DYSPNEA
Disusun oleh :
Vony Safitri Yusmarina, S.Ked
112011101039
Pembimbing:
dr. Edi Nurtjahja, Sp.P
Definisi
Dyspnea adalah keluhan subyektif
berupa kesulitan bernapas yang
dipengaruhi oleh faktor biopsikososial
dan merupakan gejala utama dari
penyakit kardiopulmonar
Etiologi
Sumber
Reseptor Tepi
Reseptor Mekanik ( Mechanoreceptor )
- Reseptor saluran napas atas
- Reseptor dinding dada
Mekanisme
Mekanisme
Skala dyspnea
Tingka Derajat
t
Kriteria
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat
berat
Penegakan diagnosis
Anamnesis
Posisi Pasien...
Orthopnea, yakni Dispnea yang terjadi pada posisi
berbaring.
Platipneu,yaitu Dispnea yang terjadi pada posisi
tegak dan akan membaik jika penderita dalam posisi
berbaring.
Trepopneu,yaknipasien dapat bernapas lebih baik
dengan posisi bertumpu pada satu sisi.
Exertional Dispnea,yaknidispnea yang disebabkan
karena melakukan aktivitas.
Nocturnal dyspnea, yakni sesak nafas pada malam
hari, biasanya pasien akan terbangun tengah malam.
Intermittent episodes of
dyspnea,yaknimenunjukkan episode.
Pemeriksaan Fisik
Khas
Pemeriksaan Umum
Pasienmengantukdengan napas lambat
Inspeksi
Kontraksi otot bantu napas. Otot bantu napas di
Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak
Perkusi
Hipersonor. Terjadi pada hiperinflasi pada
Auskultasi
Ronki kasar dan nyaring (coarse rales dan
Diagnosis Banding
Dispnea akut
a. Jantung:
CHF, CAD, aritmia,
perikarditis,AMI, anemia.
b. Pulmoner:
COPD, asma,
pneumonia,pneumotoraks,
efusi pleura, edema
pulmonal, GERD dengan
asfiksia.
c. Psikogenik:
Panic attack, hiperventilasi,
sensasi nyeri, ansietas.
d. Obstruksi saluran
napas atas:
Epiglotitis, croup, EpstainBarr virus
e. Endokrin
Asidosis metabolic
Dispnea kronik
a. Jantung:
CHF, CAD, aritmia, pericardiac
pleura,bronkiektasis, keganasan.
c. Noncardiac
nonpulmonary
Tromboemboli
Hipertensi pulmonal
Obesitas massif
Anemia berat
Sirosis Hepatis
Uremia
Penyakit tiroid
Neuromuscular(myasthenia
gravis)
Laryngeal disease
D. Sentral:
Neuromuscular disorder, nyeri,
Terapi
Penatalaksanaan
(kortikosteroid)
rapi Nonfarmakologi
Konservasi energi dan kontrol napas
Ajarkan latihan relaksasi dan kontrol napas.
Aliran udara
Buka jendela dan pergerakan udara, seperti kipas
angin, bisa sangat membantu. udara dingin bertiup di
wajah cenderung memicu refleks di saraf trigeminal,
memberikan rasa bantuan dari dyspnea.
Lingkungan
Dingin dan melembabkan udara kering,
menghilangkan iritasi di udara
Positioning
Hindari kompresi perut atau dada bila memposisikan.
Pendukung
Tawarkan dukungan psikososial dan / atau konseling.
Alternatif terapi untuk relaksasi meliputi pijat, terapi
sentuhan, visualisasi,terapi musik.
Akupunktur atau akupresur.
Pengobatan: Farmakologi
Opioid
obat pilihan pertama dalam paliatif dyspnea pada
penyakit lanjut sebab apapun.
Kortikosteroid
Kortikosteroid terutama diindikasikan dengan adanya
obstruksi bronkus. Dimulai deksametason pada 8
sampai 24 mg PO atau SC atau IV setiap hari
tergantung pada tingkat keparahan dyspnea.
Neuroleptik
Neuroleptik berguna dalam dyspnea kronis.
Methotrimeprazine: dosis awal 2,5-5 mg setiap 8 jam
dan titrasi untuk efek. dosis yang lebih tinggi sampai
25 mg setiap 4 jam.
Benzodiazepin
Resep p.r.n. daripada jadwal rutin dosis, untuk
kecemasan yang parah dan pernafasan "serangan
panik". Lorazepam 0,5-2 mg 4h p.r.n.
Oksigen
ngobatan: Farmakologi
Sistem aliran rendah
Kateter nasal,
1 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% 44%.
Kanula nasal,
1 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% 44%.
Sungkup muka
rebreathing,
dengan
kantong
kantong
TERIMAKASIH