Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

ABSES BEZOLD

Pembimbing:

dr. Dian Nurul Al Amini, Sp THT-KL

Oleh:

M Rizky Setiawan (2015730093)

KEPANITERAAN KLINIK STASE THT

RSIJ PONDOK KOPI JAKARTA TIMUR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
BAB I

IDENTITAS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cakung

Status Pernikahan : Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 6 November 2019

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
 Keluhan Utama
Benjolan pada belakang telinga kiri sejak 7 hari SMRS.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Benjolan dirasakan pada belakang telinga kiri sejak 7 hari SMRS. Benjolan dirasakan
nyeri saat ditekan. Keluhan disertai dengan keluarnya cairan dari lubang telinga kiri dan
leher yang sukar digerakan. Riwayat demam (-), batuk pilek (+), pusing (-), telinga
berdengung (-).

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama.

 Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
 Riwayat Alergi
Tidak ada alergi terhadap cuaca, makanan maupun obat-obatan.

 Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk mengobati keluhannya saat ini.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis

Status Generalis
 Kepala : Normochepal
 Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), edema (-/-)
 THT : Status Lokalis
 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
 Thorax : Simetris
 Abdomen : Tidak dinilai
 Ekstremitas : Sianosis (-) edema (-)
 Kulit : Scar (-)

Status lokalis THT


Tabel Pemeriksaan Telinga
AD AS

Normotia, hematoma (-), perikondritis Normotia, hematoma (-), perikondritis


(-), helix sign (-), edema (-), nyeri Aurikula (-), helix sign (-) edema (-), nyeri
tekan tragus (-), nyeri tarik (-) tekan tragus (-), nyeri tarik (-)

Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-), Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-),
Pembesaran KGB (-) Preaurikula Pembesaran KGB (-)

Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-), Peradangan (+), pus (+), nyeri tekan
Pembesaran KGB (-) Retroaurikula (+), Pembesaran KGB (-)

Tenang, udem(-), serumen(-),sekret


Tenang,udem(-), serumen(-), sekret (-) CAE (+) berwarna putih, tidak berbau

Intak, hiperemis (-), reflex cahaya (+) Membran Intak, hiperemis (-), refleks cahaya (-),
di jam 5, retraksi (-) timpani retraksi (-)

2
Tabel Pemeriksaan Hidung
Hidung Luar Deformitas Tidak Ada
Kelainan Kongenital Tidak Ada
Trauma Tidak Ada
Radang Tidak Ada

Rinoskopi Anterior

Dextra Rinoskopi anterior Sinistra

Tenang Mukosa Tenang


(-) Sekret (-)
Eutrofi, tenang, permukaan licin Konka inferior Eutrofi, tenang, permukaan licin
(-) Massa (-)
(+) Passase udara (+)
Septum Deviasi (-)

Tabel Pemeriksaan Orofaring

Dextra Pemeriksaan Orofaring Sinistra


Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Simetris (normal) bersih Lidah Simetris (normal) bersih
Simetris (normal) bersih Palatum molle Simetris (normal) bersih
Gangren radiks (-) Gigi Gangren radiks (-)
Simetris (normal) bersih Uvula Simetris (normal) bersih
Tonsil
Tenang Mukosa Tenang
T1 T1

(tidak melebar) Kripta (tidak melebar)

- Detritus -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -

3
D. RESUME
Benjolan dirasakan pada belakang telinga kiri sejak 7 hari SMRS. Benjolan dirasakan
nyeri saat ditekan. Keluhan disertai dengan keluarnya cairan dari lubang telinga kiri dan
leher yang sukar digerakan. Pasien mengatakan bahwa telinganya terasa penuh dan
pasien sering mengorek-ngorek telinganya dengan menggunakan tangan. Riwayat
demam (-), batuk pilek (+), pusing (-), telinga berdengung (-).

