( Respiration Disease)
PENGERTIAN UMUM
Pernafasan : - ekstern
- intern/jaringan
- ventilasi
O2 >< CO2 : difusi – barrier ± 2 μ
Pertahanan pernafasan
- Fisik
- Imunologis
- Patologi anatomis
- Reflektoris
Fisik: rongga hidung – bronchioli lembab partikel jatuh
mukous cillia (3-10 mμ)
Imunologis:
Limfosit lamina propia Ig A
IgE dan IgG
- Netralisasi virus
- Manghalangi antigen makro
- Menghambat koloni kuman
Antibodi humural non spesifik
- interferon, lisosim, laktoferin
Dalam alveoli (<3 mμ)
- Fagositosis makrofag alveoler
- Limfosit T Ig & limfokin
Pathologi anatomis:
- Lokalisasi infeksi jaringan kapsul
Reflektoris:
- Batuk benda asing dikeluarkan
- Kontriksi bronchioli
MANIFESTASI KLINIS
Hipoksia/anoksia
Hiperkapsnia
Dipsnoe
HIPOKSIA
Hipoksia lingkungan:
- Non patologik: ketinggian, kandang, narkose
- Patologik: ggn respirasi
Hipoksia anemik:
- Kurang sdm
- Keracunan nitrit, CO (Carboksi Hb)
Hipoksia bendung (stagnant)
- Kegagalan sirkulasi (umum & lokal)
Hipoksia histotoksik:
- Jaringan tak mampu manfaatkan O2
- Sianida sitokrom oksidase inaktif
Kompensasi tubuh:
- Hiperpnoe: vol udara per satuan waktu
meningkat
- Kontraksi limpa
- Produksi sdm meningkat
- Slag volume meningkat
- Frekuensi denyut cor meningkat
Kepekaan organ:
- Syaraf CNS, perifer mati dalam 15 detik
- Cor – astenis myocardia
- Alat pencernaan kontraksi & sekresi
menurun
- Hati
- Ginjal
HIPERKAPNIA
Eliminasi CO2 tergaggu akumulasi CO2 dalam darah
Duktus caotidus refleks nafas frek ↑
Sindrom cor-pulmonale insufisiensi jantung dan paru-paru
DISPNOE
Kesulitan bernafas akibat gangguan organik paru-paru
- Faali: - kerja berat & sesudahnya
- memenuhi kebutuhan O2 dispnoe
- Patologik:
- keadaan istirahat sudah dispnoe
- kerja ringan dispnoe
• Berdasar etiologinya:
- hipoksia + hiperkapnia nafas cepat, dangkal
- nyeri paru-paru/thorax nafas cepat, dangkal
Klinis: - inspeksi
- palpasi
- auskultasi
- perkusi
Laboratorik:
- mikrobiologik (swabbing)
- diferensiasi kuman
- uji sensitifitas (swab, intratracheal washing,
probing)
- kliniko kimia: darah
Rongent
Endoskopi
Tindakan:
Obat: - sulfa Pemberian:
- antibiotik - oral
- supportiva - injeksi: im,
- antihistamin iv, sc, intra-
- expectoransia tracheal
Penempatan penderita:
- kandang dan lingkungan bersih
- hindarkan dari anggin – hujan
- isolasi penderita
- istirahat
Gangguan pada sistema respirasi: terbagi dalam
3 bagian besar
1. Mimisan
Epistasi : tetes darah
Rhinorhagia : aliran
Etiologi:
Primer:
trauma krn benturan, tanduk, iatrogenik
Tumur granuloma rhinosporodia, seberi, polip
Bendung lokal
Infeksi sacus guturalis
Infeksi larva oestrus ovis
Sekunder: merupakan gejala antrak, malleus,
strangles (drous)
Diatesis hemoragika tidak diketahui penyebabnya
Hemoptoe, hemoptysis: muntah darah
Gejala:
keluar darah dari lubang hidung uni/bi lateral
Darah merah segar, kecoklatan tercampur
lendir/pus/exudat. Asal lambung pH darah asam, asal
paru-paru segar berbusa
Bersin, nafas terganggu
Gelisah, napsu makan turun
Anemis lesu, lemah, pulsus piriformis
