Anda di halaman 1dari 33

Pendahuluan

• Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sendi kronis yang ditandai dengan suatu tanda
khusus dari kehancurnya tulang dan sendi. Sedangkan menurut CDC 2012 RA adalah suatu penyakit
inflamsi sistemik yang bermanifestasi pada banyak sendi di tubuh.
• Proses inflamasinya terutama menyerang batas sendi (membarana sinovial), tapi dapat juga
menyerang organ – organ lain. Inflamasi dari sinovium mengawali terjadinya erosi dari tulang dan
kartilago dan kadang – kadang menyebabkan deformitas sendi. Nyeri, bengkak, dan kemerahan
adalah suatu manifestasi umum pada sendi.
• Penyebabnya tidak diketahui, RA dipercaya merupakan kegagalan respon imun. RA dapat menyerang
semua usia dan berhungan dengan kelelahan dan kekakuan yang berkepanjangan setelah beristirahat.
RA tidak dapat disembuhkan, tetapi mulai banyak tersedia obat – obat baru yang efektif untuk
menyembuhkan penyakit ini dan deformitas sendi.
• Sebagai tambahan untuk medikasi dan pembedahan, menejemen diri yang baik, termasuk olahraga,
telah , diketahui untuk mengurangi rasa sakit dan kecacatan
DEFINISI
Rheumatoid arthritis (RA) adalah istilah medis untuk penyakit rematik. suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi.
Anatomi dan Fisiologi
• Sendi Adalah tempat dimana
dua tulang atau lebih saling
berhubungan, dimana diantara
tulang-tulang ini dapat terjadi
pergerakan ataupun tidak.
• Terbagi atas :
Sendi Fibrosa
Sendi Kartilaginosa
Sendi Sinovial
FAKTOR RESIKO
• Faktor genetik
• Faktor lingkungan
• Umur dan Jenis Kelamin
• Faktor Hormonal
• Protein heat shock (HSP)
• Infeksi :
mendadak dan timbul dengan di sertai
gambaran inflamasi mencolok yang
disebabkan oleh bakteri dan virus.
Etiopatogenesis
• Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana merupakan penyakit autoimun yang
dicetuskan faktor luar (infeksi, cuaca) dan faktor dalam (usia, jenis kelamin, keturunan, dan
psikologis). Diperkirakan infeksi virus dan bakteri sebagai pencetus awal RA. Sering faktor cuaca
yang lembab dan daerah dingin diperkirakan ikut sebagai faktor pencetus.
• Patogenesis terjadinya proses autoimun, yang melalui reaksi imun komplek dan reaksi imunitas
selular. Tidak jelas antigen apa sebagai pencetus awal, mungkin infeksi virus. Terjadi pembentukan
faktor rematoid, suatu antibody terhadap antibodi abnormal, sehingga terjadi reaksi imun komplek
(autoimun).
Patofisiologis
KRITERIA RHEUMATOID ARTHRITIS
1. Kaku pada pagi hari di persendian atau sekurang-kurangnya 1 jam
sebelum ada perbaikan maksimal.
2. Timbul arthtritis pada 3 daerah persendian atau lebih yang timbul
bersamaan.
3. Terdapat arthtritis minimal 1 persendian tangan.
4. Terdapat arthtritis bersifat simetris.
5. Ditemukan nodul rheumatoid
6. Gambaran radiologi yang menunjukkan adanya deklafikasi tulang yang
berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
7. Diagnosis ditegakkan jika gejala ditemukan setidaknya kriteria 1-4.

• Diagnosa RA, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria


diatas dan kriteria 1 sampai 4 harus ditemukan minimal 6 minggu.
KRITERIA RHEUMATOID ARTHRITIS
• Keparahan dari penyakit ini bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.
Gejala dapat berubah dari hari ke hari. Peningkatan mendadak gejala dan penyakit
disebut flare. Flare dapat berlangsung selama beberapa hari hingga bulan.

• Kunci dari gelaja RA adalah nyeri, lelah, dan rasa hangat, bengkak, kemerahan
pada sendi. Kekakuan sendi pada pagi hari dalam jangka waktu yang lama
merupakan gejala yang umum. Inflamasi pada sendi kecil pergelangan tangan dan
tangan adalah gejala yang khas. Jika sendi dari satu sisi tubuh RA, maka sendi
yang sama di sisi lain biasanya RA juga.

• Gejala klinis RA bermacam-macam, tetapi onset nyeri disertai bengkaknya sendi


kecil secara simetris merupakan gejala yang paling sering ditemui. Onset RA yaitu
akut dan subakut
KRITERIA RHEUMATOID ARTHRITIS
• kriteria diagnosis RA berdasarkan skor dari American College of Rheumatology (ACR/Eular)
2010. Jika skor ≥6, maka pasien pasti menderita RA. Sebaliknya jika skor <6 pasien mungkin
memenuhi kriteria RA secara prospektif (gejala kumulatif) maupun retrospektif (dari data
keempat domain didapatkan dari riwayat penyakit).

Distribusi Sendi (0-5) SKOR Serologi SKOR


1 sendi besar 0 RF negative dan ACPA negatif 0

2-10 sendi besar 1 Positif rendah RF atau positif rendah ACPA 2

1-3 sendi kecil(sendi 2 Positif tinggi RF atau positif tinggi ACPA 3


besar tidak
diperhitungkan) Durasi Gejala (0-1) SKOR
4-10 sendi kecil (sendi 3 < 6 minggu 0
besar tidak > 6 minggu 1
dipertimbangkan)
Acute Phase Reactant (0-1) SKOR
>10 sendi kecil 5
CRP normal DAN LED normal 0
CRP abnormal ATAU LED abnormal 1
Anamnesa
Pada umumnya dari hasil anamnesis di dapat :
• Gejala pertama timbul pada sendi-sendi kecil pada jari-jari, pergelangan tangan dan kaki, terasa
hangat, bengkak, dan sendi terasa sakit dan sulit untuk bergerak.
• Sendi pada kedua sisi tubuh (simetris) biasanya mengalami gejala yang sama.
• Pasien dengan RA biasanya sering mengalami kelelahan, hilangnya nafsu makan, dan demam
ringan.
• Kaku di pagi hari yang berlangsung selama beberapa jam atau lebih.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada sistem musculoskeletal meliputi:
• Inspeksi pada saat diam
• Inspeksi pada saat gerak
• Palpasi
Gaya berjalan yang abnormal pada pasien RA yaitu pasien akan segera mengangkat tungkai
yang nyeri atau deformitas, sementara tungkai yang nyeri akan lebih lama diletakkan dilantai,
biasanya diikuti oleh gerakan lengan yang asimetris, disebut gaya berjalan antalgic.
Sikap/fostur badan, pasien akan berusaha mengurangi tekanan artikular pada sendiyang sakit
dengan mengatur posisi sendi tersebut senyaman mungkin, biasanya dalam posisi pleksi.
Deformitas, akan lebih terlihat pada saat bergerak
Pemeriksaan Fisik
Perubahan kulit, kemerahan disertai deskuamasi pada
kulit di sekitar sendi menunjukkan adanya inflamasi
pada sendi.
Kenaikan suhu sekitar sendi, menandakan adanya
proses inflamasi di daerah sendi tersebut
Bengkak sendi, bisa disebabkan oleh cairan, jaringan
lunak, atau tulang.
Nyeri raba
Pergerakan, sinovitis akan menyebabkan berkurangnya
luas gerak sendi pada semua arah.
Krepitus, merupakan bunyi berderak yang dapat diraba
sepanjang gerakan struktur yang diserang.
Atropi dan penurunan kekuatan otot
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
a. Jumlah sel darah lengkap (anemia, trombositopenia, leukositosis, leucopenia).
b. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat
c. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis
d. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis dini
dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun hubungan
antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten.
e. Antibodi Antinuclear: Ini adalah hadir di sekitar 40% pasien dengan RA, namun hasil
tes antibodi terhadap antigen subset paling nuklir negatif
Mengenai deteksi penyakit, karena manifestasi RA awal bersifat noninvasif dan MRI
telah terbukti lebih unggul daripada radiografi dan CT tetapi Radiografi polos tetap
menjadi andalan pencitraan dalam diagnosis dan tindak lanjut dari RA (Rheumatoid
Arthritis).
FOTO POLOS MANUS
Nodus subkutaneus multiple pada tangan kanan
FOTO POLOS PEDIS
Foto Pedis Kanan-Kiri AP/Lateral: Aligment baik
Tak tampak garis fraktur/dislokasi
Trabekulasi tulang normal Celah dan permukaan sendi baik
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue mass/swelling
Kesan : Tulang-tulang pedis kanan-kiri tak tampak kelainan
CT- SCAN

• Computer tomography (CT) memiliki peranan yang minimal dalam mendiagnosis artritis
reumatoid. Walaupun demikian, CT scan berguna dalam memperlihatkan patologi dari tulang,
erosi pada sendi-sendi kecil di tangan yang sangat baik dievaluasi dengan kombinasi dari foto
polos dan MRI.
• CT scan jarang digunakan karena lebih rendah dari MRI dan memiliki kerugian dalam hal radiasi.
CT scan digunakan sebatas untuk mengindikasikan letak destruksi tulang dan stabilitas tertinggi
tulang secara tepat, seperti pada pengaturan pre-operatif atau pada tulang belakang.
MRI

Magnetic Resonance
Imaging (MRI) menyediakan
gambaran yang baik dengan
penggambaran yang jelas
dari perubahan jaringan
lunak, kerusakan kartilago,
dan erosi tulang-tulang
yang dihubungkan dengan
artritis reumatoid. koronal T1-weighted pada sendi metakarpofalangs 2-4, memperlihatkan
erosi radial yang luas pada kaput metakarpal 2 dan 3.

Diagnosis awal dan penanganan awal merupakan manajemen utama pada artritis
reumatoid. Dengan adanya laporan mengenai sensitivitas MRI dalam mendeteksi
erosi dan sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk perubahan edema tulang, hal
itu menandakan bahwa MRI merupakan penolong untuk mendiagnosis awal
penyakit artritis reumatoid. MRI juga memberikan gambaran yang berbeda pada
abnormalitas dari artritis reumatoid, sebagai contoh, erosi tulang, edema tulang,
sinovitis, dan tenosinovitis.
USG

Sonografi dengan resolusi tinggi serta pemeriksaan dengan frekuensi tinggi digunakan untuk mengevaluasi sendi-
sendi kecil pada artritis reumatoid. Efusi dari sendi adalah hipoekhoik, sedangkan hipertrofi pada sinovium lebih
ekhogenik. Nodul-nodul reumatoid terlihat sebagai cairan yang memenuhi area kavitas dengan pinggiran yang
tajam. Erosi tulang dapat terlihat sebagai irregularitas pada korteks hiperekhoik. Komplikasi dari arthritis
reumatoid, seperti tenosinovitis dan ruptur tendon, juga dapat divisualisasikan dengan menggunakan
ultrasonografi. Hal ini sangat berguna pada sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi karpometakarpal tidak
tervisualisasi dengan baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan lokasinya yang dalam.

Erosi (tanda panah) pada sendi metakarpofalangs


pada penderita artritis reumatoid
(A) bidang longitudinal
(B) bidang transverse.
M, kaput metakarpal dan P, falangs.
Diagnosis Banding
PENATALAKSANAAN
• Terapi untuk RA telah meningkat pesat dalam 30tahun terakhir. Saat memberikan perawatan kepada
pasien membantu mereka tetap berfungsi dengan baik dan dalam tingkatan normal. . Dengan obat
yang tepat, banyak pasien dapat mencapai "remisi" - yaitu, tidak memiliki tanda-tanda penyakit aktif.

• Tidak ada obat untuk RA. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi gejala. Dokter melakukan ini
dengan memulai terapi medis yang tepat secepat mungkin, Sebelum sendi mengalami kerusakan
permanen. Tidak ada pengobatan tunggal yang bekerja untuk semua pasien. Banyak orang dengan RA
harus mengubah pengobatan Mereka setidaknya sekali selama hidup mereka. (American College of
Rheumatology).
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan pembedahan bila diperlukan,
serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi,
mencegah deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut .

• 1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)


Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat diberikan
atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya. Namun NSAID tidak
melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses destruksi.

2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)


Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh Rheumatoid
Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, garam emas,
penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal maupun kombinasi
PENATALAKSANAAN
3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge” terapi untuk
mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru muncul setelah 4-16 minggu.

4. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat dengan
mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan bidai, latihan, dan
sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.

5. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi, arthrodesis, total hip
replacement, dan sebagainya.
PROGNOSIS
• RA sering menyebabkan deformitas pada sendi metacarpophalangeal (MCP). Pasien-pasien
dengan deformitas yang parah dapat dihambat dengan operasi silicone
metacarpophalangealarthroplasty (SMPA) (Chung KC.,2012).
• Sedangkan dari hasil penelitian Quinn et al pada tahun 2005 didapatkan kekambuhan
menggunakan terapi standard dengan atau tanpa infliximab pada pasien RA dengan prognosis
buruk.
TERIMAKASIH
Resource Gratis
Gunakan elemen ini dalam presentasi Canva Anda.
"Masa depan adalah milik
mereka yang memercayai
keindahan impian mereka."
— Eleanor Roosevelt

Anda mungkin juga menyukai