E. DIAGNOSA KERJA
Abses Bezold

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa os
temporalis. Telinga tengah (cavitas tympani) berbentuk celah sempit yang
dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran
yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke
perilympha telinga dalam. Didepan ruang ini berhubungan dengan
nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding
posterior, dinding lateral, dan dinding medial.
 Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, disebut tegmen tympani,
yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng
ini memisahkan cavitas tympani dari meningen dan lobus temporalis
cerebri di dalam fossa cranii media.
 Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin
sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan
cavitas tympani dari bulbus superior vena jugularis interna.
 Dinding anterior dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna. Pada bagian
atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran
yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva,
dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil menuju ke saluran untuk
musculus tensor tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan
saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial,
yang akan membentuk tonjolan mirip kerang.
 Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang
tidak beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat
penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis.
Dari puncak pyramis ini keluar tendo musculus stapedius. Dinding
lateral sebagian besar dibentuk oleh membrana tympanica.

20
 Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut
promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang
ada di bawahnya. Di atas dan belakang promontorium terdapat
fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis
stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha scalae
vestibuli telinga dalam.

Gambar 1. Bagian luar telinga tengah kanan, dilihat dari depan.

Mastoid merupakan sel-sel udara berbentuk seperti sarang lebah


yang letaknya dibelakang telinga. Merupakan bagian terbesar dari tulang
temporal di sebelah posterior dan inferior. Karena letaknya yang
tersembunyi itu sering kali mastoid sering terlewatkan sewaktu
pemeriksaan THT.
Mastoid berhubungan dengan bagian-bagian telinga dimana
mekanisme pendengaran dan keseimbangan berada. Penyakit-penyakit
seperti infeksi dan kolesteatoma dapat melibatkan mastoid. Sistem sel
udara mastoid (MACS = Mastoid Air Cell System) berperan sebagai
penyedia gas bagi telinga tengah dan counter regulation pada tekanan
telinga tengah dimana mastoid meregulasi tekanan yang rendah sedangkan
tuba Eustachius meregulasi tekanan yang lebih tinggi. (Doyle, National

21
Institude, Gaihede, B.Magnuson). Volume MACS yang lebih besar akan
menjaga telinga tengah dari beberapa kondisi patologis dengan
menurunkan frekuensi pembukaan tuba dan pembukaan tuba
Eustachiusnya menjadi lebih efisien dibandingkan jika volume MACS nya
kecil.
Antrum mastoideum terletak di belakang cavitas tympani di dalam
pars petrosa ossis temporalis. Berhubungan dengan cavitas tympani
melalui aditus. Mengetahui batasan-batasan dari antrum mastoideum dapat
berguna untuk mengetahui penyebaran dari infeksi dari tempat ini.
 Dinding anterior berbatasan dengan cavitas tympani dan berisi aditus
ad antrum.
 Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan
cerebellum.
 Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatum.
 Dinding medial berbatasan dengan canalis semicircularis posterior.
 Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, tegmen tympani,
yang berbatasan dengan meningen pada fossa cranii media dan lobus
temporalis cerebri.
 Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan
cellulae mastoideae.

Gambar 2. Lokasi antrum mastoid

22
Gambar 3. A.Dinding lateral cavitas tympani dilihat dari sisi medial. B. dinding medial cavitas
tympani dextra dilihat dari sisi lateral.

