Anda di halaman 1dari 50

PRESENTASI KASUS

Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK)

Disusun Oleh :
Fariz Indra Bagus Wicaksono
2018790047

KEPANITERAAN KLINIK
PUSKESMAS PATARUMAN I
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASMUHAMMADIYAH JAKARTA
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. H
• Umur : 55 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status pernikahan : Menikah
• Pekerjaan :-
• Alamat : Ciktim
• Tanggal masuk RS ` : 28 maret 2019
ANAMNESIS
• Autoanamnesis tanggal 28 Maret 2019
• Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan
utama sesak napas sejak 4 hari sebelum masuk
puskesmas
Riwayat Penyakit Sekarang
 Keluhan utama sesak napas sejak 1 minggu
sebelum masuk puskesmas.
 Sesak napas makin memberat sejak 4 hari
sebelum masuk puskesmas.
 Sesak napas tidak dipengaruhi oleh aktivitas
pasien sehari-hari.
 Sesak napas berkurang dalam keadaan
bersandar atau sedang duduk.
 Akibat sesaknya pasien mengeluh sulit tidur
 Pasien mengeluh batuk sejak 4 hari sebelum masuk
puskesmas.
 Setiap hari, pasien bisa mengalami batuk sebanyak 5-
6x dan selalu mengeluarkan dahak berwarna putih
kekuningan
 Saat batuk pasien merasakan adanya sedikit nyeri
dada atau rasa sakit pada dadanya.
 Pasien juga mengeluh demam disertai nyeri kepala
sejak 4 hari sebelum masuk puskesmas.
 Demam terutama sore dan malam hari
 Nyeri kepala yang dirasakan pasien tidak menentu atau
hilang timbul.
 Sering lemas akibat sesak yang dialaminya.
 Mual (-) Muntah (-). Bak dan Bab dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu

DM (-)
Asma (-)
Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Asma (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
Keganasan (-)
Riwayat Riwayat Kehidupan
Pribadi, Sosial, dan Kebiasaan

Pasien adalah seorang (pengangguran).


Pasien mempunyai riwayat merokok
selama 40 tahun satu bungkus per hari
dan sudah berhenti 10 tahun terakhir
tetapi masih merokok sekali-kali dan
tidak memiliki riwayat minum minuman
beralkohol.
Riwayat Pengobatan

Saat sesak dan batuk hanya


membeli obat batuk di warung.
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 86 x/menit
• Suhu : 37,9º C
• Pernapasan : 30 x/menit
• Berat badan : 60 kg
Kelenjar Getah Bening

• Preaurikuler
: tidak teraba membesar
• Submandibula
: tidak teraba membesar
• Submental
: tidak teraba membesar
• Retroaurikuler
: tidak teraba membesar
• Sepanjang M. Sternokleidomastoideus
: tidak teraba membesar
• Supraklavikula
: tidak teraba membesar
• Axilla
: tidak teraba membesar
KEPALA TELINGA
• Ekspresi wajah : tampak sakit • Daun telinga :
sedang normotia/normotia
• Simetri muka : simetris • Serumen : +/+
• Rambut : distribusi
merata, warna hitam
• Sekret : -/-
• Membran timpani :
intak/intak (inspeksi)
MATA
• Exophthalmus : (-)
• Endophthalmus : (-) HIDUNG
• Konjungtiva : anemis (-) • Deformitas : tidak ada
• Sklera : ikterik (-) • Septum deviasi : -/-
• Lensa : jernih • Sekret : -/-
MULUT
LEHER
• Bibir : kering
• Kelenjar Tiroid
• Lidah : : tidak teraba membesar
normoglossia, tidak terdapat
kelainan • Kelenjar Limfe
• Mukosa : tidak : tidak teraba membesar
hiperemis, tidak terdapat kelainan
• Gigi : caries (+), oral hygiene cukup
baik
• Tonsil : T1-T1, tidak
hiperemis
• Dinding faring posterior: tidak
hiperemis, tidak terdapat massa
• Trismus : (-)
PARU PARU
INSPEKSI
• Tidak tampak efloresensi yang bermakna,
gerak pernafasan simetris, tidak tampak
pergerakan nafas yang tertinggal, sela iga
sedikit melebar, tulang iga dan sternum
agak cembung, retraksi otot-otot pernapasan
(+).
PALPASI
• Vocal fremitus simetris kiri dan kanan
tetapi lemah.
PERKUSI
• Hipersonor pada hemithorax kiri dan kanan.
AUSKULTASI
• Vesikular menurun, wheezing +/+, ronkhi basah kasar
+/+
JANTUNG
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba luas 2 jari lateral LMCS
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea parasternalis dekstra ics 4
Batas jantung kiri : ICS V linea mid clavicularis sin
Batas Atas : ICS II parasternal sin
Auskultasi : Suara jantung normal, Murmur (-), Gallop (-)
ABDOMEN
INSPEKSI
• Perut datar, simetris, spider navy (-), caput
medusae (-)
AUSKULTASI
• BU (+) normal
PALPASI
• Nyeri tekan tidak ada. Hepar, lien tidak teraba
membesar
PERKUSI
• Timpani di seluruh lapang abdomen.
EKSTREMITAS

