Anda di halaman 1dari 15

FLU BURUNG

Oleh :
Tubagus Nunu Nahnudin

Pembimbing:
dr. M. Winardi S. Lesmana, Sp.An
Definisi Flu Burung
Penyakit flu burung (bird flu), yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus Avian Influenza (VAI) yang sangat patogen (highly pathogenic avian
influenza virus/HPAI), subtipe H5N1 telah menyebabkan sampar ayam (fowl
plague) pada ungags.
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat
menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.
Influenza juga adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan
mamalia yang disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.
Insidensi Flu Burung
Kejadian flu burung di Asia Tenggara terjadi pada 2004, kejadian paling
banyak pada Vietnam. Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza
lebih tinggi pada individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu
dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko
tinggi komplikasi angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak
berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi.
Etiologi Flu Burung
Flu burung disebabkan oleh virus avian influenza A (H5N1) yang
merupakan virus patogen. Avian influenza sendiri sebenarnya bisa dibagi lagi ke
dalam beberapa subtipe, misalnya subtipe yang paling patogen adalah H5N1,
H7N3, H7N7, dan H9N2, namun virus flu burung yang umumnya dikenal dan
yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan karena infeksinya yang
menyebar luas hampir ke seluruh dunia adalah H5N1. Virus H5N1 merupakan
jenis virus dengan struktur genetik RNA.
Patogenesis Flu Burung
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus
respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, virus/droplet, maka 50%
orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada
epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel,
dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi.
Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen
lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu
hingga empat hari (rata-rata dua hari).
Cara Penularan
Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi
melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung. Sebagian
besar kasus infeksi virus flu burung pada manusia disebabkan penularan virus
dari unggas ke manusia.
Pada tahun 1997 dari total 18 orang yang didiagnosis telah terinfeksi dengan
H5N1 di Hongkong dimana 6 diantaranya meninggal menunjukkan bahwa
adanya kontak langsung dari korban dengan unggas yang terinfeksi. Tidak ada
risiko yang ditimbulkan dalam mengkonsumsi daging unggas yang telah
dimasak dengan baik dan matang.
Gejala Klinis
Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh :
◦ Demam Tinggi (>38 derajat celcius)
◦ sakit kepala
◦ sakit otot
◦ Batuk
◦ pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak.
Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Gejala-gejala akut ini
dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan spontan. Setelah periode sakit ini,
dapat dialami rasa capek da cepat lelah untuk beberapa waktu.
Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus
maupun pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi virus diperlukan usap
tenggorok atu usap hidung dan harus diperoleh sedini mungkin; biasanya pada
hari-hari pertama sakit. Diagnosis serologis dapat diperoleh melalui uji fiksasi
komplemen atau inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat ditunjukkan kenaikan titer
sebanyk 4 kali antara serum pertama dengan serum konvalesen atau titer tunggal
yang tinggi.
Lanjutan
◦ Uji Konfirmasi :
1. Kultur dan identifikasi virus H5N1.
2. Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
3. Uji serologi :
- Imunofluorescence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi
monoklonal Influensa A H5N1.
- Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influensa A/H5N1 sebanyak 4 kali
dalam paired serum dengan uji netralisasi.
- Uji penapisan : a). Rapid Test untuk mendeteksi Influensa A.b). HI Test dengan darah kuda
untik mendeteksi H5N1. c). Enzyme Immunoassay (ELISA) untuk mndeteksi H5N1.
Diagnosis Banding
◦ Banyak penyakit yang memiliki gejala yang menyerupai flu (flu like syndrom) sehingga influenza dapat
didiagnosis banding :
1. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh
virus Corona dengan sekumpulan gejala klinis yang berat.
2. Common cold (selesma) adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara besar
yang disebabkan oleh rhinovirus (80%).
3. Infeksi saluran pernapasan atas merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran pernapasan atas yang
banyak disebabkan oleh virus dan mempunyai gejala-gejala seperti flu.
4. Infeksi parainfluenza virus juga mempunyai gejala yang hampir sama dengan infeksi virus influenza
dimana yang terdiri dari HPIV-1, HPIV-2, HPIV-3 dan HPIV-4
Penatalaksanaan
◦ Sampai saat ini belum ada treatment atau pengobatan yang memliki efektifitas tinggi untuk kasus infeksi
H5N1, namun oseltamivir (dengan nama dagang tamiflu) dapat digunakan untuk menghambat
penyebaran virus H5N1 pada penderita infeksi virus tersebut.
◦ Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut :
1. Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, simtomatik dan antibiotik
jika ada indikasi.
2. Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum
luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia
berat, ARDS. Respiratory Care di ICU sesuai indikasi. Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko
tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama 7 hari sampai 6 minggu.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah:
◦ Pneumonia influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea,
dan sianosis pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat
difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana menyerupai ARDS.
◦ Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri
(seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus
influenza)
Pencegahan
Pencegahan infeksi virus H5N1 dapat dilakukan dengan memberi vaksin.
Namun, vaksin yang tersedia sekarang belum mencukupi untuk mengatasi
serangan H5N1 jika terjadi pandemi. Beberapa jenis vaksin yang tersedia
sekarang adalah ACAM-FLU-A, fluzone, influvac live attenuated (flumist), dan
optaflu,
H5N1 juga dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS). PHBS merupakan cara yang paling murah untuk mencagah terjadinya
penularan H5N1.
Prognosis
Prognosis dari infeksi H5N1 tergolong buruk. Berdasarkan data yang di
dapat, angka kematian di Thailand sebesar 89% dan banyak terjadi pada anak-
anak yang berumur dibawah 15 tahun. Kematian rata-rata terjadi anatara 9-10
hari setelah penyakit muncul (rentan 6-30 hari) dan kebanyakan pasien
meninggal karena kegagalan sistem pernafasan. Selain itu, kasus yang telah
terjadi pada tahun 2008, angka kematian akibat infeksi H5N1 adalah sebesar
63,27%. Angka kematian yang cukup tinggi untuk sebuah penyakit infeksi.

Anda mungkin juga menyukai