Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

“Kehamilan Ektopik”
PEMBIMBING :
DR. EDY PURWANTA, SP.OG

MUHAMMAD RI ZKY SETIAWAN

KEPANITERAAN KLINIK STASE OBSTETRI GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT ISLAM CEMPAKA PUTIH
2019
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 39 tahun
Status : Menikah
Alamat : Jl. Sunter jaya, Jakarta Utara
Agama : Islam
Pendidikan : Diploma
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 2 September 2019
Anamnesis
Keluhan Utama
Ibu hamil 6 minggu G4P2A1 datang dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah sejak 4 hari
SMRS.

Keluhan Tambahan
Keluhan disertai dengan keluarnya flek kecoklatan, dan mulas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu hamil 6 minggu G4P2A1 datang dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah sejak 4 hari SMRS. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Keluhan nyeri disertai dengan adanya keluar flek yang berwarna kecoklatan dan mulas.
Keluhan mual dan muntah disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
-Pasien pernah menjalani operasi sebelumnya Pada keluarga ada yang menderita asma, DM,
dengan diagnosis KET, dilakukan tindakan dan Hipertensi.
laparotomy pada bulan april 2016.
-Riwayat penyakit Hipertensi (-), DM (-), Penyakit
Jantung (-)
Anamnesis
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi pada makanan, minuman maupun obat-obatan.
Riwayat Psikososial
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Pola makan 3x/hari. Kebiasaan konsumsi
minuman beralkohol disangkal, merokok disangkal.
Anamnesis
Riwayat Operasi
Pasien pernah dilakukan laparotomy dan salpingektomi sinistra pada bulan april 2016.
Riwayat Pernikahan
Sekarang merupakan pernikahan pertama dengan status menikah.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi.
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche usia 12 tahun. Pasien mengatakan sebelumnya haid teratur, dengan
siklus 27 hari sekali.
HPHT : 21 Agustus 2019
Tafsiran Persalinan : 27 Mei 2020
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 100x/menit, kuat angkat
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Antopometri :
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 159 cm
IMT : 25,7 kg/m2
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Kepala : Normocephal, rambut bersih dan tidak rontok
Mata : CA (+/+), SI (-/-)
Mulut : Bibir pucat (+), mukosa bibir lembab dan tidak sianosis
Gigi : Tidak terdapat caries
Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar dan tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Normochest, gerakan simetris dan tidak ada yang tertinggal
Paru : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung : Bunyi jantung 1 & 2 reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Kulit : Dalam batas normal
Ekstremitas atas dan bawah : Hangat +/+, tidak terdapat edema, CRT < 2 detik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : cembung (-), linea nigra (-), striae gravidarum (-)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Palpasi : nyeri tekan abdomen (+)

Perkusi : timpani
Status Obstetri
Abdomen : HPHT : 21 Agustus 2019
 Inspeksi : Cembung (-), Linea DJJ : tidak dapat dinilai
nigra (-), bekas operasi (-) HIS : -
 Palpasi : TFU (tidak dapat PD : tidak dilakukan
dinilai)
Taksiran berat janin : -
 Leopold I : belum bisa dinilai
 Leopold II : belum bisa dinilai
 Leopold III : belum bisa dinilai
 Leopold IV : belum bisa dinilai
Pemeriksaan penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 2 September 2019 pukul 15:39
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 11.1 g/dL 11.7-15.5
Jumlah leukosit 9.94 103/µL 3.60-11.00
Hematokrit 32 % 35-47
Jumlah trombosit 254 103/µL 150-440
Eritrosit 3.89 106/µL 3.80-5.20
MCV/VER 83 fL 80-100
MCH/HER 29 pg 26-34
MCHC/KHER 35 g/dL 32-36
ENDOKRINOLOGI
Tes Kehamilan Positif (+)
Pemeriksaan penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 3 September 2019 pukul 03:05

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 12 g/dL 11.7-15.5
Jumlah leukosit 10.46 103/µL 3.60-11.00
Hematokrit 34 % 35-47
Jumlah trombosit 250 103/µL 150-440
Eritrosit 4.19 106/µL 3.80-5.20
MCV/VER 81 fL 80-100
MCH/HER 29 pg 26-34
MCHC/KHER 35 g/dL 32-36
Pemeriksaan penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 3 September 2019 pukul 11:04