23
2. Definisi
Abses Bezold adalah abses di leher akibat mastoiditis akut (Bezold
mastoiditis) yang pusnya merembes sampai ke permukaan superior m.
Sternocleidomastoideus dan sepanjang venter posterior m. digastricus
(Dorland, 2010:6). Abses Bezold merupakan komplikasi yang sangat jarang
terlihat dari otitis media supuratif kronis dan mastoiditis.
Harus diingat, meskipun abses Bezold merupakan komplikasi yang
jarang namun diagnosis sering terlambat ditegakkan karena kondisi ini tidak
dikenali secara keseluruhan. Abses berkembang dari waktu ke waktu oleh
penyebaran pus ke jaringan dalam karena erosi dari mastoid.
Abses Bezold pertama kali dilaporkan pada tahun 1881 dan peristiwa
ini terjadi ketika otomastoiditis purulen mengikis ujung mastoid. Abses sub-
periosteal, yang timbul dari erosi permukaan luar dari Proccesus
mastoideus, yang lebih umum dibandingkan abses Bezold, dimana pus dapat
bergerak sepanjang permukaan fasia otot digastricus dan
sternocleidomastoideus, dengan konsekuensi potensial yang
menghancurkan jika infeksi turun menuju ruang perivisceral, laring, dan
mediastinum.

Gambar 1. Abses Bezold

24
3. Epidemiologi
Angka kejadian abses Bezold ini sekarang sangat sedikit karena
penggunaan antibiotik. Doan et al. melaporkan bahwa melihat 27 kasus
abses Bezold antara tahun 1966 dan 2001 sedangkan Uchida et al.
mengatakan bahwa menemukan 18 kasus abses Bezold antara tahun 1960
dan 2002.
Abses Bezold merupakan komplikasi yang jarang ditemukan dari
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dan mastoiditis. Di Indonesia
sendiri khususnya Rumah Sakit H. Adam Malik – Medan ditemukan OMSK
dengan perhitungan prevalensi umum sekitar 154 pasien (3,9%) di tahun
2008. Selanjutnya, ditemukan OMSK sebanyak 117 pasien dan yang
mengalami komplikasi sekitar 43 pasien (24 pasien laki-laki dan 19 pasien
wanita) pada Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin – Bandung.

4. Etiologi
Terdapat beberapa flora mikrobiologi dari telinga tengah yang
bervariasi dan tergantung pada jenis otitis media. Dalam bentuk akut, yang
menjadi organisme utama adalah Hemophilus influenza, Streptococcus
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa dan bakteri anaerobik.
Tabel 1. Isolasi organisme (N=126)
Organisms isolated isolates N (%)
Gram negative organism P. aeruginosa 57 (45.24)
Klebsiella Spp 8 (6.35)
Escherichia coli 6 (4.76)
Proteus mirabilis 8 (6.35)
Proteus vulgaris 6 (4.76)
Acinetobacter 3 (2.38)
Gram positive organism S. aureus 28 (22.22)
CONS (Coagulase Negative 10 (7.93)
Staphylococcus)

25
Kultur abses Bezold dapat diambil selama atau sebelum operasi.
Menurut beberapa literatur, mikroorganisme yang paling sering diisolasi
adalah Streptococcus pneumoniae. Gram (+) aerobik adalah
mikroorganisme yang paling sering diisolasi dari kultur abses, diantaranya,
S. pneumoniae, Staphylococcus, dan Enterococcus. Kuman gram (-) aerobik
(Klebsiella, Pseudomonas, Proteus spp) dan anaerobik (Peptostreptococcus
dan Fusobacterium spp) dapat diisolasi. Mikroorganisme campuran
terisolasi juga.
Kultur abses yang mungkin steril diakibatkan oleh terapi antibiotik
yang diterapkan sebelumnya. Kesimpulannya, beberapa agen bakteri dapat
menyebabkan infeksi yang lebih cepat dibandingkan hanya satu agen bakteri
(tunggal).
5. Patogenesis
Abses bezold ini dapat terjadi setelah koalesen mastoiditis akut,
ketika pus berhenti melalui sisi medial yang tipis dari ujung mastoid.
Ketika mastoiditis purulen mengikis tulang ujung dari mastoid. Proses
infeksi dicegah untuk mencapai permukaan kulit dengan cara intervensi
dari otot-otot leher. Pembengkakan pada daerah leher atas terjadi karena
adanya pus. kelanjutan abses yang terjadi bila tidak diobati adalah
1. Abses mungkin terletak jauh ke m. sternokleidomastoid, dan
mendorong otot ke arah luar,
2. Mengikuti M. digastricus, Venter posterior (Posterior belly of
digastrics) dan kemudian muncul sebagai pembengkakkan antara
ujung mastoid dan sudut dari rahang,

Gambar 2. Anatomi Leher

26
3. Hadir di bagian atas segitiga posterior,
4. Mencapai ruang parapharyngeal, atau berjalan turun sepanjang
pembuluh darah carotid.

