RHEUMATOID ARTHRITIS
PENDAHULUAN
Rheumatoid arthritis (RA) atau sering juga disebut artritis reumatoid (AR) merupakan salah satu
jenis penyakit rematik yang merupakan penyakit autoimun. Jenis penyakit rematik bermacam-
macam. Lebih kurang terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik. Penyakit rematik memiliki
gejala yang mirip satu dengan yang lain. Masyarakat umumnya menganggap semua penyakit
rematik disebabkan oleh asam urat, padahal penyakit rematik karena asam urat (reumatoid gout)
hanya terjadi sekitar 7% dari keseluruhan penyakit rematik. Penyakit reumatoid artritis
merupakan salah satu penyakit rematik yang termasuk jarang dijumpai, namun bila tidak diobati,
1. Anamnesa
Pemeriksaan anamnesa merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang dokter
dikeluhkan oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah usaha dari dokter untuk
menggali informasi tentang penyakit pasien sehingga di dapat diagnosa dari penyakit
pasien, riwayat penyakit pasien, gejala-gejala yang timbul, pengobatan yang telah
saat diam/istirahat dan pada saat bergerak. Dan dapat juga dilakukan palpasi untuk
beberapa hal seperti yang akan dibahas. Inspeksi deformitas sangat perlu dilakukan pada
sendi-sendi yang terserang RA ini, selain daripada deformitas pada saat diam juga perlu
dilakukan inspeksi pada saat bagian tersebut coba digerakan. Hal ini bertujuan untuk
menentukan apakah tungkai tersebut mengalami deformitas yang dapat dikoreksi atau
deformitas yang sudah tidak dapat dikoreksi. Deformitas yang dapat dikoreksi apabila
deformitas tersebut masih dapat digerakan yang diakibatkan oleh penumpukan jaringan
lunak. Sedangkan deformitas yang tidak dapat dikoreksi biasanya disebabkan oleh
restriksi kapsul sendi atau kerusakan sendi. Pemeriksaan inspeksi lainnya yaitu melihat
benjolan apabila terdapat benjolan pada sendi pasien. Hal yang patut diperhatikan adalah
ukuran dari benjolan, suhu, warna kulit di sekitar benjolan. Bisanya pada penderita RA
benjolannya akan berwarna kemerahan, teraba panas, dan akan berasa nyeri. Untuk
mendeteksi kelainan sekunder yang mungkin terjadi yaitu mencari kelainan yang
timbulnya febris yang bersifat sistemik. Pergerakan beserta bunyi apabila digerakan juga
dikenal sebagai faktor rheumatoid. Pada sekitar 80% dari kasus RA, tes darah
mengungkapkan faktor rheumatoid. Dapat juga muncul dalam tes darah orang-orang
dengan penyakit lain. Namun, ketika muncul pada pasien dengan nyeri rematik di kedua
sisi tubuh, ini adalah indikator kuat tipe 2 RA. Adanya rheumatoid faktor plus bukti
kerusakan tulang pada foto sinar-x juga menunjukkan kesempatan yang signifikan bagi
sed) mengukur seberapa cepat sel-sel darah merah (eritrosit) turun ke bagian bawah
tabung gelas yang baik yang penuh dengan darah pasien. Semakin tinggi tingkat sed
semakin besar peradangan. Namun, tingkat sed bisa tinggi pada berbagai kondisi, mulai
dari infeksi peradangan untuk tumor. Tes ini digunakan, maka, bukan untuk diagnosis,
mempertimbangkan indeks massa tubuh ketika mengevaluasi CRP pada diagnosis RA.
Antibodi anti-PKC Test. Kehadiran antibodi untuk citrullinated peptida siklik (PKC)
faktor rheumatoid tes, tes antibodi PKC adalah prediksi terbaik yang pasien akan terus
mengembangkan RA parah.
Tes untuk Anemia. Anemia adalah komplikasi umum. Tes darah sering diperlukan untuk
menentukan jumlah sel darah merah (hemoglobin dan hematokrit) dan besi (transferin
Radiologi
X-Rays. Sinar-X umumnya belum membantu untuk mendeteksi keberadaan awal
rheumatoid arthritis karena mereka tidak bisa menampilkan gambar dari jaringan lunak.