Sebelum dilakukan laparotomi, pasien disarankan untuk diperiska melalui USG agar diagnosis yang telah ditetapkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang melalui hematologi rutin dapat dipertajam
dengan hasil dari USG. Hasil dari USG akan memberikan gambaran yang pasti pasien mengalami kehamilan ektopik
terganggu. Hasil yang diharapkan adalah adanya kantung gestasi yang terdapat di luar kavum uterus.
Resume
Pasien ibu hamil G4P2A1 H6minggu datang dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah
sejak 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan nyeri disertai dengan adanya keluar
flek yang berwarna kecoklatan dan mulas. Keluhan mual dan muntah disangkal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis dan nyeri tekan abdomen (+). Hasil
pemeriksaan kehamilan dengan metode ICT menunjukkan hasil (+).

DIAGNOSIS BANDING
• Abortus insipiens
• Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Rencana Tindakan
- Laparotomi
- Penyediaan PRC 500cc
Sebelum dilakukan laparotomi, pasien disarankan untuk diperiska melalui USG agar diagnosis
yang telah ditetapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
melalui hematologi rutin dapat dipertajam dengan hasil dari USG. Hasil dari USG akan
memberikan gambaran yang pasti pasien mengalami kehamilan ektopik terganggu. Hasil yang
diharapkan adalah adanya kantung gestasi yang terdapat di luar kavum uterus.
Selain pemeriksaan USG, pemeriksa harus melakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa
apakah adanya pembukaan dan keadaan serviks. Pada hasil pemeriksaan dalam untuk pasien
KET, akan didapatkan nyeri goyang porsio (+) serta pada kavum Douglasi didapatkan adanya
penonjolan.
Diagnosis kerja
G4P2A1 H6 minggu dengan abdominal pain susp. KET
Laporan operasi
Tanggal operasi : 4 Agustus 2019
Waktu Operasi : 12.30 – 13.30 WIB (60 menit)
Diagnosa pre-operatif : G4P2A1 H6 minggu dengan abdominal pain susp. KET
Diagnosa post-operatif : Abortus tuba pars ampularis dekstra
Tindakan pembedahan : Laparotomi + salpingektomi dekstra
FOLLOW UP
Tanggal/Jam Follow Up Tanggal/Jam Follow Up
02– 09– 2019 S : - nyeri perut
02– 09– 2019 S : - mulas
(10.00 WIB) - perdarahan
(17.00 WIB) O : - TD : 110/80 mmHg
O : - TD : 110/70 mmHg
- HR : 74 x/menit
- HR : 86 x/menit
- RR : 20 x/menit
- RR : 18 x/menit
- T : 36,6 ºC
- T : 36,5 ºC

A : susp KET
A : susp KET

P:- P:-
FOLLOW UP
Tanggal/Jam Follow Up Tanggal/Jam Follow Up
03– 09– 2019 S : - nyeri perut berkurang
03– 09– 2019 S : - perdarahan berkurang
(10.00 WIB) O : - TD : 110/70 mmHg
(17.00 WIB) O : - TD : 100/80 mmHg
- HR : 74 x/menit
- HR : 90 x/menit
- RR : 18 x/menit
- RR : 18 x/menit
- T : 36,1 ºC
- T : 36,8 ºC
A : susp KET

A : susp KET
P : - Asering

P : - Asering
FOLLOW UP
Tanggal/Jam Follow Up Tanggal/Jam Follow Up

04–09–2019 S : - nyeri perut 04–09–2019 S : - pusing

(10.00 WIB) - darah masih keluar (17.00 WIB) - nyeri bekas jahitan

O : - TD : 120/75 mmHg O : - TD : 100/70 mmHg

- HR : 71 x/menit - HR : 74 x/menit

- RR : 18 x/menit - RR : 18 x/menit

- T : 36.3 ºC - T : 34,3ºC

A : pro laparotomi susp KET A : post laparotomi ec KET

P : - Asering P : - Ceftriaxone iv

- Ceftriaxone iv - Ketorolac iv
FOLLOW UP
Tanggal/Jam Follow Up Tanggal/Jam Follow Up