Gambar 3. Lokasi Abses

6. Penegakan Diagnosis
6.1 Anamnesis
Pasien dengan abses Bezold onsetnya mendadak, biasanya
tanda-tanda umum dan gejala yang ditemukan ialah riwayat otore
(cairan dari telinga) dan demam, kemudian ada rasa sakit,
pembengkakan (lunak) di leher dan tortikolis (kontraksi otot halus).
Bengkak pada daerah servikal, mobilitas servikal terbatas, dan
hypoacusis (kesulitan mendengar).
6.2 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien baik, terlihat dalam kondisi sangat
kelelahan, demam ringan, dan kepala pasien dominan miring ke satu
sisi serta gerakan leher pasien sangat terbatas. Pada pemeriksaan
palpasi tidak teraba adanya fluktuasi dengan baik, hal ini dikarenakan
abses yang terletak terlalu dalam dan sulit untuk diraba.
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan gejala yang atipikal,
dari inspeksi ditemukan peningkatan volume leher (bengkak) dan
membran timpani yang tidak terlalu jelas.

27
6.3 Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium sering tidak spesifik.
Computerized Tomography scan (CT scan) adalah tes skrining terbaik
untuk abses Bezold. CT scan sangat disarankan untuk menunjang
diagnosis dan pengobatan.
CT scan dari tulang temporal dan leher memainkan peran
penting dalam diagnosis. CT scan juga membantu ahli bedah dalam
merencanakan pendekatan operasi. Salah satu keuntungan lebih lanjut
dari CT scan adalah bahwa dapat membantu mendiagnosa abses yang
tidak dapat didiagnosis secara klinis. Temuan yang didapat meliputi
adanya cairan di telinga tengah, mastoid, dan demineralisasi dari
trabekula mastoid.

Gambar 4. A. pasien karena otitis media yang menjadi painful neck


swelling dengan tortikolis. B. CT scan memperlihatkan rongga abses
yang melibatkan otot Sternokleidomastoid kanan.

7. Diagnosis Banding
Abses infektif, dan lymphadenopathies sangat penting dalam
diagnosis banding dari abses Bezold.
Abses Bezold harus dibedakan dari :

28
1. Abses Parapharyngeal
Merupakan hasil dari infeksi sel peritubal, karena mastoiditis
koalesen akut. Ruang parapharyngeal adalah bagian dari pyramidal
dengan basis di dasar tengkorak dan puncaknya pada tulang hyoid.
Infeksi ruang parapharyngeal dapat terjadi dari :
a. Faring, infeksi akut dan kronis dari tonsil dan adenoid,
pecahnya abses peritonsilar,
b. Gigi, infeksi gigi biasanya berasal dari gigi molar bawah
yang terakhir,
c. Telinga, abses Bezold dan petrositis,
d. Ruang lain, infeksi parotis, retropharyngeal dan ruang
submaxilaris,
e. Trauma external, luka tembus leher, injeksi anastesi local
untuk tonsilektomi atau blok saraf mandibula
Gambaran klinis tergantung pada kompartemen yang terlibat.
Infeksi kompartemen Anterior menghasilkan trias gejala yaitu
prolaps dari tonsil dan fossa tonsil, trismus (karena spasme otot
pterygoideus medial), dan pembengkakkan eksternal bagian sudut
belakang sudut rahang. Ditandai odynophagia (nyeri saat menelan)
yang berhubungan dengan trias gejala.
Keterlibatan dari kompartemen posterior menghasilkan
tonjolan faring belakang pilar posterior, kelumpuhan CN IX, X, XI
dan XII serta rantai simpatik, dan pembengkakan daerah parotis. Ada
trismus minimal atau prolaps tonsil.
Demam, odynophagia (nyeri saat menelan), sakit tenggorokan,
tortikolis (karena kejang otot prevertebral) dan tanda-tanda toksemia
umum untuk kedua kompartemen (Dhingra, 2007:248).