Dexa Scans. Penggunaan teknik yang dikenal sebagai dual energi x-ray absorptiometry
Namun, mungkin berguna dalam mendeteksi hilangnya tulang awal pada rheumatoid
arthritis (2 - 27 bulan setelah awal). Bukti kerusakan pada x-ray bersama dengan
peningkatan faktor rheumatoid prediksi yang signifikan bagi kerusakan sendi yang
progresif. Anda seharusnya tidak melakukan tes jika anda hamil atau berpikir bahwa
ultrasound (QUS) dapat membantu dalam RA. PDUS mungkin dapat diandalkan untuk
memantau aktivitas peradangan di sendi. QUS, yang digunakan untuk osteoporosis, dapat
mendeteksi hilangnya tulang di jari-jari, yang dapat membuktikan menjadi indikator yang
alat yang disebut MRI ekstremitas dapat mendeteksi erosi tulang di tangan pasien RA di
Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan
kronis sendi-sendi. Rheumatoid arthritis dapat juga menyebabkan peradangan dari jaringan
sekitar sendi-sendi, begitu juga pada organ-organ lain dalam tubuh. Penyakit autoimun adalah
penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh dengan sembarangan (salah mengira)
diserang oleh sistim imunnya sendiri. Sistim imun adalah suatu organisasi yang kompleks dari
sel-sel dan antibodi-antibodi yang diciptakan secara normal untuk mencari dan membasmi
sendiri, dimana mereka dapat berkaitan dengan peradangan. Karena ia dapat mempengaruhi
beragam organ-organ tubuh lain, rheumatoid arthritis dirujuk sebagai suatu penyakit sistemik dan
Ketika rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit kronis, berarti ia dapat berlangsung tahunan,
bagaimanapun, rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit yang progresif yang berpotensi
Suatu sendi adalah dimana dua tulang-tulang bertemu untuk mengizinkan gerakan dari bagian-
bagian tubuh. Arthritis berarti peradangan sendi. Peradangan sendi dari rheumatoid arthritis
Pada beberapa pasien-pasien dengan rheumatoid arthritis, peradangan kronis menjurus pada
kerusakkan dari tulang rawan (cartilage), tulang, dan ligamen-ligamen, menyebabkan kelainan
bentuk sendi-sendi. Kerusakan pada sendi-sendi dapat terjadi pada awal penyakit dan dapat
menjadi progresif. Lagi pula, studi-studi telah menunjukan bahwa kerusakan yang progresif pada
sendi-sendi tidak harus berkorelasi dengan derajat dari nyeri, kekakuan, atau pembengkakan
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit rematik (rheumatic) yang umum, mempengaruhi
kira-kira 1,3 juta orang-orang di Amerika, menurut data sensus yang sekarang. Penyakit ini
adalah tiga kali lebih umum pada wanita-wanita daripada pada pria-pria. Ia menyebabkan sakit
pada orang-orang dari semua suku bangsa secara sama-sama. Penyakitnya dapat mulai pada
segala umur, namun ia paling sering mulai setelah umur 40 tahun dan sebelun umur 60 tahun.
Kriteria diagnostik AR disusun untuk pertama kalinya oleh suatu komite khusus dari American
Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1956. Karena kriteria tersebut dianggap tidak
spesifik dan terlalu rumit untuk digunakan dalam klinik, komite tersebut melakukan peninjauan
Dengan kriteria tahun 1958 ini ini seseorang dikatakan menderita AR klasik jika memenuhi 7
dari 11 kriteria yang ditetapkan, definit jika memenuhi 5 kriteria, probable jika memenuhi 3
kriteria dan possible jika hanya memenuhi 2 kriteria saja. Walaupun kriteria tahun 1958 ini telah
digunakan selama hampir 30 tahun, akan tetapi dengan terjadinya perkembangan pengetahuan
yang pesat mengenai AR, ternyata diketahui bahwa dengan menggunakan kriteria tersebut
banyak dijumpai kesalahan diagnosis atau dapat me-masukkan jenis artritis lain seperti
Pembagian AR sebagai classic, definite, probable dan possible, secara klinis juga dianggap tidak
relevan lagi. Hal ini disebabkan karena dalam praktek sehari hari, tidak perlu dibedakan penata-
laksanaan AR yang classic dari AR definite. Selain itu seringkali penderita yang terdiagnosis
Walaupun peranan faktor reumatoid dalam pato-genesis AR belum dapat diketahui dengan jelas,
da-hulu dianggap penting untuk memisahkan kelompok penderita seropositif dari seronegatif.
Akan tetapi pada faktanya, faktor reumatoid seringkali tidak dapat dijumpai pada stadium dini
penyakit atau pembentukan nya dapat ditekan oleh disease modifying anti-rheumatic drugs
(DMARD). Selain itu spesifisitas faktor reumatoid ternyata tidak dapat diandalkan karena dapat
pula dijumpai pada beberapa penyakit lain. Dua kriteria tahun 1958 yang lain seperti analisis
bekuan musin dan biopsi membran sinovial memerlukan prosedur invasif sehingga tidak praktis
Dengan menggabungkan variabel yang paling sensitif dan spesifik pada 262 penderita AR dan
262 penderita kontrol, pada 1987 ARA berhasil dilakukan revisi susunan kriteria klasifikasi
reumatoid artritis dalam format tradisional yang baru. Susunan kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan yang terjadi pada pagi hari selama kurang
lebih 1 jam sebelum perbaikan maximal
2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak/persendian/lebih efusim
sendi/lebih pada 3 sendi/lebih secara bersamaan
3 Artritis pada persendian Pembengkakan satu persendian tangan
tangan
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi
organ
5 Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang/permukaan
ekstensor
6 Faktor rheumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor rheumatoid serum
positif yang diperiksa dengan cara memberikan hasil positif <
5% kelompok kontrol yang diperiksa
Penderita dikatakan menderita AR jika memenuhi sekurang kurangnya kriteria 1 sampai 4 yang
Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan
sendi dan tulang disekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer pada tangan
dan kaki yang umum nya bersifat simetris. Pada kasus AR yang jelas diag-nosis tidak
begitu sulit untuk ditegakkan. Akan tetapi pada masa permulaan penyakit, seringkali gejala
AR tidak bermanifestasi dengan jelas, sehingga kadang kadang timbul kesulitan dalam
berlangsung kronis ini, seorang dokter tidak perlu terlalu cepat untuk menegakkan
diagnosis yang pasti. Adalah lebih baik untuk menunda diagnosis AR selama beberapa
bulan dari pada gagal mendiagnosis terdapatnya jenis artritis lain yang seringkali memberi-
kan gejala yang serupa. Pada penderita harus diberi tahukan bahwa semakin lama
diagnosis AR tidak dapat ditegakkan dengan pasti oleh seorang dokter yang
Gejala-gejala rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada derajat peradangan jaringan.
