GASTROPATI OAINS
OLEH :
201510330311036
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih
jauh tentang gastropati OAINS terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi,
gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasinya.
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
dan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai gastropati OAINS
beserta patofisiologi dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Gastropati OAINS tersebar diseluruh dunia dengan prevelensi berbeda
tergantung pada sosial ekonomi, demografi dan dijumpai lebih banyak pada pria
usia lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah dengan puncak pada dekade
keenam. Di Amerika Serikat, diperkirakan 13 juta orang menggunakan NSAID
secara teratur. Sekitar 70 juta resep ditulis setiap tahun, dan 30 miliar NSAID
dijual setiap tahun. Dengan meluasnya penggunaan NSAID telah mengakibatkan
peningkatan prevalensi terjadi gastropati NSAID.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme NSAID menginduksi traktus gastrointestuinal tidak
sepenuhnya dipahami. Dalam sebuah referensi, NSAID merusak mukosa lambung
melalui 2 mekanisme yaitu tropikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara
tropikal terjadi karena NSAID bersifat asam dan lipofili, sehingga mempermudah
trapping ion hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik
NSAID lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi
prostaglandin menurun secara bermakna. Seperti diketahui prostaglandin
merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek
sitoproteksi itu dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa,
meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat dan meningkakan epitel
defensif. Ia memperkuat sawar mukosa lambung duodenum dengan meningkatkan
kadar fosfolipid mukosa sehingga meningkatkan hidrofobisitas permukaan
mukosa, dengan demikian mencegah/mengurangi difusi balik ion hidrogen. Selain
itu, prostaglandin juga menyebabkan hiperplasia mukosa lambung duodenum
(terutama di antara antrum lambung), dengan memperpanjang daur hidup sel-sel
epitel yang sehat (terutama sel-sel di permukaan yang memproduksi mukus),
tanpa meningkatkan aktivitas proliferasi.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien gastropati NSAID, terdiri dari non-
mediamentosa dan medikamentosa. Pada terapi non-medikametosa, yakni berupa
istirahat, diet dan jika memungkinkan, penghentian penggunaan NSAID. Secara
umum, pasien dapat dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau
ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap di rumah sakit.
Pada pasien dengan disertai tukak, dapat diberikan diet lambung yang
bertujuan untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung, mencegah dan menetralkan asam lambung yang
berlebihan serta mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin. Adapun syarat diet
lambung yakni:
1. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk
menerima
3. Rendah lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan
secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perseorangan)
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-
48jam untuk memberikan istirahat ada lambung.
Penanganan perlukaan mukosa karena OAINS terdiri dari penanganan
terhadap ulkus aktif dan pencegahan primer terhadap perlukaan di kemudian hari.
Idealnya, OAINS dihentikan sebagai langkah pertama terapi ulkus. Selanjutnya,
pada penderita diberikan obat penghambat sekresi asam (penghambat H, PPIs).
Akan tetapi, penghentian OAINS tidak selalu memungkinkan karena beratnya
penyakit yang mendasari. Penggunaan protein pump inhibitor (PPI) berhubungan
dengan penyembuhan ulkus dan mencegah relaps pada penderita yang
menggunakan OAINS jangka panjang.
Obat Gastroprotektif
- Antagonis Reseptor H2
Dengan struktur serupa dengan histamin, antagonis reseptor H tersedia dalam
empat macam obat yaitu simetidin,ranitidin, famotidin, dan nizatidin. Walaupun
setiap obat memiliki potensi berbeda, seluruh obat secara bermakna menghambat
sekresi asam secara sebanding dalam dosisterapi. Tingkat penyembuhan ulkus
sama ketika digunakan dalam dosis yang tepat. Dua kali sehari dengan dosis
standar dapat menurunkan angka kejadian ulkus gaster. Selain itu, antagonis
reseptor H dapat menurunkan risiko tukak duodenum tetapi perlindungan terhadap
tukak lambung rendah. Dosis malam yang sesuai adalah ranitidin 300 mg,
famotidin 40 mg dan nizatidin 300 mg.
- Proton Pump (H+,K+, 5-ATPase) Inhibitors
Proton pump inhibitors merupakan pilihan komedikasi untuk mencegah gastropati
OAINS. Obat ini efektif untuk penyembuhan ulkus melalui mekanisme
penghambatan HCl, menghambat pengasaman fagolisosom dari aktivasi neutrofil,
dan melindungi sel epitel serta endotel dari stres oksidatif melalui induksi haem
oxygenase-1 (HO-1). Enzim HO-1 adalah enzim pelindung jaringan dengan
fungsi vasodilatasi, anti inflamasi, dan antioksidan. Waktu paruh PPIs adalah
18 jam dan dibutuhkan 2-5 hari untuk menormalkan kembali sekresi asam
lambung setelah pemberian obat dihentikan. Efikasi maksimal didapatkan pada
pemberian sebelum makan. Obat PPI menyebabkan pengurangan gejala klinis
dispepsia karena OAINS dibanding antagonis reseptor H maupun miso-prostol.
Lansoprazol dan misoprostol dosis penuh secara klinis menunjukkan efek
ekuivalen. Esomeprazole 20 dan 40 mg meredakan gejala gastrointestinal bagian
atas pada penderita yang tetap menggunakan OAINS.
- Analog Prostaglandin
Misoprostol adalah analog prostaglandin E yang digunakan secara lokal untuk
mengganti PG yang dihambat oleh OAINS. Analog PG meningkatkan sekresi
mukus bikarbonat, stimulasi aliran darah mukosa dan menurunkan pergantian sel
mukosa. Namun demikian, misoprostol tidak mengurangi keluhan dispepsia.
Toksisitas paling sering adalah diare (angka kejadian 10-30%). Toksisitas lainnya
dapat berupa kontraksi dan perdarahan uterus. Dosis terapi standar dengan
misoprostol adalah 200 ìg empat kali sehari.
2.8 Komplikasi
Pada gastropati NSAID, dapat terjadi ulkus, yang memiliki beberapa
komplikasi yakni:
Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus
peptikum adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang
menembus ke dalam rongga peritoneal tanpa disertai tanda.
Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa
lambung ke dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau
omentum hepatik.
Obstruksi pilorik terjadi bila area distal pada sfingter pilorik menjadi
jaringan parut dan mengeras karena spasme atau edema atau karena
jaringan parut yang terbentuk bila ulkus sembuh atau rusak.
Selain terjadinya gangguan di saluran gastrointestinal, penggunanaan
NSAID yang berlebihan, dapat menyebabkan berbagai efek samping lain, baik di
ginjal, pada kulit, maupun sistem syaraf.
BAB III
KESIMPULAN
2. Hirlan, 2006, Gastritis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Suyono, S.
6. Hirlan, 2006, Gastritis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Suyono, S.