Edema (-), akral hangat, CRT <2


detik
Diagnosis

• Penyakit Paru Obstruksi Kronis


Eksaserbasi Akut
• CAP (Community Acquired Pneumonia)
Diagnosis banding

• PPOK
• ASMA BRONKIALE
• PNEUMONIA
• CHF
• DYSPEPSIA
• PROGNOSIS
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Sanantionam : dubia ad malam
• Ad Fungsionam : ad malam
TATA LAKSANA

• Ciprofloxacin 2 x 500mg
• Salbutamol 3x 4 mg
• Nasteilcystein 3 x 200mg
• Dexamethasone 3 x 0,5mg
• Paracetamol 3 x 500mg
• TERIMA KASIH
TINJAUAN PUSTAKA
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara
di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.
Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus
memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
• Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia
pertengahan,
• Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
• Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di
dalam ruangan, luar ruangandan tempat kerja)
• Sesak pada saat melakukan aktivitas
Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak
bisa kembali normal).
FAKTOR RESIKO

• Genetik,
• Paparan partikel,
• Pertumbuhan dan Perkembangan paru,
• Stres oksidatif,
• Jenis kelamin,
• Umur,
• Infeksi saluran nafas,
• Status sosioekonomi,
• Nutrisi dan komorbiditas.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGY
DERAJAT PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan
Perkumpulan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai berikut :

PPOK Ringan
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak
1Spirometri:- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau- VEP1 /
KVP < 70%

PPOK Sedang
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat
aktivitas).Spirometri:- VEP1 / KVP < 70% atau- 50% < VEP1 < 80%
prediksi.

PPOK Berat
Gejala klinis:- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas
kronik.- Eksaserbasi lebih sering terjadi- Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri:- VEP1 / KVP < 70%,-
VEP1 < 30% prediksi atau- VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
SKALA SESAK PADA PPOK

Skala SesakSkala sesak dan Keluhan sesak


berkaitan dengan aktivitass
• Skala 0 :Tidak ada sesak kecuali dengan
aktivitas berat
• skala 1 :Sesak mulai timbul bila berjalan cepat
atau naik tangga satu tingkat
• skala 2 : Berjalan lebih lambat karena merasa
sesak
• skala 3 : Sesak timbul bila berjalan 100 m atau
setelah beberapa menit
• skala 4 : Sesak bila mandi atau berpakaian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rutin
1. Faal paru
• Spirometri
• Uji bronkodilator

2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit

3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain

Pemeriksaan Non Rutin

Analisis gas darah


Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
SPIROMETRI
Apakah Spirometri?
Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi
paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi
medis. Alat yang digunakan disebut
spirometeri