surut/mereda, penyakitnya tidak aktif (dalam remisi). Remisi-remisi dapat terjadi secara spontan
umumnya merasa baik. Ketika penyakitnya kembali aktif (kambuh), gejala-gejala kembali.
Kembalinya aktivitas penyakit dan gejala-gejala disebut suatu flare. Perjalanan dari rheumatoid
arthritis bervariasi dari pasien ke pasien, dan periode-periode dari flare-flare dan remisi-remisi
adalah khas.
Ketika penyakit aktif, gejala-gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan nafsu makan, demam
derajat rendah, nyeri-nyeri otot dan sendi, dan kekakuan. Kekakuan otot dan sendi biasanya
paling terasa pada pagi hari dan setelah periode-periode ketidakaktifan. Arthritis adalah umum
selama flare-flare penyakit. Juga selama flare-flare, sendi-sendi seringkali menjadi merah,
bengkak, sakit, dan sensitif. Ini terjadi karena jaringan pelapis dari sendi (synovium) meradang,
berakibat pada produksi cairan sendi (synovial fluid) yang berlebihan. Synovium juga menebal
Pada rheumatoid arthritis, beragam sendi-sendi biasanya meradang dalam suatu pola yang
simetris (kedua sisi tubuh terpengaruh). Sendi-sendi kecil dari kedua tangan-tangan dan
mudah, seperti memutar tombol-tombol pintu dan membuka botol-botol dapat menjadi sulit
selama flare-flare. Sendi-sendi kecil dari kaki juga biasanya terlibat. Adakalanya, hanya satu
sendi yang meradang. Ketika hanya satu sendi yang terlibat, arthritis dapat meniru peradangan
sendi yang disebabkan oleh bentuk-bentuk arthritis lain, seperti gout atau infeksi sendi.
Peradangan kronis dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan-jaringan tubuh, tulang rawan
(cartilage) dan tulang. Ini menjurus pada suatu kehilangan tulang rawan dan erosi dan kelemahan
dari tulang-tulang dan begitu juga otot-otot, berakibat pada kelainan bentuk, kehancuran, dan
kehilangan fungsi dari sendi. Jarang, rheumatoid arthritis dapat bahkan mempengaruhi sendi
yang bertanggung jawab pada pengencangan pita-pita suara kita untuk merubah nada suara kita,
sendi cricoarytenoid. Ketika sendi ini meradang, ia dapat menyebabkan keparauan suara.
Karena rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit sistemik, peradangannya dapat mempengaruhi
organ-organ dan area-area tubuh lain daripada sendi-sendi. Peradangan dari kelenjar-kelenjar
mata-mata dan mulut dapat menyebabkan kekeringan dari area-area ini dan dirujuk sebagai
sindrom Sjogren. Peradangan rheumatoid dari selaput/pelapis paru (pleuritis) menyebabkan
sakit dada dengan bernapas yang dalam atau batuk. Jaringan paru sendiri dapat juga meradang,
disebut pericarditis, dapat menyebabkan suatu sakit dada yang secara khas berubah dalam
intensitas ketika berbaring atau bersandar kedepan. Penyakit rheumatoid dapat mengurangi
jumlah sel-sel darah merah (anemia) dan sel-sel darah putih. Sel-sel putih yang berkurang dapat
dikaitkan dengan suatu pembesaran limpa (dirujuk sebagai sindrom Felty) dan dapat
nodules) dapat terjadi sekitar siku-siku dan jari-jari tangan dimana seringkali ada tekanan.
Meskipun nodul-nodul ini biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala, adakalanya mereka dapat
terinfeksi. Suatu komplikasi serius yang jarang, biasanya dengan penyakit rheumatoid yang
sudah berjalan lama, adalah peradangan pembuluh darah (vasculitis). Vasculitis dapat merusak
penyediaan darah pada jaringan-jaringan dan menjurus pada kematian jaringan. Ini paling sering
awalnya terlihat sebagai area-area hitam yang kecil sekali sekitar dasar-dasar kuku atau sebagai
borok-borok kaki.
