakang.....................................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3. Tujuan................................................................................................................. 4
BAB II......................................................................................................................... 6
TINJAUAN KONSEP..................................................................................................6
2.1.Pengertian............................................................................................................ 6
2.2.Faktor Risiko........................................................................................................ 6
2.3.Etiologi.................................................................................................................. 6
2.5.Klasifikasi............................................................................................................. 7
2.6.Patofisiologi.......................................................................................................... 7
2.7.Komplikasi............................................................................................................ 8
2.9. Penatalaksanan.................................................................................................10
BAB III.................................................................................................................. 11
PROSES KEPERAWATAN...................................................................................11
3.1 Pengkajian.................................................................................................11
BAB IV.................................................................................................................. 19
PENUTUP............................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan................................................................................................19
4.2 Saran......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut dan
kronik. Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung sampai
terlepasnya lapisan mukosa lambung yang akan menimbulkan proses inflamasi.
Gastritis memiliki gejala seperti kembung, sering bersendawa, mual dan muntah, tidak
nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati (Ratu & Adwan, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, kematian di dunia pada rawat
inap akibat gastritis yaitu dengan persentasi 17-21%. Kejadian gastritis di Amerika
mencapai 22% dan Indonesia kejadian gastritis mencapai 4,8% (WHO, 2012).
Berdasarkan profil Kementrian Kesehatan Indonesia untuk jumlah layanan Rawat Inap
Tingkat Lanjut sampai dengan 31 desember 2016, masalah gangguan pencernaan
berada pada urutan ketiga dari 10 gangguan penyakit lainnya dengan kasus mencapai
380.744 (Kemenkes RI, 2017)
Nyeri ulu hati merupakan salah satu tanda gejala yang khas pada penderita
gastritis. Definisi nyeri secara umum merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat
subyektif dan hanya yang mengalami dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut. Nyeri di bagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.Nyeri akut
biasanya berlangsung tidak lebih dari 3 bulan dan nyeri kronis berlangsung lebih dari 3
bulan. (Mubarak et al., 2015).Nyeri pada gastritis timbul karena pengikisan mukosa
yang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti prostaglandin dan histamine
pada lambung yang ikut berperan dalam merangsang reseptor nyeri.(Sukarmin, 2012).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis
2. Mengetahui faktor risiko Gastritis
3. Mengetahui etiologi Gastritis
4. Memahami Tanda dan gejala Gastritis
5. Mengetahui klasifikasi dari Gastritis
6. Mengetahui patofisiologi dari Gastritis
7. Mengetahui WOC dari Gastritis
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Gastritis
9. Mengetahui penatalaksanan dari Gastritis
10. Memahami Asuhan keperawatan Gastritis
1.3. Tujuan
1.Tujuan Umum
Makalah ini dengan tujuan untuk suatu gambaran, penjelasan yang lebih
mendalam mengenai penyakit gastritis ini.Diharapkan masyarakat dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan ini dengan cara yang tepat.
2.Tujuan Khusus
TINJAUAN KONSEP
2.1.Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut dan
kronik. Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung sampai
terlepasnya lapisan mukosa lambung yang akan menimbulkan proses inflamasi.
Gastritis memiliki gejala seperti kembung, sering bersendawa, mual dan muntah, tidak
nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati (Ratu & Adwan, 2013)
Gastritis apabila dibiarkan berlarut larut tanpa ada upaya pencegahan akan
membuat kesehatan semakin parah dan dapat mengakibatkan kanker lambung bahkan
kematian. Oleh karena itu penderita gastritis harus mengetahui apa yang membuat
terjadinya penyakit tersebut serta memiliki motivasi untuk melakukan tindakan agar
tidak terjadinya kembali penyakit tersebut atau kekambuhan (Tilong, 2014)
2.2.Faktor Risiko
Faktor Risiko Gastritis Peradangan pada lambung paling sering disebabkan
oleh infeksi Helicobacter pylori. Selain itu, sejumlah faktor berikut juga bisa
meningkatkan risiko terjadinya gastritis:
1.Usia
Risiko terkena gastritis umumnya meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
wanita, kondisi ini biasanya terjadi di kisaran usia 45-64 tahun. Sedangkan pada pria,
gastritis lebih sering terjadi di atas usia 65 tahun.
2.Konsumsi alkohol
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada
mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa
lambung (Rahayuningsih, 2010).
3.Terlalu banyak merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung
mengalami penurunan.Penurunan ini dapat berdampak pada produksi mukosa yang
salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang
dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen sehingga
memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung.Kejadian gastritis pada
perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan
pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat
langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang
masuk (Rahayuningsih, 2010).