Tujuan :
• Mengukur volume paru secara statis dan
dinamik
• Menilai perubahan atau gangguan pada faal
paru
PRINSIP SPIROMETRI
• Mengukur kecepatan perubahan volume
udara di paru-paru selama pernafasan yang
dipaksakan atau disebut forced volume
capacity (FVC).
• Subyek menarik nafas secara maksimal dan
menghembuskannya secepat dan selengkap
mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap
nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan
usia, tinggi badan dan jenis kelamin
INDIKATOR SPIROMETRI
• Forced vital capacity (FVC)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah
inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
• Forced Expiratory volume in one second (FEV1)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik,
diukur dalam liter.
• FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa
sehat nilainya sekitar 75% - 80%
• FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
• Peak Expiratory Flow (PEF)
Kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal
ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
• FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran
(kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan
pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-
expiratory flow)
KLASIFIKASI PENILAIAN SPIROMETRI

• Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC)


< 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai
prediksi

• Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai


prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi

• Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC


< 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%
nilai prediksi.
UJI BRONKODILATOR
• Dilakukan dengan menggunakan
spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter.

• Setelah pemberian bronkodilator


inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20
menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau
APE < 20% nilai awal dan < 200 ml

• Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK


stabil
PENATALAKSANAAN
PPOK
PENATALAKSANAAN MEDIKAMENTOSA

• Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk
inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik
• Anti inflamasi
Metilprednisolon atau Prednison. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk
oral atau sistemikc.
• Mukolitik
Digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang
lengket dan kental
• Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk
yang sangat mengganggu.
PENATALAKSANAAN PENUNJANG

• Rehabilitasi
• Edukasi
• Berhenti merokok
• Latihan fisik
• respirasi
• Nutrisi
TERAPI OKSIGEN

• Harus berdasarkan analisa gas darah baik


pada penggunaan jangka panjang atau
pada eksaserbasi.
• Pemberian yang tidak berhati hati dapat
menyebabkan hiperkapnia dan
memperburuk keadaan.
• Penggunaan jangka panjang pada PPOK
stabil derajat berat dapat memperbaiki
kualitas hidup
VENTALASI MEKANIK

• Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU


pada eksaserbasi berat.
• Ventilasi mekanik noninvasif digunakan di
ruang rawat atau di rumah sebagai
perawatan lanjutan setelah eksaserbasi
pada PPOK berat
PROGNOSIS
Tergantung pada:
• Beratnya obstruksi
• Adanya kor pulmonale
• Kegagalan jantung kongestif
• Derajat gangguan analisa gas darah

Prognosis penyakit ini bervariasi. Bila pasien tidak berhenti


merokok, penurunan fungsi paru akan lebih cepat dari pada bila
pasien berhenti merokok.Prognosis jangka pendek maupun jangka
panjang bergantung pada umur dan gejala klinis pada waktu
berobat. Penderita dengan penyakit emfisema paru akan lebih baik
daripada penderita yang penyakitnya bronkitis kronik. Penderita
dengan sesak nafas ringan (<50 tahun), 5 tahun kemudian akan
terlihat ada perbaikan. Tetapi bila penderita datang dengan sesak
sedang, maka 5 tahun kemudian 42% penderita akan sesak lebih
berat dan meninggal.
DAFTAR PUSTAKA

• Penyakit Paru obstruktif dan penumonia. Available at:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33132/4/
Chapter%20II.pdf. Update ; Nov 31 2013. Accessed On:
29 January 2014.
• Niederman MS, Sarosi GA. Respiratory infection. In:
George RB, Light RW, Matthay MA, 2nd eds. Chest
medicine essentials of pulmonary and critical care
medicine. Baltimore: Williams & Wilkins, 307, 1990.
• Bartlett JG, Breiman RF, Mandell LA, File TM Jr:
Community Acquired Pneumonia in adults: Guidelines
for management. Clin Infect Dis 26:811-838, 1998
• Fishman : Pulmonary disease and disorders, fourth
edition, volume two, United States, 119:2097-2114, 2008

Anda mungkin juga menyukai