Patofisiologi
Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui. Walaupun agen-agen infeksius seperti virus-virus,
bakteri-bakteri, dan jamur telah lama dicurigai, tidak satupun telah dibuktikan sebagai penyebab.
Penyebab rheumatoid arthritis adalah suatu area penelitian yang sangat aktif diseluruh dunia.
atau faktor-faktor dalam lingkungan mungkin mencetuskan sistim imun untuk menyerang
jaringan-jaringan tubuh sendiri, berakibat pada peradangan pada beragam organ-organ tubuh
Tanpa peduli pada pencetus yang tepat, akibatnya adalah suatu sistim imun yang disiapkan untuk
memajukan peradangan pada sendi-sendi dan adakalanya jaringan-jaringan lain dari tubuh. Sel-
sel imun, disebut lymphocytes, diaktifkan dan pesuruh-pesuruh (kurir) kimia (cytokines, seperti
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis AR terjadi akibat rantai peristiwa
Suatu antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen
presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik
atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya.
Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD 4+ bersama dengan determinan
HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks
trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan
oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan mengekspresi reseptor
interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang diekskresi oleh sel CD4+ akan
mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan akan menyebabkan
terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD 4+ ini akan berlangsung terus
selama antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD 4+ yang telah teraktivasi
juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor β (TNF-
(GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan
aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi
antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan membentuk
kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks
permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan
bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular
membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan dan pembebasan
radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease neutral (collagenase dan
stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang Radikal oksigen bebas dapat
penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan
Prostaglandin E2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat merangsang terjadinya
resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNFβ. Rantai peristiwa imunologis ini
sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan
tetapi pada AR, antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur
persendian, sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya destruksi
persendian pada AR kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor
reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 %
pasien AR. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi
sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga
histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam
patogenesis AR. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah
perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai
Konsep Pengobatan AR
Walaupun hingga kini belum berhasil didapatkan suatu cara pencegahan dan pengobatan AR
3. Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam
keadaan baik.
4. Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persen dian yang terlibat agar sedapat
Dalam pengobatan AR umumnya selalu dibutuh kan pendekatan multidisipliner. Suatu team yang
idealnya terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasional, pekerja sosial, ahli
farmasi, ahli gizi dan ahli psikologi, semuanya memiliki peranan masing masing dalam
penyakit ini. Pertemuan berkala yang teratur antara penderita dan keluarganya dengan team
pengobatan ini umumnya akan memungkinkan penatalaksanaan penderita menjadi lebih baik dan
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera
berusaha untuk membina hubungan yang baik antara penderita dan keluarganya dengan dokter
atau team pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini agaknya akan sukar
untuk dapat memelihara ketaatan penderita untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang
cukup lama.
Penerangan tentang kemungkinan faktor etiologi, patogenesis, riwayat alamiah penyakit dan
penatalaksanaan AR kepada penderita merupakan hal yang amat penting untuk dilakukan.
Dengan penerangan yang baik mengenai penyakitnya, penderita AR diharapkan dapat melakukan
kontrol atas perubahan emosional, motivasi dan kognitif yang terganggu akibat penyakit ini.
Saat ini terdapat telah banyak publikasi tentang manfaat pendidikan dini pada penderita AR.
Salah satu yang banyak dilaksanakan di Amerika Serikat dan Kanada adalah adalah The
Arthritis Self Management Program, yang diperkenalkan oleh Lorig dkk. dari Stanford
Pengobatan RA dibagi dua, yaitu terapi menggunakan obat, dan terapi non obat seperti
Pengobatan dengan menggunakan obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying anti
kekurangan dari penggunaan obat tersebut adalah efek samping yang ditimbulkan cukup besar,
prosedur penggunaan cukup rumit, efek lambat, dan angka kegagalan yang cukup besar.
Penggunaan agen biologi yang mekanisme kerjanya menginaktivasi sel T memiliki keuntungan
bekerja lebih cepat, efek samping yang sedikit, dan angka keberhasilan yang cukup tinggi.
Namun kekurangan penggunaan agen biologi dalam pengobatan RA adalah harganya yang cukup
mahal bagi kebanyakan masyarakat. Yang perlu diingat adalah bahwa kunci keberhasilan
pengobatan RA yaitu diagnosa dini dan pengobatan awal yang prograsif, yaitu sesegera mungkin
menggunakan obat pengubah perjalanan penyakit (DMARD) bila diagnosa telah ditegakkan.
reumatoid artritis belum dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol sampai tercapainya tingkat
remisi (sembuh sementara), di mana gejala penyakit terutama kerusakan sendi dapat dihentikan.