Diagnosis:
Ada darah keluar dari lubang hidung
Perlu dicari penyebabnya & lokasi perdarahan
Terapi:
Adtringensia: tannin 2%
Vasokonstriktor: adrenalin 1permil
Kortikosteroid – trombopenia
Vit K, anaroxyl, adonna, sangostop
Tampon
Operatif / chirugis : ligasi
Penenang
Tranfusi, tracheotomi
2. Rhinitis
Radang mukosa hidung
Etiologi:
Primer: debu, iritasi uap/zat kimia
Sekunder: bagian dari penyakit lain
Macam-macamnya:
Berdasar jaringan yang terlibat, perubahan jaringan &
leleran:
Rhinitis catarhalis
Rhinitis purulenta
Rhinitis crouposa
Rhinitis nekrotican
Berdasar etiologinya:
Kuman: malleus, strangles
Virus: BVD, IBR, Ectyma, Rinderpes
Jamur: Rhinosporodiasis
Parasit: Schistosoma nasalis, Oestrus ovis
alergi
Patogenesis:
Radang ringan __> sedikit timbulkan gangguan
Berat mukosa bengkak berlendir gangguan nafas,
klokor-klokor, nafas lewat mulut
Perubahan tersifat terjadi pada penyakit2 tertentu
Gejala:
Ingus: serous – mukous – mukopurulen
Mukosa hiperemik, ada lesi berbagai bentuk
Refek bersin, nafas bersuara
Kepala sering tunduk
Pulsus & temperatur normal - naik
Diagnosis:
Didasarkan gejala
Primer atau sekunder
Diagnosis diff.: sinusitis (leleran purulen, perkusi
pekak)
Terapi:
Radang ringan tak perlu pengobatan
Sekunder obati penyakitnya
Peluruh lendir: uap minyak volatil
3. Rhinitis Atropikan
Pada babi, bersifat akut, terciri oleh perub tulang
hidung & sekat moncong pendek, rahang atas
mencong
Etiologi:
B bronkiseptica – non host spesifik
Pasteurella – sangat tahan – 4 bulan
Morbiditas: 40-90% - sangat menular
Mortalitas: 5-10%
Penularan:
Lewat debu
Carrier – induk baru langsung masuk flok
• Gejala:
• Pada babi segala usia, terutama anak babi beberapa minggu
• Ingus: serous – kuning + titik darah
• Batuk, nafas ngorok
• Lakrimasi bawah mata basah
• Moncong berubah bentuk karena atrofi
• Susunan gigi tak teratur sukar mengunyah kurus
• Komplikasi: pneumonia, encepalitis
Patologi anatomi:
Ada berbagai tingkat atrofi
Penampang lintang daerah premolare ke-2: mukosa
mengelupas, eksudat serous – mukopurulen
Tulang lemak --. Benkak asimetri
Diagnosis:
Dasar gejala klinis
Menemukan B bronkiseptika
Sangat menular, uji biologik
Diagnosis defferensial:
Rhinitis necrotikan
Rhinitis viral atau rhinitis benda asing
Terapi:
Preparat sulfa:
100 mg/ton pakan
125 mg/liter air minum
antibiotik
Pencegahan:
Manajemen peternakan
Penderita/carrier dikeluarkan
All in all out
Hati-hati memasukkan babi baru
Vaksinasi, anak & induk
4. Rhinitis Nekrotikan (Bull nose)
Etiologi:
Fusobacterium necrophorum, masuk lewat luka mukosa mulut/hidung
Kuman lain
Patogenesis:
Lesi radang infeksi bengkak
Kuman toksin nekrose perubahan bentuk gangguan
pernafasan & pernafasan
Nekrose bau busuk
Patologi anatomi:
Muka bengkak dan keras
Irisan: jaringan abu-abu, reruntuhan nekrosis: kehijauan,
busuk
Tulang hidung & mukosa berubah bentuk & rapuh
Gejala:
Ingus: mukopurulen campur darah, bau busuk
Bentuk kepala berubah – membesar
Epifors bau busuk
Anoreksi & kurus
Diagnosis:
Berdasar gejala klinis