29
8. Terapi
Pembedahan dan antibiotik spektrum luas adalah metode yang paling
signifikan dalam terapi abses Bezold.
2. 6. 1 Farmakoterapi
Jenis obat yang diberikan adalah golongan penisilin
(methicillin), apabila terjadi resistensi methicillin terhadap
Staphylococcus aureus maka dapat diberikan clindamycin atau
ceftriaxone.
Clindamycin, dosis oral untuk dewasa (klindamisin hidroklorida
150-300mg setiap 6 jam; untuk infeksi parah, 300-600mg setiap
6 jam). Anak-anak (sebaiknya, klindamisin palmitat hidroklorida
8-12mg/kg per hari dalam 3 atau 4 dosis, atau untuk infeksi yang
parah 13-25mg/kg per hari). Ceftriaxone (S. pneumoniae) termasuk
dalam golongan sefalosporin, dosis dewasa untuk infeksi parah
(injeksi 2g setiap 12-24 jam; setengah tablet diberikan tiap 8 jam).
Untuk rasa nyeri dan demamnya berikan anak (Paracetamol (PO) 15
mg/kg 6 jam seperlunya) dan dewasa (Paracetamol (PO) 1 g 4-6 jam
maksimal 4 dosis/24 jam).
Tabel 2. Antibiotik berdasarkan golongan
Golongan Jenis obat Dosis
Penisilin Ampisilin (PO) Dewasa : 0,5-1 g 4 kali/hari a.c
(spektrum luas) Amoksisilin (PO) Dewasa : 375-1000mg 3 kali/hari
Anak : <10 tahun (10mg/kg 3 kali/hari),
3-10 tahun (250mg 3 kali/hari), 1-3
tahun (125mg 3 kalo/hari).
Piperasilin (IV) Dewasa : 1-2 g 2-4 kali/hari
Sefalosporin
Generasi 2 Sefuroksim (IV) Dewasa : 0,75-1,5 g 3 kali/hari
(aktif Gr -)
Sefuroksim axetil (PO) Anak : 125-250 mg 2 kali/hari p.c

Generasi 3 Seftriakson (I) 2 g setiap 12-24 jam, t1/2 tiap 8 jam


(spektrum luas)

30
2. 6. 2 Non farmakoterapi
1. Cortical Mastoidectomy untuk mastoiditis koalesen dengan
eksplorasi perlahan pada ujungnya untuk membuka fistula ke
dalam jaringan lunak leher,
2. Drainage dari abses leher melalui sayatan yang terpisah,
3. Pemberian antibiotik intravena dipandu oleh hasil kultur dan
sensitivitas dari pus yang diambil pada saat operasi.
9. Komplikasi
Perkembangan abses Bezold biasanya lambat. Perkembangannya
setelah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Abses Bezold
disebabkan oleh proses supuratif yang mengikis korteks mastoid sepanjang
otot digastrikus (posterior) dan menyebar antara M. digastricus dan M.
sternocleidomastoideus. Konsekuensinya sangat berpotensi buruk jika
infeksi turun menuju ruang periviseral, laring, atau mediastinum.
Abses Bezold bisa berakibat fatal jika menyebar ke sistem saraf pusat.
Abses Bezold dapat menyebabkan kematian umumnya, terjadi karena
adanya perluasan pada kolom vertebra atau abses di dasar tengkorak yang
melibatkan sistem saraf pusat (kompresi otak dan medula spinalis). Oleh
sebab itu diagnosis dini dan terapi sangatlah penting.