Merawat Rheumatoid Arthritis
Tidak ada penyembuhan rheumatoid arthritis yang diketahui. Sampai sekarang, tujuan perawatan
rheumatoid arthritis adalah mengurangi peradngan dan nyeri sendi, memaksimalkan fungsi sendi,
dan mencegah kerusakan dan kelainan bentuk sendi. Intervensi medis yang dini telah ditunjukan
adalah penting dalam memperbaiki hasil-hasil akhir. Manajemen yang agresif dapat
memperbaiki fungsi, menghentikan kerusakan pada sendi seperti terlihat pada x-rays, dan
mencegah ketidakmampuan untuk bekerja. Perawatan yang optimal untuk penyakit melibatkan
suatu kombinasi dari obat-obatan, istirahat, latihan-latihan yang menguatkan sendi, perlindunga
sendi, dan pendidikan pasien (dan keluarga). Perawatan disesuaikan menurut banyak faktor-
faktor seperti keaktifan penyakit, tipe-tipe sendi yang terlibat, kesehatan umum, umur, dan
pekerjaan pasien. Perawatan adalah paling sukses ketika ada suatu kerjasama yang erat antara
Dua kelompok dari obat-obatan digunakan dalam merawat rheumatoid arthritis: "obat-obat baris
pertama"yang bekerja cepat dan "obat-obat baris kedua" yang bekerja lambat (juga dirujuk
drugs atau DMARDs). Obat-obat baris pertama, seperti aspirin dan cortisone (corticosteroids),
digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Obat-obat baris kedua yang bekerja lambat,
penyakit dan mencegah kerusakan sendi yang progresif, namun mereka bukan agen-agen anti-
peradangan.
Derajat pengrusakan dari rheumatoid arthritis bervariasi dari pasien ke pasien. Pasien-pasien
dengan bentuk-bentuk penyakit yang bersifat kurang merusak yang tidak umum atau penyait
yang telah diam setelah aktivitas bertahun-tahun ("burned out" rheumatoid arthritis) dapat
kerusakan sendi jika dirawat lebih awal dengan obat-obat baris kedua (disease-modifying
memerlukan obat-obat baris kedua yang lebih agresif, seperti methotrexate, sebagai tambahan
pada agen-agen anti-peradangan. Adakalanya obat-obat baris kedua ini digunakan dalam
kombinasi. Pada beberapa pasien-pasien dengan kelainan bentuk sendi yang berat, operasi
mungkin diperlukan.
mengurangi peradangan jaringan, nyeri, dan bengkak. NSAIDs bukan cortisone. Aspirin, dalam
dosis-dosis lebih tinggi daripada yang digunakan untuk merawat sakit kepala dan demam, adalah
suatu obat anti-peradangan yang efektif untuk rheumatoid arthritis. Aspirin telah digunakan
untuk persoalan-persoalan sendi sejak era Mesir kuno. NSAIDs yang lebih baru adalah seefektif
aspirin dalam mengurangi peradangan dan nyeri dan memerlukan dosis-dosis yang lebih sedikit
per hari. Respon-respon pasien pada obat-obat NSAID yang berbeda adalah bervariasi. Oleh
karenanya, adalah bukan tidak umum untuk seorang dokter mencoba beberapa obat-obat NSAID
dalam rangka untuk mengidentifikasi agen-agen yang paling efektif dengan efek-efek sampingan
yang paling sedikit. Efek-efek sampingan yang paling umum dari aspirin dan NSAIDs lain
termasuk gangguan lambung, nyeri perut, borok-borok, dan bahkan perdarahan pencernaan
melindungi lambung dari efek-efek borok NSAIDs. Obat-obat ini termasuk antacids, sucralfate
NSAIDs yang lebih baru termasuk selective Cox-2 inhibitors, seperti celecoxib (Celebrex),
yang menawarkan efek-efek antiperadangan dengan risiko iritasi dan perdarahan lambung yang
lebih kecil.
Obat-obat kortikosteroid dapat diberikan secara oral (melalui mulut) atau disuntikan langsung
kedalam jaringan-jaringan dan sendi-sendi. Mereka lebih berpotensi daripada NSAIDs dalam
mengurangi peradangan dan dalam pemulihan mobilitas dan fungsi sendi. Kortikosteroid-
penyakit yang berat atau ketika penyakit tidak merespon pada NSAIDs. Bagaimanapun,
ketika diberikan dalam dosis-dosis tinggi untuk periode-perode waktu yang panjang. Efek-efek
sampingan termasuk kenaikan berat badan, muka yag bengkak, penipisan kulit dan tulang,
mudah memar, katarak-katarak, risiko infeksi, penyusutan otot, dan kerusakan sendi-sendi besar,
risiko mendapat infeksi-infeksi. Efek-efek sampingan ini dapat sebagian dihindari dengan
menjurus pada flare-flare penyakit atau gejala-gejala lain dari penarikan kortikosteroid-
kortikosteroid dan tidak dianjurkan. Penipisan tulang-tulang yang disebabkan oleh osteoporosis
Dimana obat-obat baris pertama (NSAIDs dan corticosteroids) dapat menghilangkan peradangan
dan nyeri sendi, mereka tidak harus mencegah kerusakan atau kelainan bentuk sendi.
Rheumatoid arthritis memerlukan obat-obat yang lain daripada NSAIDs dan corticosteroids
untuk menghentikan kerusakan yang progresif pada tulang rawan (cartilage), tulang, dan
jaringan-jaringan lunak yang berdekatan. Obat-obat yang diperlukan untuk manajemen penyakit
yang ideal juga dirujuk sebagai obat-obat anti-rematik yang memodifikasi penyakit atau disease-
modifying anti-rheumatic drugs atau DMARDs. Mereka datang dalam suatu bentuk-bentuk yang
beragam dan didaftar dibawah. Obat-obat baris kedua atau yang bekerja lambat mungkin
digunakan untuk periode-periode waktu yang panjang, bahkan bertahun-tahun, pada dosis-dosis
yang bervariasi. Jika efektif, DMARDs dapat mempromosikan remisi, dengan demikian
memperlambat kemajuan dari kerusakan dan kelainan bentuk sendi . Adakalanya sejumlah obat-
obat baris kedua digunakan bersama-sama sebagai terapi kombinasi. Seperti dengan obat-obat
baris pertama, dokter mungkin perlu menggunakan obat-obat baris kedua yang berbeda sebelum
perawatannya optimal.
Penelitian akhir-akhir ini menyarankan bahwa pasien-pasien yang merespon pada suatu DMARD
dengan kontrol dari penyakit rheumatoid mungkin sebenarnya mengurangi risiko yang diketahui
(kecil namun nyata) dari lymphoma yang hadir hanya dengan mempunyai rheumatoid arthritis.
DMARDs ditinjau ulang berikutnya. Hydroxychloroquine (Plaquenil) dikaitan dengan quinine
dan juga digunakan dalam perawatan malaria. Ia digunakan melaui periode-periode yang panjang
untuk perawatan rheumatoid arthritis. Efek-efek sampingan yang mungkin termasuk gangguan
lambung, ruam-ruam kulit (skin rashes), kelemahan otot, dan perubahan-perubahan penglihatan.
Sulfasalazine (Azulfidine) adalah suatu obat oral yang secara tradisional digunakan dalam
perawatan penyakit peradangan usus besar yang ringan sampai beratnya sedang, seperti radang
borok usus besar atau ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Azulfidine digunakan untuk
merawat rheumatoid arthritis dalam kombinasi dengan obat-obat anti peradangan. Azulfidine
umumnya ditolerir dengan baik. Efek-efek sampingan yang umum termasuk ruam (rash) dan
gangguan lambung. Karena Azulfidine terbentuk dari senyawa-senyawa sulfa dan salicylate, ia
Methotrexate telah memenangkan popularitas diantara dokter-dokter sebagai suatu obat baris
kedua awal karena keduanya yaitu keefektifan dan efek-efek sampinganya yang relatif jarang. Ia
juga mempunyai suatu keuntungan dalam fleksibilitas dosis (dosisnya dapat disesuaikan menurut
sumsum tulang dan hati, bahkan jarang menyebabkan sirosis. Semua pasien-pasien yang
mengkonsumsi methotrexate memerlukan tes-tes darah secara teratur untuk memonitor jumlah-
Garam-garam emas (Gold salts) telah digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis sepanjang
kebanyakan abad yang lalu. Gold thioglucose (Solganal) dan gold thiomalate (Myochrysine)
diberikan dengan suntikan, awalnya pada suatu dasar mingguan untuk berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Emas oral, auranofin (Ridaura), diperkenalkan pada tahun sembilan belas
delapan puluhan (1980s). Efek-efek sampingan dari emas (oral dan yang disuntikan) termasuk
ruam kulit (skin rash), luka-luka mulut, kerusakan ginjal dengan kebocoran protein dalam urin,
dan kerusakan sumsum tulang dengan anemia dan jumlah sel putih yang rendah. Pasien-pasien
yang menerima perawatan emas dimonitor secara teratur dengan tes-tes darah dan urin. Emas
oral dapat menyebabkan diare. Obat-obat emas ini telah begitu kehilangan kesukaan sehingga
dengan bentuk-bentuk rheumatoid arthritis yang progresif. Efek-efek sampingan adalah serupa
dengan yang dari emas. Mereka termasuk demam, kedinginan, luka-luka mulut, suatu rasa
metal/logam dalam mulut, ruam kulit, kerusakan ginjal dan sumsum tulang, gangguan lambung,
dan mudah memar. Pasein-pasien pada obat ini memerlukan tes-tes darah dan urin yang rutin. D-
Obat-obat penekan imun adalah obat-obat sangat kuat yang menekan sistim imun tubuh.
Sejumlah obat-obat penekan imun digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis. Mereka
(Sandimmune). Karena efek-efek sampingan yang berpotensi serius, obat-obat penekan imun
(lain daripada methotrexate) umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan penyakit yang
sangat agresif atau mereka yang dengan komplikasi-komplikasi peradangan rheumatoid yang
serius, seperti peradangan pembuluh darah (vasculitis). Pengecualian adalah methotrexate, yang
tidak seringkali dikaitkan dengan efek-efek sampingan yang serius dan dapat secara hati-hati
dimonitor dengan pengujian darah. Methotrexate telah menjadi suatu obat baris kedua yang
Obat-obat penekan imun dapat menekan fungsi sumsum tulang dan menyebabkan anemia, suatu
jumlah sel putih yang rendah, dan jumlah-jumlah platelet yang rendah. Suatu jumlah putih yang
rendah dapat meningkatkan risiko infeksi-infeksi, dimana suatu jumlah platelet yang rendah
dapat meningkatkan risiko perdarahan. Methotrexate jarang dapat menjurus pada sirosis hati dan
reaksi-reaksi alergi pada paru. Cyclosporin dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hipertensi
(tekanan darah tinggi). Karena efek-efek sampingan yang berpotensi serius, obat-obat penekan
imun digunakan dalam dosis-dosis rendah, biasanya dalam kombinasi dengan agen-agen anti
peradangan.
Obat-obat baris kedua yang lebih baru untuk perawatan rheumatoid arthritis termasuk
penyakit. Ia tampaknya bekerja dengan memblokir aksi dari suatu enzim yang penting yang
mempunyai suatu peran dalam pengaktifan imun. Arava dapat menyebabkan penyakit hati, diare,
kehilangan rambut, dan/atau ruam (rash) pada beberapa pasien-pasien. Ia harus tidak dikonsumsi
Obat-obat lain mewakili suatu pendekatan baru pada perawatan rheumatoid arthritis dan adalah
produk-produk bioteknologi modern. Ini dirujuk sebagai obat-obat biologi atau pemodifikasi-
yang sangat kuat pada penghentian kerusakan sendi yang progresif. Pada umumnya, metode-
menangkap/mencegat suatu protein dalam sendi-sendi (tumor necrosis factor atau TNF) yang
"menyalakan" peradangan. Ia secara efektif memblokir kurir peradangan TNF memanggil keluar
sel-sel peradangan. Gejala-gejala dapat secara signifikan dan seringkali secara cepat membaik
pada pasien-pasien yang menggunakan obat-obat ini. Etanercept harus disuntikan secara
subkutan (subcutaneously) sekali atau dua kali dalam seminggu. Infliximab diberikan dengan
infusi langsung kedalam suatu vena (intravena). Adalimumab disuntikan secara subkutan setiap
minggu lainnya atau setiap minggu. Setiap dari obat-obat ini akan dievaluasi oleh dokter-dokter
dalam prekteknya untuk menentukan peran apa yang mungkin mereka punyai dalam merawat
pemodifikasi-pemodifikasi respon biologi juga mencegah kerusakan sendi yang progresif dari
baris kedua lain tidak efektif. Pemodifikasi-pemodifikasi respon biologi (TNF-inhibitors) adalah
perawatan-perawatan yang mahal. Mereka juga seringkali digunakan dalam kombinasi dengan
methotrexate dan DMARDs lain. Lebih jauh, harus dicatat bahwa TNF-blocking biologics
Anakinra adalah perawatan biologi lain yang digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis yang
sedang sampai yang berat. Anakinra bekerja dengan mengikat pada suatu protein kurir sel (IL-1,
suatu proinflammation cytokine). Anakinra disuntikan dibawah kulit setiap hari. Anakinra dapat
digunakan sendirian atau dengan DMARDs lain. Angka respon dari anakinra tidak nampak
Rituxan adalah suatu antibodi yang pertama kali digunakan untuk merawat lymphoma, suatu
kanker dari simpul-simpul getah bening. Rituxan dapat efektif dalam merawat penyakit-penyakit
autoimun seperti rheumatoid arthritis karena ia menghabiskan sel-sel B, yang adalah sel-sel
peradangan yang penting dan dalam memproduksi antibodi-antibodi abnormal yang adalah umu
pada kondisi-kondisi ini. Rituxan sekarang tersedia ntuk merawat rheumatoid arthritis aktif yang
sedang sampai yang berat pada pasien-pasien yang telah gagal dengan TNF-blocking biologics.