Menciri dengan eksudat & bentuk kepala
Diagnosis defferensial:
Rhinitis atropikan
Sinusitis
Terapi:
Keadaan lanjut tak tertolong
Operatif: bagian nekrosis dikeluarkan beri sulfonamid +
tinctur jodii
Luka baru – jodium
Pencegahan:
Hindari luka traumatik (potong taring)
5. Laringitis dan Tracheitis
Radang mukosa laring dan trachea, bersifat akut atau kronis,
primer/sekunder. Biasanya melibatkan juga faring & bronkus
Etiologi:
Sapi: F. necrophorum & Pasteurela sp
Virus IBR, MCF
Kuda: Strep. Equi, C. pyogenes
Patogenesis:
Radang sensitif batuk (kering)
Lendir iritasi batuk (basah)
Radang bengkak lumen sempit dispnoe inspiratorik
Gejala:
Batuk, kering basah
Ingus mukous – purulen
Palpasi laring/trachea batuk
Dispnoe inspiratorik
Mulut & udara nafas bau (F.necrophorum)
Nafas & pulsus meningkat
Temperatur normal/sedikit naik
Napsu makan turun, kronis kurus
Patologi klinik:
Eksudat pemeriksaan mikrobiologiis etiologi
Primer/sekunder penetapan terapi
Patologi anatomi:
Radang pada mukosa
Kataralis - granulomatosa
Eksudat: mukous – mukopurulen
Membran difterik
Diagnosis:
Berdasar gambaran klinis
Diagnosis diferensial:
Bronchitis
Broncheolitis
Hiperemia & oedema pulmonum
• Terapi:
• Preparat sulfa
• Antibiotika
• Ekspektoransia, peluruh
• Kortison
• Antihistamin
• Perawatan:
• Kebersihan kandang dan lingkungan
• Pakan serbuk ditambah air
6. Bronkitis kataralis
Etiologi:
Primer:
Udara dingin, transportasi
Kandang isi berdesakan
Aspirasi benda asing, debu, asap dll
Agen infeksi
Sekunder:
Bagian dari penyakit lain
Patogenesis:
Radang akut hipersensitif batuk kering (pendek,
frekuen) melanjut sub akut/kronis kontraksi lumen &
eksudasi batuk basah/produktif
Rasa sakit inspirasi hati-hati dispnoe inspiratorik
Patologi anatomi:
Post mortum: mukosa bronkhus merah + petekie
Lumen isi eksudat mukous - mukopurulen
Gejala klinis
Primer: ringan tidak terlihat perubahan
Akut: auskultasi bronkial – ronki kering
Sub akut/kronis: ronki kering – ronki basah, auskultasi mencicit
(kontraksi lumen)
Sekunder: + gejala spesifik penyakitnya, mis IBR
• Etiologi:
• Primer: traumatik, jarang
• Sekunder: kelanjutan dari
• Karies , periodontitis P3M1-3
• Rhinitis, malleus, strangles, tumor, dll
Patogenesis:
Radang alveoli gigi/karies penetrasi kuman ke sinus
berkembang eksudat erosi sinus eksudat
rongga hidung & sela gigi radang gusi eksudat buntu
sinus penuh eksudat pipi bengkak asimetri
Gld lakrimalis radang lakrimasi mukopurulen
Radang infraorbital eksoptalmus (sapi)
Gejala:
Ingus purulen – mukopurulen, sangat bau
Unilateral – pipi bengkak, asimetri
Konjungtivitis – eksudat mukopurulen
Pernafasan terganggu krn stenosis
Sulit mengunyah, makin terganggu mkn kurus
Eksoptalmus (sapi)
Melanjut meningitis
Diagnosis:
Berdasar gejal & Periksa rongga mulut
Diagnosis diferensial:
macam-macam rhinitis & tumor rongga hidung
Terapi:
Trepanasi, gigi didorong lepas
Isi sinus dikeluarkan
Irigasi, antibiotika
8. Sinusitis Frontalis
• Radang bersifat kronis dengan akumulasi eksudat mukopurulen dalam
sinus frontalis.
• Etiologi:
• Primer:
• Trauma, fraktur os frontalis, tanduk patah, potong tanduk
• Sekunder:
• Lanjutan dari penyakit lain
Gejala:
Ingus mukopurulen, unilateral
Daerah frontalis bengkak, luka oksidatif
Kepala dimiringkan
Meningitis ayan, tak tenang
Diagnosis:
Berdasar gejala dan anamnesa
Terapi:
Trepanasi os frontali
Irigasi, Antibiotik tampon
9. Infeksi kantong udara
Radang bersifat akut sampai kronis disertai timbunan eksudat
basah/kering (konkremen)
Etiologi:
merupakan kelanjutan proses sekitarnya
Kelumpuhan tekak/faring
Radang tekak
Adenitis equorum / strangl;es
Ottitis
Infeksi jamur aspergilus faring lumpuh, epistaksis
Gejala:
Akut: sukar menelan dan bernafas
Kronis: ingus keluar tak teratur, lgl parotis bengkak, T naik, epistasis
Eksudat kering dalam kantong hawa chondroid / guterolith
Diagnosis:
Berdasar gejala klinis
Endoskopi: kantong hawa membesar, faring menyempit
Terapi:
Kateterisasi (eksudat dikeluarkan, irigasi, antibiotik,
preparat jodium)
Kronis: drainase lewat segitiga vibong
Jamur sulit diobat fungisida
B. Gangguan paru-paru
1. Kongesti Pulmonum, Hiperemia Pulmonum,
Oedema pulmonum
Kongesti p: jumlah darah meningkat pasif karena
bendung
Hiperemia p: jumlah darah meningat aktif karena
radang
Oedema p: perembesan cairan dari vasa ke jaringan
paru-paru
Gejala ketiga kejadian tersebut sangat mirip, hanya
berbeda intensitasnya dan yang satu merupakan
kelanjutan dari yang lain
Etiologi:
• Kongesti pulmonum: (pasif)
• Gangguan cor aliran darah balik terganggu bendung jumlah darah
meningkat
• Berbaring pada satu sisi terlalu lama (kedengkik, akibat narkose, hipokalsemia)
• Hiperemia pulmonum: (aktif)
• radang mobililasi darah jumlah darah meningkat:
pneumonia stadium awal
• iritasi darah meningkat
• alergi darah meningkat
Oedema pulmonum:
- Perembesan cairan darah
- Kelanjutan dari kongesti p & hiperemi p
Patogenesis:
Gangguan cor:
darah balik terhambat dilatasi vasa kongesti
oedema
O2 menurun C)2 meningkat nafas meningkat
Radang, iritasi, alergi aliran darah meningkat
• Gejala:
• dispnoe inspiratorik, nafas terengah-engah
• ambil udara lewat hidung & mulut
• exercise lebih dispnoe
• N, P, T naik
• aliran darah perifer kongesti conjungtiva hiperemis
sianosis
• Auskultasi:
• hiperemi p vesikuler berubah
• oedema p vesikuler hilang, tdp ronchi basah/kering
• batuk kering/basah
• leleran dari hidung: mukous - mukopurulen
- perakut:
- pekak
- batas paru-paru tetap
- napsu makan: tetap – turun
• Patologi anatomi:
• paru-paru merah tua, irisan ada darah venous + cairan
serous, uji apung melayang-tenggelam
• Jaringan paru-paru bengkak, elastisitas menurun
• histologis: alveoli + jaringan interstitial berisi cairan
Diagnosis:
berdasar gejala & anamnesis
diagnosis banding: pneumonia, temperatur meningkat,
toksemia
Terapi:
- sanitasi lingkungan, pakan, istirahat
- hipoksia diberikan Oksigen
- oedem veneseksi 8 ml/kg BB, diuretika
- dispnoe sulfas atropin
- antibiotika
2. Emfisema pulmonum (busung gas
paru-paru
Udara tertimbun dalam alveoli melebihi batas
normal, dapat sampai ke jaringan interstitial
Terdapat emfisema alveolaris dan emfisema
interstitialis.