10. Prognosis
Pada umumnya, prognosis abses Bezold baik apabila didiagnosis
secara dini dan ditangani dengan penangan yang tepat. Bedah dan antibiotik
spektrum luas adalah metode paling signifikan dari pengobatan. Pada kasus
berat dilakukan mastoidectomy. Dalam beberapa kasus, eksplorasi leher,
debridement abses dan irigasi dilakukan untuk drainase abses.

31
DAFTAR PUSTAKA

Saeedi, M., Jahanshir, A., Shirani, F., Karimi, E. 2015. Physical Examination Still
has the Leading Role: A Case of Bezold’s Abscess. Journal of Emergency
Medicine, 1, 12-3. DOI: 10.5152/jaemcr.2015.1228.
Yorgancilar, E., et al. 2012. Complication of Chronic Suppurative Otitis Media: A
Retrospective Review. Eur Arch Otorhinolaryngology, 270, 69. DOI:
10.1007/s00405.0121.9248.
Al-Baharna, H., Al-Mubaireek, H., Arora, V. 2016. Bezold’s Abscess: A Case
Report and Review of Cases over 14 Years. Indian Journal of Otology, 22,
148. DOI: 10.4103/0971.7749.187978.
Pasyah, M. F., Wijana. 2016. Chronic Suppurative Otitis Media in Children.
Global Medical and Health Communication, 4, 4.
Pradhananga, R. 2014. An Unusual Complication of Chronic Suppurative Otitis
Media: Bezold Abscess Progressing to Scapular Abscess. International
Archives of Otorhinolaryngology, 18, 412-413. DOI:
10.1055/s0034.1372511.
Dhingra PL. 2007. Disease of Ear Nose and Throat edisi 4: New Delhi, Elsevier.
pp: 77-78, 248.
Comacchio, F., Mion, M. 2016. Bezold’s Abscess as First Sign of Cholesteatoma
in Old Cavity Tympanoplasty: A Rare Occurrence. Journal of Case Report,
6, 537. DOI: 10.17659/01.2016.0131.
Goksel, A. O., Topaloglu, I., Atar, Y. 2014. Bezold’s Abscess Secondary of
Chronic Otitis Media: A Case Report. Journal of Contemporary Medicine,
4, 19-22.
Farida, Y., Sapto, H., Oktaria, D. 2016. Tatalaksana Terkini Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK). Journal Medula Unila, 6, 180.
Desbassarie, F. W., Dermawan, A., Hadi, S. 2015. Profile of Patient with
Complicated Chronic Suppurative Otitis media Media in Dr. Hasan Sadikin
General Hospital Bandung-Indonesia. Althea Medical Journal, 2 (1), 108.
Malkappa, S. K., Kondapaneni, S., Surpam, R. B., Chakraverti, T. K. Study of
Aerobic Bacterial Isolated and Their Antibiotic Susceptibility Pattern In

32
Chronic Suppurative Otitis Media. Indian Journal of Otology, 18 (3), 136.
DOI: 10.4103/0971.7749.103440.
Schutz, P., Ibrahim, H. H. H. 2013. Non-odontogenic Oral and Maxillofacial
Infections. Kuwait, INTECH: 113.
Rashid, R. S., et al. 2013. A Case of Bezold’s Abscess with An Unusual
Extension to the Upper Thorax. Journal of Clinical and Analytical
Medicine, 4 (2), 149-50. DOI: 10.4328/jcam.2067.
Govea, H. L., et al. 2015. Diagnosis and Treatment of the Complication of Otitis
Media in Adults: Case Series and Literature Review. Academia Mexicana
de Cirugia, 84 (5), 400.

33

Anda mungkin juga menyukai