SKENARIO 1
“MASALAH PERSENDIAN : BUKAN ASAM URAT BIASA ”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
Learning Objective
3. Definisi Osteoarthritis
Kondisi Osteoarthritis adalah suatu penyakit degenerative pada persendian
yang disebabkan oleh beberapa macam factor yakni dengan terdapatnya
kerusakan kartilago (tulang rawan sendi) yang secara primer berfungsi untuk
menjadi penghalus gerakan antar-tulang keras. (Helmi,2013)
Gout Arthritis : gout mengena 1–2 persen orang dewasa, dan merupakan
kasus artritis inflamasi terbanyak pada pria. Prevalensi penyakit gout
diperkirakan antara 13,6 per 1.000 pria dan 6,4 per 1.000 wanita. Prevalensi
gout meningkat sesuai umur dengan rerata 7 persen pada pria umur >75
tahun dan 3 persen pada wanita umur >85 tahun.
Gout Arthritis : terjadi peningkatan kadar asam urat serum dan hal ini
disebabkan karena adanya pembentukan berlebih atau penurunan ekskresi
asam urat ataupun keduanya. Adanya ganggaun pada metabolism purin
meliputi beberapa hal yakni : karena adanya penurunan ekskresi asam urat
secara idiopatik dan penurunan eksresi asam urat sekunder ,misalnya karena
adanya gagal ginjal,lalu adapun sebab karena terjadinya peningkatan asam
urat oleh tumor atau peningkatan sintesis purin dan peningkatan asupan
makananyang mengandung purin sehingga menyebabkan darah memiliki
banyak sekali kandungan asam urat yang menjadi produk akhir dari
metabolism purin.Asam urat dianggap menjadi benda asing dan kerap kali
membuat banyak agen inflmasi berkumpul serta masuk ke bagian-bagian
terselubung dari sendi dan menyebabkan sendi sulit bergerak. Berawal dari
asam urat yang jumlahnya banyak dengan kelarutan yang rendah dan
mudah untuk mengendap,maka secara langsung akan membentuk suatu
endapan Kristal mononatrium uratyamg terjadi berulang-ulang dan
menyebabkan terbentuknya kapur putih yang disebut tofi/tofus yang akan
banyak mendiami tendon,jaringan lunak dan lainnya.
Temuan X-ray untuk osteoarthritis adalah khas karena ada penyempitan ruang
sendi dari kehilangan tulang rawan dan pembentukan osteophyte yang umum.
Berkenaan dengan tes darah, tes faktor rheumatoid positif, peningkatan kadar sed ,
dan kehadiran anti-PKC semuanya akan mengarah ke rheumatoid arthritis versus
osteoartritis. Baik osteoarthritis dan psoriasis arthritis sering melibatkan sendi
interphalangeal distal tangan. Ciri yang membedakan adalah bahwa, dengan artritis
psoriasis yang mempengaruhi sendi-sendi ini, biasanya ada kelainan kuku
(misalnya, lubang, punggung). Juga, dengan psoriatic arthritis, ada dactylitis
(penampilan sosis seperti jari yang terkena). Tidak ada kristal yang terkait dengan
osteoarthritis. Gout secara khusus dikaitkan dengan kristal asam urat , sementara
pseudogout dikaitkan dengan kristal kalsium pirofosfat . (Helmi,2013)
8. Terapi farmakologi dan non-farmakologi dari
Rheumatoid artritis : Non-formakologi yakni termasuk pendidikan
kesehatan penting dalam membantu pasien untuk memahami penyakit
mereka,fisioterapi untuk mempertahankan dan meningkatkan berbagai
gerakan ,terapi okupasi yakni untuk membantu pasien untuk menggunakan
sendi dan tendon efisien tanpa menekan struktur tersebut,dan tindakan
ortopedi meliputi tindakan bedah rekonstruksi. Untuk aspek farmakologi
nya yakni: pemberian DMARD’s untuk memperlambat dan mencegah
perkembangan kerusakan dan hilangnya fungsi sendi termasuk di dalam:
klorokuin dan hidroksklorokuin,sulfasazin. Lalu ada pun, NSAID untuk
menganggu sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzim,kemudian
adapun analgesic seperti paracetamol,tramadol,opiate dan lainnya untuk
mengurangi rasa sakit.
Gout Arthritis memiliki treatment farmakologi seperti NSAIDs,
colchicine,cortisteroid, probenecid,allopurinol,uricosuric. Untuk non-
farmakologi yakni intervensi bedah,diet pembatasan purin,serta edukasi
kepada pasien terkait pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat dalam
tubuh (Helmi,2013)
Pseudogot dengan terapi obat yakni pemberian kortikosteroid injeksi 40-80
mg, NSAIDs, dan oral colchicine sedangkan untuk terapi non obat yakni
adalah edukasi terkait kondisi gangguan metabolic.
Osteoarthritis dengan terapi non farmakologi berupa pendidikan kesehatan
terkait upaya aktivitas berat,terapi fisik,kompores hangat atau dingin,dan
dengan terapi farmakologi yakni NSIDs,analgesic tramadol,obat relaksasi
otot,dan injeksi glukokortikoid intraseluler. (Helmi,2013)