Etiologi:
primer: trauatik, diikuti emfisema subkutan.
sekunder: penyakit paru-paru: pneumonia, bronkitis
kuda tua: terjadi emfisema alveolaris kronis etiologi tdk
diketahui (heaves)
• Patogenesis:
• batuk paroksismal kronis alveoli membesar lama elastisitas menurun
udara tertimbun emf. Alveolaris.
• stenosis bronkioli krn kerjanya sebagai klep udara masuk tak dapat keluar
alveoli membesar elastisitas menurun terjadi alveoli emfisema
• alveoli pecah udara masuk ke interstitial terjadi emfisema interstitialis
• pada gangguan paru-paru terjadi kompensasi pada alveoli yang sehat
emfisema fisiologik
krn toksin dinding alveoli lemah elastisitas menurun
emfisema
dinding alveoli lemah kesulitan mengeluarkan udara
dispnoe ekspiratorik ekspirasi ganda
kapiler pecah titik-titik darah ingus/dahak ada titik-
titik darah
Gejala:
- Dispnoe ekspiratorik, akut sangat hebat, kronis ringan
- Akut: ekspirasi ganda, otot perut kontraksi kuat dapat
terjadi prolaps ani
- Mukosa mata hiperemis sampai sianotik
- Ingus dan dahak ada titik-titik darah
- Heaves: batuk pendek kering, palpasi laring terjadi batuk,
sedikit bergerak batuk
- Auskultasi:
- terdapat suara krepitasi, sibilant (mencicit),
friksi pada kuda
- suara vesikuler sangat menurun, friksi,
krepitasi pada sapi
- Perkusi:
- daerahnya meluas
- terdengar suara timpani
- suara pekak jantung tak jelas, suara
auskultasi jantung teredam.
- Kondisi kronis: napsu makan & minum menurun
hewan nampak kurus
Patologi klinis:
- timbunan CO2 terjadi asidosis alkali meningkat
terjadi polisitemia
- alergik emfisema eosinofilia
Patologi anatomi:
- pulmo besar, pucat
- permukaan pulmo ada bekas tekanan rusuk
- jaringan ikat interstitialis warna abu-abu sp biru mengkilap
- terjadi kongesti jantung
Diagnosis:
- berdasar gejala klinis dan hasil auskultasi & perkusi
- diagnosa banding: pneumoni, bronkitis, oedem pneumonia,
laringitis
• Prognosis:
- keadaan kronis: jelek
• Terapi:
- sanitasi lingkungan dan istirahat
- expectoran, antihistamin,
cortison, bronkodilatator
- antibiotik
- Ca-boroglukonat
3. Emfisema pulmonum akut pada sapi
(adenomatosis, pneumonia atipik)
Busung gas mendadak pada sapi akibat perubahan pakan
secara tiba-tiba (protein rendah menjai tinggi)
Spesifik ada gangguan pencernaan dan pernafasan
Terjadi secara masal dengan mortalitas ±25%
Etiologi:
- Padangan kering hijau subur 2-3 hari terjadi emfisema
pulmonum akut
- Pakan berjamur toksin emfisema
- Silo (fermentasi belum sempurna) NO2 emfisema
CH3-indon dan NO2 berlebih iritasi prolif. Epith. bronkioli
& alveoli blokade klep
Toksin hipersensitif terjadi oedema
elastisitas menurun alveoli pecah emfisema
interstitialis.
Gejala:
- Terjadi pada pergantian musim
- Pada kejadian akut, sering berakhir dg kematian
- Dispnoe ekspiratorik, nafas meningkat
- Rumen kembung
- Leher dijulurkan, nafas melalui mulut
- Kaki depan abduksi
Diagnosis: berdasar anamnesis & gejala
Terapi:
- Antihistamin dan epinefrin
- Lasix (furosemid)
- Antibiotika, sulfa
- Penanganan gangguan nafas
4. Pneumonia (pneumonitis)
Etiologi:
- Agen fisis & kemis
- Agen infeksi: kuman, virus, jamur, chlamedia, mycoplasma, parasit
Faktor predisposisi:
• kondisi tubuh menurun akibat:
- pengelolaan ternak yg tidak baik
- lingkungan kandang lembab/berdebu
- ventilasi jelek
- jumlah ternak terlalu banyak dalam satu
kandang, berbagai tingkat umur jadi satu
- pedet tidak mendapatkan kolustrum
- ternak baru tidak dikarantinakan lebih
dahulu
Patogenesis:
- Agen fisis & kemis : masuk perinhalasi
- Agen infeksi masuk secara aerogen (inhalasi), hematogen,
limfogen, traumatik lewat retikulum
- Berat ringannya infeksi dipengaruhi beberapa faktor.
- Proses penyakit: akut, subakut, kronis
- Paru-paru meradang pertukaran O2 & CO2 terganggu
hipoksia frekuensi nafas meningkat (hiperkapnia). Rasa
sakit krn radang nafas dangkal. Peradangan paru-paru
hiperemia/kongesti konsulidasi hepatisasi.
- Mukosa hipersensitif batuk kering-basah suara
auskultasi & perkusi berubah
- Bernafas sakit tipe abdominal
- Infeksi kuman toksemia infeksi berat
Gejala klinis:
- Diawali seperti tanda-tanda hiperemi pulmonum
- Dispnoe, tipe pernafasan abdominal
- Batuk kering sp basah
- Terdapat leleran di hidung
- Temperatur meningkat (akut) ± 5 hari
tidak naik pada: stadium awal, kronis, cacing
- Akut napsu makan inum hilang dehidrasi cermin hidung
kering
- Udara nafas bau (nekrosis, ganggren)
- Konjungtiva hiperemis – sianosis
- Pulsus meningkat
- Auskultasi: (vesikuler tak terdengar, bronkial, ronki
basah/kering dll
- Perkusi: batas paru-paru tak berubah, terdapat
macam-macam perubahan suara
- Sapi perah: produksi susu menurun, dapt terhenti
sama sekali
- Konstipasi, oligouria
Pemeriksaan mikroskopis
- leleran hidung – dg swab steril
- leleran tenggorokan – probang
Perawatan:
- isolasi
- kandang dan lingkungan
5. Pneumonia kataralis
Radang paru-paru akut disertai eksudat serous dan
banyak sel, merupakan perluasan radang katar
ronkus, dan dapat merupakan lanjutan radang
terbatas dan lobuler
Etiologi:
- agen fisis & kemis, aspiratif & aerogen
- agen mikroba dan cacing
- berbaring satu sisi pneumonia hipostasis
- sehabis narkose, ingus tenang teraspirasi
• Gejala:
- temperatur naik tak tersifat
- napsu makan turun
- bila tdk diobati 2-3 minggu parah
- dispnoe inspiratorik
- ingus mukous-mukopurulen
- batuk basah
- auskultasi: vesikler meningkat, ronki basah, sibilan/mencicit
- perkusi: pekak, resonan
• Diagnosis: berdasar gejala & anamnesis
• Diferensial diagnosis: pneumonia yg lain, bronkitis
• Prognosis: fausta – dubius
• Terapi:
- antibiotika
- antipiretik, analgesik
- antihistamin
- ecpectoransia
- supurativa
6. Pneumonia crouposa (pneumonia
fibrinosa, pneumonia lobaris)
Radang paru-paru akut disertai eksudat yg mengandung sel
darah dan fibrin, melibatkan sebagian besar lobus.