4.Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme didalam tubuh
terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik). Perubahan ini dapat memicu
kerusakan epitel mukosa lambung (Rahayuningsih, 2010).
2.3.Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
Pemakaian obat anti inflamasi Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti
aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non steroid
dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena terjadinya difusi balik ion
hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan
langsung pada epitel mukosa karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat
menambah derjat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2013).
2.5.Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
2.6.Patofisiologi
Patofisiologi gastritis dimulai dari infeksi atau inflamasi pada lapisan
mukosa lambung.Pada lapisan mukosa lambung terdapat kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung, dan enzim pepsin.Asam lambung bertugas memecah
makanan, dan enzim pepsin mencerna protein. Lapisan mukosa lambung
diliputi oleh lapisan tebal mukus yang melindunginya dari cairan asam lambung
yang dapat melumerkan dan mengikis jaringan lambung di dalamnya.
2.7.Komplikasi
Gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan komplikasi, di antaranya :
1. Tukak lambung
Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau lapisan perut
karena gastritis yang semakin parah. Tanpa perawatan, luka bisa menyebar ke
area usus kecil. Penyebab utama dari komplikasi gastritis ini adalah infeksi
bakteri dan penggunaan obat pereda nyeri golongan NSAID.Gejala yang paling
umum dirasakan ketika tukak lambung terjadi adalah sensasi terbakar dan nyeri
di area tengah perut—antara pusar dan dada
2. Perdarahan lapisan perut
Gejala komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh dengan tukak lambung.
Hanya saja, kondisi ini bisa menyebabkan feses jadi berwarna gelap karena
tercampur darah dan lebih lengket. Selain itu, beberapa orang juga merasakan
muntah dengan bercak darah dan pusing.
3. Anemia
Komplikasi gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan
anemia pernisiosa. Saat lapisan perut terluka, protein yang mengikat vitamin
B12 tidak diproduksi secara maksimal. Akibatnya, produksi sel darah merah
tidak mencukupi. Terjadinya perdarahan dan kurangnya penyerapan vitamin
B12 ini akan menyebabkan anemia pernisiosa.
4. Kanker perut (komplikasi gastritis atrofi)
Atrofi gaster
Kurang informasi Aktivitas lambung
mukosa menipis
meningkat
meningkat
Kurang
Kehilangan fungsi
pengetahuan
kelenjar fundus Asam lambung
meningkat
Faktor intrisik
Kontaksi otot
lambung
Penurunan
absorpsi vitamin Masukan nutrient
Anorekssia mual
B12 inadekuat
muntah
Anemia
Defisit nutrisi Masukan cari
pemisiosa
tidak adekuat/
kehilangan cairan
Penurunan volume
darah merah
Risiko
tidakseimbangan
Penurunan suplai
cairan
O2 ke jaringan
2.9.Penatalaksanaan spesifik gastritis tergantung pada etiologi sehingga penting
Intoleransi
dilakukan diagnosis
Kelemahanuntuk
fisik menentukan penyebab spesifik gastritis
aktivitas
Berobat Jalan
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebelah kiri bawah.
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
e) Pola kognisi-perceptual
c. Kebutuhan dasar
Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi dan
kebersihan diri dan faktor alergi.
d. Pemeriksaan fisik
1) Data Subjektif
Tanda-tanda vital
1) B1 (Breath) : Takhipnea
2) B2 (Blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3) B3 (Brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4) B4 (Bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5) B5 (Bowel) : Anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
6) B6 (Bone) : Kelelahan, kelemahan.
2) Data objektif
a) Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah
berkerut.
d) Abdomen
f) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan
aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.
Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal
(MAO, Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang
merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes
ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan
oleh diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.Lansia adalah tua
yang rentan terhadap penyakit, terutama gangguan Pencernaan
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi
akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang
disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
4.2 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik,
karena dapat mengganggu kerusakan organ dalam sehingga
memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Menghindari
makanan yang asam, pedas dan minuman yang beralkohol, kafein.
Dapat memicu cepatnya terjadi gastritis karena asam lambung tidak
bisa menjaga dinding lambung. Mengakibatkan nyeri di epigastrium.
Maka dari itu jagalah organ organ penting dan kesehatan dalam tubuh
kita ini.
Lim, H., Wong, B. Y., Elkowitz, D., & Sultan, K. (2018). An elderly patient ’ s complete
response to steroid therapy for collagenous gastritis. 143–146.
https://doi.org/10.1177/2040622318759628