05–09–2019 S : - pusing 05–09–2019 S : - nyeri bekas luka jahitan

(10.00 WIB) - perut terasa mulas (17.00 WIB) - nyeri saat BAK dan flatus, BAB -

O : - TD : 110/70 mmHg O : - TD : 105/60 mmHg

- HR : 74 x/menit - HR : 90 x/menit

- RR : 20 x/menit - RR : 18 x/menit

- T : 34.3 ºC - T : 36,4ºC

A : post laparotomi ec KET A : post laparotomi ec KET

P : - Ketorolac iv P : - Ketorolac iv

- Ceftriaxone iv - Ceftriaxone iv
FOLLOW UP
Tanggal/Jam Follow Up
06– 09– 2019 S : - nyeri bekas operasi

(05.30 WIB) - flatus +

- belum BAB

O : - TD : 105/65 mmHg

- HR : 91 x/menit

- RR : 19 x/menit

- T : 36,6ºC

A : post laparotomi ec KET

P : rencana pulang

obat bawa pulang (Cefixime 2x1, AS. Mefenamat 3x1)


TINJAUAN PUSTAKA
KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi :
◦ Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri.
◦ Lebih dari 95% berada di saluran telur (tuba falopii)

Berdasarkan lokasinya, dapat dibagi menjadi 5 sebagai berikut:


Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas: pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars
fimbriae (17%), dan pars interstisialis (2%).
Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau abdominal.
Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit.
Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda di mana satu janin berada di kavum uteri
sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian sekitar 1 per 15.000-40.000 kehamilan.
Kehamilan ektopik bilateral. Jarang terjadi.
Etiologi
Bila nidasi terjadi di luar kavum uteri atau di luar endometrium, maka terjadilah kehamilan
ektopik. Dengan demikian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi
embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik. Faktor-faktor yang disebutkan
sebagai berikut :
1. Faktor tuba
2. Faktor abnormalitas dari zigot
3. Faktor ovarium
4. Faktor hormonal
5. Faktor lain
Patologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium
untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian
akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya.
Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan
embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan bentuk
:
◦ Hasil konsepsi mati dini atau diresorbsi
◦ Abortus ke dalam lumen tuba (Abortus tubaria)
◦ Ruptur dinding tuba
Gambaran Klinik
Umumnya menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, merasa nyeri sedikit di
perut bagian bawah yang tidak seberapa.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek walaupun mungkin
tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena
lembeknya sukar diraba saat pemeriksaan bimanual. Pada pemeriksaan USG
sangat membantu diagnosis kehamilan ini, apakah intrauterin atau kehamilan
ektopik.
Gejala dan tanda bergantung lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus
atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, keadaan
umum penderita sebelum hamil.
Gambaran Klinik
Nyeri merupakan keluhan utama pada KET. Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah
terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
penderita pingsan (syok).
Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi tetapi setelah darah masuk kedalam rongga
perut rasa nyeri menjalar kebagian tengah atau seluruh perut bawah.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada KET, hal ini menunjukkan
kematian janin.
Pada KET ditemukan pada pemeriksaan vagina ketika serviks uteri digerakkan akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri goyang porsio).
Gambar USG KET bervariasi tergantung pada masa kehamilan, ada tidaknya gangguan
kehamilan, serta banyak dan lamanya perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti KET
ditegakkan bila terlihat kantong gestasi berisi mudgah atau janin hidup yang letaknya diluar
cavum uteri.
Gambaran uterus dapat normal atau mengakami sedikit pembesaran yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Anamnesis

Pemeriksaa Ultra-
n Lab sonografi

Diagnostik

Kuldo-
Laparoskopi
sentesis
USG pada ket
- Terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri
- Uterus mungkin besarnya normal, atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
- Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi desidua.
Pengelolaan Kehamilan Ektopik
Umumnya adalah laparotomi
Hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam tindakan:
◦ kondisi penderita saat itu
◦ keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
◦ lokasi kehamilan ektopik
◦ kondisi anatomik organ pelvis
◦ kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan
◦ kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat
Macam-Macam Kehamilan Ektopik
Kehamilan pars interstisialis tuba
Kehamilan ektopik ganda
Kehamilan ovarial
Kehamilan servikal
Kehamilan ektopik kronik (hematokel)
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan
darah yang cukup. Akan tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai