1. Tipe I : Ruptur parsial, yaitu kurang dari 50%, biasanya diobati dengan
manajemen konservatif
Pasien dengan ruptur tendon achilles memiliki riwayat nyeri sifatnya tiba-
tiba tanpa gejala sebelumnya. Sering dilaporkan pasien merasa seolah-olah telah
dipukul sesuatu dari belakang. Pada kasus tertentu, diagnosis sangat jelas.
Diagnosis berdasarkan klinis adanya celah yang teraba di daerah ruptur selama
minggu pertama disertai kemampuan fleksi plantar di pergelangan kaki tidak ada
atau sangat lemah.7
Penderita tidak dapat jalan, nyeri tekan dan pembengkakan pada Achilles,
terjadi kelemahan atau kekakuan pada ankle yang terkena. Ruptur tendo Achilles
berhubungan dengan kurangnya latihan pemanasan sebelum berolahraga.6
Awalnya nyeri, bengkak, dan kekakuan bisa diikuti oleh memar dan
kelemahan. Berdiri berjinjit dan mendorong saat berjalan akan menjadi sulit.
Berjalan biasanya akan sangat terganggu, pasien tidak akan mampu untuk
melangkah dengan menggunakan kaki yang cedera. Pasien juga tidak mampu untuk
berdiri pada ujung kaki itu, dan flantarplexi akan terganggu. Nyeri hebat dan
pembengkakan adalah gejala paling sering.6
2.9 Diagnosis
A. Anamnesis
Pada ruptur tendo Achilles secara khas pasien merasakan nyeri mendadak
pada tungkai yang cedera, dan mereka sering melaporkan bahwa, pada saat terjadi
cedera, mereka merasa seperti diserang sesuatu atau ditembak pada bagian
belakang tungkai bawah. Pasien sering mengeluhkan mudah mengalami kelelahan
bila berolahraga dan tidak bisa berdiri dengan ujung kaki (tumit ditinggikan).
Selama berjalan terdapat perlambatan heel-off dan langkah yang pendek.5,6
B. Pemeriksaan Fisis
1. Tes Thompson positif (penekanan otot betis pada posisi supine tidak
menimbulkan plantar fleksi pasif).
2. Pengurangan kekuatan plantar fleksi.
3. Defek pada saat palpasi distal dari lokasi insersio.
4. Peningkatan kekuatan dorsifleksi pada keadaan istirahat (Matles test).
2
Adanya edema dan memar tidak dapat dijadikan acuan diagnosis. Defek pada
daerah tendon tekadang sulit untuk dinilai akibat edema jaringan. Gerakan plantar
fleksi terbatas masih dapat terlihat akibat beberapa tendon lainnya (fleksor jari kaki,
tibialis posterior, peronei dan plantaris).1
1. Thompson test
Tes Thompson, dilakukan dengan posisi pasien pronasi dengan kedua kaki
diletakkan di bagian ujung meja pemeriksaan. Betis pasien diremas, dan apabila
tendon achiles intak, maka kaki akan bergerak dengan gerakan plantarfleksi. Hal
ini disebabkan karena tendon achiles menghubungkan kompleks otot
gastrocnemius soleus ke kalkaneus. Ketika terdapat robekan pada tendon, sehingga
tendon tidak lagi menghubungkan kompleks otot gastrocnemius soleus dengan
calcaneus, maka tidak akan ditemukan gerakan plantarfleksi yang cukup kuat
seperti yang terjadi pada kaki yang sehat.5
3
2. Matles test
Tes Matles juga dilakukan dengan posisi pasien pronasi, lutut fleksi 900
pada ankle yang tendon achillesnya ruptur, maka posisinya akan lebih dorsofleksi
dibanding sisi yang normal. Hal ini karena tidak ada tegangan tendon yang
menghubungkan kompleks otot gastrocnemius soleus dengan kalkaneus, sehingga
efek gravitasi membuat kaki lebih dorsofleksi pada bagian yang cedera.5
Jika dua dari tes di atas positif, maka diagnosis dari ruptur tendon achiles dapat
ditegakkan.
3. Obrien’s Test
a. Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal
dari calcaneus masukkan jarum berukuran 25.
b. Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum
seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami ceder
4
a. Bila jarum tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami
ruptur.
c. Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.
4. Copeland Test
a. Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
b. Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif.
c. Apabila tendon utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60
mmHg. Namun bila tendo mengalami ruptur, tekanan hanya naik sediki
t atau tidak bergerak sama sekali.
