2. Radiologis
• X-ray : osteopenia dan atau erosi periartikular, pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi,
demineralisasi “juxta articular”, dan osteoporosis. Lakukan foto polos dada untuk menyingkirkan
keterlibatan paru.
• USG dan MRI memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi sinovitis, erosi serta tanda inflamasi yang
mungkin tidak terdeteksi dengan X-ray
Diagnosis
1. Kriteria ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi tahun 1987 dan masih dapat digunakan dalam
mendiagnosis RA:
• Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
• Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) pada 3 daerah sendi atau lebih secara bersamaan.
• Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi satu pembengkakan persendian tangan yaitu PIP
(proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau pergelangan tangan.
• Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi misalnya proximal interphalangeal, MCP
(metacarpophalangeal), atau MTP (metatarsophalangeal).
• Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau daerah
junkta artikuler.
• Rheumatoid Factor serum positif
• Perubahan gambaran radiologis yang khas pada RA pada sendi tangan atau pergelangan tangan yaitu erosi
atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat
Diagnosa RA, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas dan kriteria 1 sampai 4 harus ditemukan minimal
6 minggu
2. Kriteria American College of Rheumatology (ACR/Eular) 2010 .
Jika skor ≥6, maka pasien pasti menderita RA. Sebaliknya jika skor <6 pasien mungkin memenuhi kriteria RA secara
prospektif (gejala kumulatif) maupun retrospektif (data dari keempat domain didapatkan dari riwayat penyakit)
Distribusi Sendi (0-5) Skor
1 sendi besar 0
2-10 sendi besar 1
1-3 sendi kecil (sendi besar tidak diperhitungkan) 2
4-10 sendi kecil (sendi besar tidak diperhitungkan) 3
>10 sendi kecil 5
Serologi (0-3)
RF negatif DAN ACPA negatif 0
Positif rendah RF ATAU positif rendah ACPA 2
Positif tinggi RF ATAU positif tinggi ACPA 3
Durasi Gejala (0-1)
<6minggu 0
≥6minggu 1
Acute Phase Reactant (0-1)
CRP normal DAN LED normal 0
CRP abnormal ATAU LED abnormal 1
Tatalaksana
1. Pencegahan
• Berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi risiko peradangan RA. Penelitian Nurses
Health Study AS wanita penderita RA didapatkan mengalami perbaikan klinis setelah rutin berjemur di
bawah sinarUV-B.
• Peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi seperti jongkok-bangun, menarik kaki ke
belakang pantat, ataupun gerakan untuk melatih otot lainnya. Bila mungkin, aerobik juga dapat
dilakukan atau senam taichi.
•
Menjaga berat badan dan olahraga dapat mengurang risiko terjadinya radang pada sendi.
• Makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong, jeruk, bayam, buncis, sarden, yoghurt, dan susu
skim. Selain itu vitamin A,C, D, E juga sebagai antioksidan yang mampu mencegah inflamasi akibat
radikal bebas.
• mengkonsumsi air dalam jumlah yang cukup dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi,yang
melumasi antar sendi, sehingga gesekan bisa terhindarkan. Konsumsi air yang disarankan adalah 8 gelas
setiap hari.
• merokok merupakan faktor risiko terjadinya RA. Sehingga salah satu upaya pencegahan RA yang bisa
dilakukan masyarakat ialah tidak menjadi perokok aktif maupun pasif.
Penanganan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-InflammatoryDrug)
• Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi seperti : aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses destruksi.
2. DMARD (Disease-Modifying AntirheumaticDrug)
• Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu:
hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan azathioprine. DMARD dapat diberikan tunggal maupun kombinasi
3. Kortikosteroid
• Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge” terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek
DMARDs yang baru muncul setelah 4-16 minggu.
4. Rehabilitasi
• Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian
tongkat, pemasangan bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
5. Pembedahan
Pertimbangkan terapi pembedahan jika:
• Nyeri menetap akibat kerusakan sendi atau penyakit jaringan lunak lainnya.
• Perburukan fungsi sendi
• Deformitas progresif terutama jika ditemukan ruptur tendon, kompresi saraf dan stress fraktur
• Sinovial lokal yang menetap.
•
Diagnosis Banding Rheumatoid Arthritis
• Osteoarthritis
• Artritis gout
• SLE
• Artritis bacterial akut
Prognosis RheumatoidArthritis
• bervariasi dan ditentukan dari ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu yang lama
• 50-75% penderita ditemukan mengalami remisi dalam dua tahun
• mortalitas meningkat 10-15 tahun lebih awal dibandingkan mereka yang tidak mengalami RA. Penderita
RA dengan manifestasi yang berat, kematian dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit jantung, gagal
nafas, gagal ginjal, dan gangguan saluran cerna.
• Penggunaan DMARD kurang dari 12 minggu setelah gejala awal menunjukkan hasil remisi yang lebih baik.
Indikator prognostik buruk berupa banyak sendi yang terserang, LED dan CRP tinggi, RF (+) tinggi dan anti
CCP (+), erosi sendi pada awal penyakit dan sosial ekonomi rendah
Terima kasih