Predisposisi: kondisi turun
Gejala:
Akut: eksitasi, batuk, dispnoe, nafas lewat mulut, dangkal,
frekuen, T42oC, dehidrasi, konstipasi
- Subakut/kronis:
- ingus purulen, berbau
- auskultasi: terutama ronki basah
- perkusi: pekak
- jantung mendebur, pulsus piliformis
- kaki depan abduksi
- Diagnosis: berdasar anamnesa & gejala klinis
Etiologi:
C.pyogenes, Strep.sp, staphy.aureus, F.necroph.
Sapi: RPT (retikuloperitonitis traumatika)
Pneumonia yg lain pneumonia supurativa
Kelanjuta penyakit infeksi (mastitis, endometritis,
myocarditis, omphalitis) bekterisemia pneumonia
supurativa
Penyakit kronis (TBC, aktinobasilosis, nocardiasis,
koksidiomikosis) pneumonia supurativa
Patogenesis:
sering tidak terlihat perubahan klinis
toksemia lesu
kronis napsu makan turun kurus
abses pecah radang tersebar, bronkiole tersumbat
dispnoe, batuk, leleran purulen
Radang abses demarkasi resorbsi/kering
caverna
abses pecah leleran purulen + darah
dapat melanjut pleuritis emfisema + pneumothorax
Gejala:
- kurus, lemah, depresi
- napsu makan turun
• batuk kering, pendek kasar
• dispnoe, lebih-lebih bila exercise
• auskultasi: pekak (abses), belanga pecah (caverna)
• abses pecah: nafas bau, ingus purulen, batuk yg sangat, dispnoe meningkat
Etiologi:
Hidrotoraks:
- transudasi (lemah jantung, hipoproteinemia)
- bendung (bengkak lgl medialis, bronkialis)
- eksudasi (pleuritis, pleuropneumonia, frenito-
pleuritis (sapi)
Hemotoraks:
- trauma dinding dada vena rusak
- vasa corna tertusuk (sapi)
Khilotoraks:
- trauma pembuluh limfe pecah
Gejala:
- dipsnoe, nafas dangkal, frekuen (atelektasis)
- dilatasi perifer (episklera)
- batas horisontal pd auskultasi & perkusi
- kuda bilateral (mediastinalis)
- pulsus venosus (vena jugularis)
Lekuk interkostae rata
Torako sentesis ambil cairan
• Disgnosis: berdasar gejala dan torakosintesis
• Etiologi:
• trauma dinding dada luka udara masuk
• meluasnya radang parenkim ke tepi pleura robek isi udara meningkat
• penetrasi diafragma (RPT)
• kosta patah menusuk paru-paru bisa juga menyebabkan emfisema sub
kutan
Gejala:
- dispnoe mendadak
- auskultasi: bronkial
- perkusi: timpani – metalik
belanga pecah (atelektasis)
Diagnosis: gejala yg mendadak
DD: hernia diagfragmatika
Terapi:
- jahit luka, masuki antibiotik
- kurangi tekanan rongga dada
- kuda suntik ATS (anti tetanus serum)
3. Pleuritis
Radang selaput bungkus paru-paru, bersifat akut, sub
akut, kronis
Etiologi:
- Primer (sapi): RPT
- Sekunder (umum): lanjutan radang paru2 lain
Gejala:
Akut: - temperatur 40oC
- dispnoe, nafas abdominal
- auskultasi: friksi
- perkusi: rasa sakit
Sub akut:
- eksudasi, batas horisontal
- auskultasi: suara gerak cairan sesuai inspirasi &
ekspirasi
- perkusi: pekak sampai ½ daerah perkusi
- kuda bilateral
Kronis:
- adesi pleura nafas sakit, lebih exercise
- dispnoe: cepat, dangkal
- auskultasi: friksi, krepitasi
- perkusi: agak pekak
Diagnosis:
- berdasar gejala klinis
- kombinasi pneumonia dan pleuritis
Terapi:
- istirahat, lingkungan kandang bersih
- antibiotik/sulfonamide
- torako sentesis
- analgetik
- antihistamin
- diuretika
Penyakit viral pada sistem pernafasan
1. IBR
2. BVD
3. Para influenza
4. Infeksi Rhino virus
5. Infeksi Respirasi syncitial virus
6. Infeksi Adeno virus