5
C. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos
6
Secara morfologi, tendon achilles mempunyai tebal tidak lebih dari 8 mm
dimensi AP, dengan bagian proksimal paling tebal dan menipis secara bertahap di
1/3 bagian 11 distal sampai berinsersi di tuberkulum calcaneus. Bursa
retrocalcaneus tampak sebagai area radiolusen di anterior sampai insersi distal
tendon achilles kurang lebih 2 mm di bawah permukaan superior calcaneus.11
Pemeriksaan foto polos radiografi ruptur tendon achilles menunjukkan
adanya pembengkakan soft tissue dan pengaburan di daerah Kager’s triangle fat
pad (gambar 8). Namun, selain pada kasus ruptur tendon achilles, pengaburan
Kager’s triangle fat pad tampak pada tendinopati dan inflamasi/perdarahan di
dalam fat pad pre-achilles. Adanya kalsifikasi atau osifikasi pada tendon Achilles
yang terlihat pada foto polos. merupakan ciri tendinosis kronis atau menunjukkan
adanya riwayat ruptur tendon sebelumnya. Penonjolan di calcaneus merupakan
salah satu tanda bursitis retrocalcanea.11
7
dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk
menyelaraskan jutaan proton berjalan melaluit ubuh. Proton ini kemudian
dibombardir dengan gelombang radio yang merubuhkan beberapa
dari proton tsb keluar dari garis (alignment). Ketika proton kembali proton
memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis oleh
komputer dalam 3D untuk membuat gambar tajam penampang
silang dari area penting. MRIdapat memberikan kontras yang tak tertandingi
dalam jaringan lunak untuk foto berkualitas sangat tinggi sehingga mudah untuk
teknisi menemukan robekan dan cedera lainnya.
8
Gambar 10. USG rupture tendon Achilles
9
2.11 Penatalaksanaan
Banyak teknik dan prosedur yang telah diuraikan pada penanganan ruptur
tendo Achilles akut, dan dibagi dalam 3 kelompok yaitu operasi terbuka, operasi
perkutaneus, dan non operasi. Tidak ada protokol yang disepakati, pilihannya
bergantung pada pilihan ahli bedah dan pasien. Penanganan non operasi
mempunyai para pendukung, tetapi penanganan operasi telah menjadi metoda
pilihan pada dua dekade terakhir untuk atlit dan orang-orang muda dan untuk pasien
ruptur yang lama. Ruptur akut pada non-athlet dapat dilakukan nonoperatif. Sebagai
contoh, pada penelitian prospektif, randomisasi, 40 pasien ruptur tendo Achilles
komplit diimmobilisasi dengan gips selama 8 minggu atau immobilisasi dengan
gips selama 3 minggu diikuti dengan mobilisasi segera dikontrol dengan Sheffield
splint, di mana ankle-foot orthosis pegangan pada ankle dengan plantar flexi 15
derajat tetapi diikuti dengan beberapa gerakan pada metatarsophalangeal joint.
Dengan splint, gerakan pada ankle dapat dikontrol selama fisioterapi. Pasien
dengan bidai dapat dilakukan mobilisasi lebih cepat. Jangkauan dorsiflexi dari
ankle meningkat dengan cepat setelah perawatan dengan splint, dan pasien kembali
beraktivitas normal lebih cepat. Pemulihan kekuatan plantar flexi adalah sama pada
kedua kelompok, dan tidak ada pasien mempunyai perpanjangan tendo yang
berlebihan. Satu pasien mengalami ruptur berulang pada masing-masing
kelompok.6
10
Dilaporkan oleh beberapa penulis bahwa penanganan cedera tendon
Achilles selama 8 minggu dan peninggian tumit rata – rata 6 minggu, ternyata
mempunyai dampak tidak nyaman bagi penderita, dimana waktu immobilisasi gips
yang lama (14 minggu) menyebabkan otot –otot betis atrofi dan kekakuan sendi
kaki yang tentunya memperlama waktu rehabilitasi dan penderita kehilangan kerja
lama. Kemampuan untuk sembuh sempurna merupakan kepentingan penderita.6
Operasi Terbuka
11
Gambar 11. Operasi terbuka pada Ruptur tendon achilles
12
beberapa hari diimmobilisasi dengan gips. Orthosis ini memungkinkan untuk
plantar flexion tetapi membatasi dorsiflexion dan dirancang untuk mencegah atropi
triceps surae. Beberapa ahli bedah menganjurkan gerak bebas pada ankle tetapi
tidak ada weight bearing setelah operasi.6
Operasi perkutan
13
Pada operasi perkutan tendo Achilles sedikit lebih tebal dibanding dengan
prosedur operasi terbuka. Dan beberapa pasien menyukai ini, makin baik
penampilan yang didapat. Banyak studi menunjukkan angka ruptur ulangan setelah
repair percutaneous lebih tinggi dibanding dengan setelah operasi terbuka. Juga,
terjadi gangguan nervus sural telah dilaporkan, terjadi parastesia persisten dan perlu
6
dilakukan operasi explorasi untuk mengangkat jahitan dan membebaskan nervus.
Pada operasi perkutan, ahli bedah membuat sayatan kecil beberapa, bukan
dari satu irisan besar, dan menambalkan tendon kembali bersama-sama melalui
sayatan. Pembedahan mungkin tertunda selama sekitar seminggu setelah pecah
untuk membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien yang menetap dan mereka
yang telah vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan miskin, perbaikan bedah
perkutan mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada perbaikan bedah
6
terbuka.
14
Penulis itu mengusulkan bahwa operasi pada ruptur tendo Achilles sebaiknya
dihindari, sebab paratenon memberi suplai darah pada tendo yang rusak.6
Lea dan Smith, pada studi 55 pasien ruptur tendo Achilles spontan
dilakukan immobilisasi dengan gips selama 8 minggu, dilaporkan 7 (13%) pasien
mengalami ruptur berulang dan 3 pasien yang tidak puas dengan hasil itu. Hasil ini
berbeda bermakna studi Persson dan Wredmark, mereka melaporkan 20 pasien
yang ditangani secara non operasi. Tujuh pasien mengalami ruptur berulang, dan 7
pasien yang tidak mengalami ruptur berulang tidaklah cukup dengan hasil tersebut.
Walaupun fungsi setelah perawatan non-operatif umumnya baik, kejadian ruptur
berulang yang tinggi dipertimbangkan tak dapat diterima. Tujuan utama penangan
ruptur tendo Achilles adalah menghindari perpanjangan tendo, dan ini tidak dapat
6
dicapai dengan penaganan non operasi.
Baru-baru ini, atas dasar hasil yang dilaporkan Mc Comis dkk., dengan
penggunaan bracing fungsional sesudah operasi, 5 pasien yang ditangani secara non
operatif dengan fungsional bracing untuk memperbaiki ruptur tendo Achilles.
Mereka mendapat hasil fungsional baik, membuktikan bahwa, untuk pilihan pasien,
non operatif dengan bracing fungsional dapat menjadi alternatif pada operasi
intervensi atau dengan menggunakan plester gips pada penanganan ruptur tendo
6
Achilles akut.
Beberapa pasien, terutama yang lebih tua, tampak ruptur yang sudah
berjalan lama yang ditemukan secara kebetulan. Pasien ini sering beradaptasi
dengan kecacatan, tetapi mereka diingatkan bahwa operasi perlu dilakukan jika
gejala yang disebabkan ruptur tendo Achilles bertambah buruk. Pasien seperti ini
diikuti pada waktu yang tertentu, tetapi mereka pada umumnya tidak memerlukan
6
penanganan tambahan.
15
Rehabilitasi
2.12 Komplikasi
Komplikasi dari tindakan konservatif pada ruptur tendon achilles antara lain
terjadinya ruptur ulang dan penurunan kemampuan fleksi dari plantar. Sedangkan
komplikasi tindakan operasi perkutaneus atau operasi terbuka adalah adanya infeksi
kulit superfisial, infeksi dalam, ulkus pada tumit, ruptur achilles ulang parsial
ataupun komplit. Namun kejadian ruptur ulang pada tindakan operasi lebih rendah
dibandingkan dengan tindakan hanya dengan konservatif.
2.13 Prognosis
Dengan perawatan yang tepat dan rehabilitasi, prognosis ruptur achilles
tendon baik hingga sempurna ( ad bonam ). Banyak atlet yang mampu kembali ke
aktivitas level semula dengan tindakan bedah atau konservatif. Namun, individu
yang menjalani pembedahan lebih sedikit mengalami ruptur tendon achilles lagi.
Tingkat ruptur ulang untuk pengobatan operasi adalah 0—5% dibandingkan hampir
40% pada pasien yang menggunakan treatment konservatif.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ruptur tendon achilles adalah cedera atau kelaianan yang terjadi pada
kelompok usia paruh baya dengan aktifitas fisik yang tinggi seperti atlet. Cedera ini
disebabkan oleh terputusnya tendon achilles yang memfiksasi otot fleksor bagian
plantar pedis dengan os calcaneus. Biasanya cedera ini disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan. Ruptur tendon Achilles mengalami peningkatan yang signifikan
aikibat meningkatnya aktivitas fisik dan olahraga.
17
Daftar Pustaka
1. Rizky Febrian N. 2019. Ruptur Tendon Achilles Akut: Antara Tata Laksana
Konservatif atau Operatif, J Indon Med Assoc, Vol.69, No.4
2. Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U. (2016). Atlas Anatomi
Manusia Prometheus: Anatomi Umum dan Sistem Gerak (3 ed.). EGC.
3. Hermawan NR, Andri P, Renaldi P. 2016. Teknik Rekonstruksi Turndown
Flap Tendon Achilles dan Flap Fasiokutan Sural pada Ruptur Tendon
Achilles yang Disertai Kerusakan Masif Jaringan Lunak: Laporan Kasus,
MKB, Vol.48, No.1
4. M. Riza Setiawan et al. 2017. BUKU AJAR ILMU BEDAH. Semarang:
Unismus Press
5. Dafit F, Rizki R, Hermansyah. 2018. Repair Ruptur Tendon Achiles
Neglected dengan Teknik Lindholm Modifikasi, Jurnal Kesehatan Andalas,
Vol.7, No.3
6. Abd. Rahman. 2018. KONTROVERSI REPAIR RUPTUR TENDO
ACHILLES, Alami Journal, Vol.2, No. 1
7. Olsson N. 2013. Acute achilles tendon rupture: outcome, prediction and
optimized treatment. Gothenburg, Sweden.
18