Studi-studi permulaan telah menunjukan bahwa Rituxan juga ditemukan bermanfaat dalam
merawat rheumatoid arthritis yang berat yang dipersulit oleh peradangan pembuluh darah
Orencia adalah suatu obat biologi yang baru-baru ini dikembangkan yang memblokir
pengaktifan sel-sel T. Orencia sekarang tersedia untuk merawat pasien-pasien dewasa yang telah
gagal dengan suatu DMARD tradisional atau obat biologi pemblokir TNF.
perawatan rheumatoid arthritis, mereka umumnya tidak digunakan dengan obat-obat biologi lain
karena risko infeksi-infeksi serius yang tidak dapat diterima. Prosorba column therapy
melibatkan memompakan darah yang dikeluarkan melalui suatu vena dalam lengan kedalam
suatu mesin apheresis atau pemisah sel (cell separator). Mesin ini memisahkan bagian cair dari
darah (plasma) dari sel-sel darah. Prosorba column adalah suatu silinder plastik kira-kira
berukuran sebuah cangkir kopi yang mengandung suatu senyawa seperti pasir yang dilapisi
dengan suatu material khusus yang disebut Protein A. Protein A adalah unik dimana ia mengikat
antibodi-antibodi yang tidak diinginkan dari darah yang mempromosikan arthritis. Prosorba
column bekerja menangkal efek dari antibodi-antibodi yang berbahaya ini. Prosorba column
diindikasikan mengurangi tanda-tanda dan gejala-gejala dari rheumatoid arthritis yang sedang
sampai berat pada pasien-pasien dewasa dengan penyakit yang telah berjalan lama yang telah
gagal atau tidak mentolerir pada obat-obat anti-rematik yang memodifikasi penyakit atau
disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs). Peran yang tepat dari perawatan ini sedang
Perawatan-Perawatan Lain
Tidak ada diet khusus untuk rheumatoid arthritis. Seratus tahun yang lalu, digebar-gemborkan
rheumatoid arthritis. Ini tidak lagi diterima sebagai kebenaran. Minyak ikan mungkin
mempunyai efek-efek anti-peradangan yang menguntungkan, namun sejauh ini hanya telah
Demikian juga, manfaat-manfaat dari preparat-preparat tulang rawan tetap tidak terbukti.
Pembebasan nyeri simptomatik dapat seringkali dicapai dengan acetaminophen (Tylenol) oral
atau preparat-preparat topikal (dipakai dibagian luar) over-the-counter, yang digosokkan kedalam
untuk rheumatoid arthritis akhir-akhir ini pada percobaan-percobaan klinik. Hasil-hasil awal
telah menunjukan perbaikan yang ringan sampai sedang dalam gejala-gejala arthritis.
pembinasaan jaringan, disebut metalloproteinases, dalam laboratorium dan begitu juga pada
manusia-manusia.
Area-area tubuh, yang lain daraipada sendi-sendi, yang dipengaruhi oleh peradangan rheumatoid
dirawat secara individu. Sindrom Sjogren (digambarkan diatas, lihat gejala-gejala) dapat dibantu
dengan airmata-airmata buatan dan melembabkan ruangan-ruangan rumah atau kantor. Tetes-
tetes mata yang berobat, cortisporine ophthalmic drops (Restasis), juga tersedia untuk
membantu mata-mata yang kering pada mereka yang terpengaruh. Checkup-checkup mata secara
teratur dan perawatan antibiotik yang dini untuk infeksi mata-mata adalah penting. Peradangan
dari tendon-tendon (tendinitis), bursae (bursitis), dan nodul-nodul rheumatoid dapat disuntik
Latihan secara teratur yang memadai adalah penting dalam memelihara mobilitas sendi dan
dalam penguatan otot-otot sekitar sendi-sendi. Berenang adalah terutama bermanfaat karena ia
mengizinkan latihan dengan tekanan yang minimal pada sendi-sendi. Ahli-ahli terapi fisik dan
pekerjaan dilatih untuk menyediakan instruksi-instruksi latihan yang spesifik dan dapat
tangan dan jari-jari tangan dapat bermanfaat dalam mengurangi peradangan dan memelihara
kelurusan sendi. Alat-alat, seperti tongkat-tongkat, pemelihara bangku toilet, dan pemegang-
pemegang botol dapat membantu kehidupan sehari-hari. Aplikasi-aplikasi panas dan dingin
adalah modalitas-modalitas yang dapat mengurangi gejala-gejala sebelum dan sesudah latihan.
Operasi mungkin direkomendasikan untuk memulihkan mobilitas sendi atau memperbaiki sendi-
sendi yang rusak. Dokter-dokter yang berspesialisasi dalam operasi sendi adalah ahli-ahli bedah
orthopedi. Tipe-tipe operasi sendi mencakup dari arthroscopy ke penggantian sendi yang
sebagian atau seluruhnya. Arthroscopy adalah suatu teknik operasi dimana seorang dokter
memasukkan suatu alat seperti tabung kedalam sendi untuk melihat dan memperbaiki jaringan-
jaringan abnormal.
Penggantian sendi total adalah suatu prosedur operasi dimana sebuah sendi yang rusak diganti
dengan material-material tiruan. Contohnya, sendi-sendi kecil tangan dapat diganti dengan
material plastik. Sendi-sendi besar, seperti pinggul-pinggul atau lutut-lutut, diganti dengan
logam-logam.
dengan yang lain-lainnya dan belajar lebih banyak tentang penyakit mereka.
Kesimpulan
1. Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang proses
2. Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata dan
demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi.
yang menetap.
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program
terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi