Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO INTEGRASI NYERI SENDI

Skenario:
Seorang pria pekerja bangunan berusia 32 tahun datang dengan keluhan nyeri seluruh
sendi.
Tugas Mahasiswa:
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan!
3. Sebutkan diagnosis klinis dan alasannya!
4. Sebutkan tata laksana farmakologi dan alasannya!
5. Tuliskan resep!
6. Lakukan konseling dan edukasi!

PELAKSANAAN TUGAS
Anamnesis :
- Melakukan anamnesis sistematis berdasar 7 butir atribut dan 4 pokok pikiran
Data Pasien :
Nama : Romi
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 7 Juni 1989/ 32 thn
Alamat : Jl. Apel No. 3, Jajar, Surakarta
Pekerjaaan : tukang bangunan
Status : menikah
Keluhan utama : nyeri seluruh sendi

Riwayat Penyakit Sekarang :


Onset dan Kronologis : nyeri seluruh sendi 7 minggu awalnya hanya ekstremitas lalu
tambah yang lain, simetris pada sendi kanan dan kiri
Kualitas : nyeri disertai sedikit kaku
Kuantitas : awalnya hanya ekstremitas lalu tambah yang lain
Faktor memperberat : banyak gerak
Faktor memperingan : istirahat
Keluhan lain :
- kaku sendi pada pagi hari berlangsung kurang dari 30 menit namun semakin hari
muncul hingga lebih dari 1 jam
- pembengkakan pada persendian jari (artikulatio interphalangeal)
- demam : (-)
-lemas

Riwayat Pengobatan : Sejak keluhan muncul, pasien sempat memeriksakan diri ke


dokter klinik sebanyak 3 kali. Saat periksa tersebut pasien dicek kadar asam uratnya
dan dinyatakan normal
Riwayat Penyakit Dahulu : belum pernah menderita sakit serupa
Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa
Riwayat Sosial Ekonomi: tukang bangunan
Riwayat Kebiasaan Pribadi :
- nafsu makan berkurang
- minum kopi 3 gelas setiap harinya yang diminum setiap pagi, siang, dan sore
-menyangkal sering mengonsumsi daging merah. Pasien juga tidak terlalu sering
makan sayur-sayuran dan buah-buahan.
- merokok

Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang etiologinya belum
diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan pada beberapa kasus
disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Perjalanan penyakit RA ada 3 macam
yaitu monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus perjalananya kronik
kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2014).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis”
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi.
Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi
(Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak sosial dan
ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering menghadapai kendala karena pada masa
dini sering belum didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan berkembang
sejalan dengan waktu dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang
adekuat (Febriana,2015).
Hasil Anamnesis (Subjective)
Inflamasi pada rheumatoid arthritis timbul perlahan dalam periode minggu hingga
bulan dengan tampilan awal klasik berupa kekakuan, nyeri serta bengkak pada sendi.
Keadaan ini dapat hilang timbul dan disebut dengan rheumatisme palindromik, yaitu
pembengkakan pada satu atau dua sendi yang dapat berlangsung beberapa hari hingga
minggu kemudian hilang dan kembali muncul pada sendi yang sama dengan pola
yang semakin meningkat seiring waktu.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik :
Kelainan sendi Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena
seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki. Keluhan sering
berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium
a) Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat
b) Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif
tidak menyingkirkan diagnosis
c) Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya
penyakit tidak konsisten
2. Radiologis Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang
sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi
sendi.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Terdapat beberapa kesulitan dalam mendeteksi dini penyakit RA. Hal ini
disebabkan oleh onset yang tidak bisa diketahui secara pasti dan hasil pemeriksaan
fisik juga dapat berbeda-beda tergantung pada pemeriksa. Meskipun demikian,
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa alat ukur diagnosis RA dengan
ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi tahun 1987 memiliki
sensitivitas 91%. Hasil laboratorium yang digunakan dalam mendiagnosis RA
ditemukan kurang sensitif dan spesifik. Sebagai contoh, IGM Rheumatoid Factor
memiliki spesifisitas 90% dan sensitivitas hanya 54%. (Bresnihan, 2002)
Berikut adalah kriteria ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi
tahun 1987 yang masih dapat digunakan dalam mendiagnosis RA:
1. Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal.
2. Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) pada 3 daerah sendi atau
lebih secara bersamaan.
3. Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi satu pembengkakan
persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal),
MCP(metacarpophalangeal), atau pergelangan tangan.
4. Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi misalnya PIP
(proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau MTP
(metatarsophalangeal).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler.
6. Rheumatoid Factor serum positif
7. Perubahan gambaran radiologis yang khas pada RA pada sendi tangan atau
pergelangan tangan yaitu erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat

Diagnosa RA, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas dan


kriteria 1 sampai 4 harus ditemukan minimal 6 minggu. Selain kriteria diatas, dapat
pula digunakan kriteria diagnosis RA berdasarkan skor dari American College of
Rheumatology (ACR/Eular) 2010. Jika skor ≥6, maka pasien pasti menderita RA.
Sebaliknya jika skor <6 pasien mungkin memenuhi kriteria RA secara prospektif
(gejala kumulatif) maupun retrospektif (data dari keempat domain didapatkan dari
riwayat penyakit)
Diagnosis Banding Rheumatoid Arthritis
RA harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya seperti artropati reaktif
yang berhubungan dengan infeksi, spondiloartropati seronegatif dan penyakit jaringan
ikat lainnya seperti Lupus Eritematosus Sistemik (LES), yang mungkin mempunyai
gejala menyerupai RA. Adanya kelainan endokrin juga harus disingkirkan. Artritis
gout jarang bersama-sama dengan RA, bila dicurigai ada artritis gout maka
pemeriksaan cairan sendi perlu dilakukan. Selain itu, osteoartritis juga memiliki
kemiripan gejala dengan RA.

Tata laksana
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang
dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan
tulang dari proses destruksi.
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan
tunggal maupun kombinasi (Putra dkk,2013).
3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge”
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru
muncul setelah 4-16 minggu.
4. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui 15 pemakaian tongkat,
pemasangan bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai
dilakukan fisioterapi.
5. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi,
arthrodesis,total hip replacement, dan sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)
Resep
Sulfasalazin : tablet 1 x 500 mg/hari setelah makan
Ibuprofen : tablet 3 x 400 mg/hari setelah makan
Konseling dan Edukasi
1. Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi risiko
peradangan oleh RA.
2. Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi.
3. Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut akan bekerja lebih berat
untuk menyangga tubuh.
4. Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong, jeruk, bayam,
buncis, sarden, yoghurt, dan susu skim. Selain itu vitamin A,C, D, E juga sebagai
antioksidan yang mampu mencegah inflamasi akibat radikal bebas.
5. Memenuhi kebutuhan air tubuh.
Konsumsi air yang disrankan adalah 8 gelas setiap hari
6. tidak menjadi perokok akif maupun pasif.

Anda mungkin juga menyukai