Anda di halaman 1dari 6

BATUK DARAH

Oleh:

Amelia Esa Putri 0432950119013

Amrina Rosyada 0432950119021

Aniisa Salsabila 0432950119002

Arifah Nur Islamia 0432950119025

Rino Setyoadhi Buwono 0432950119024

Siti Nuraeni 0432950119015

Dosen Pembimbing :

Ns. Amzal Mortin A, M.Kep

JURUSAN D-III

KEPERAWATAN STIKES BANI

SALEH

BEKASI

2020

1
1. Definisi Batuk Darah
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis
adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring
atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah
merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus
segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama.
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat
mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau
perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah
dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk.

2. Gejala Batuk Darah

Gejala Batuk Darah adalah munculnya Banyaknya darah yang keluar pada saat batuk
berbeda-beda, tergantung seberapa parah kondisi yang diderita dan penyebab dari batuk
berdarah itu sendiri.

Darah yang keluar pada saat batuk terkadang juga berbuih karena bercampur dengan udara.
Darah dapat keluar bersama dahak dalam jumlah besar atau hanya berbentuk bercak-bercak.
Terdapat gejala lain yang juga bisa menyertai batuk berdarah, yaitu:

 Sebelum batuk berdarah timbul, terdapat keluhan batuk selama beberapa minggu.
 Nyeri dada.
 Demam.
 Berkeringat pada malam hari.
 Tubuh terasa letih dan lemah.
 Hilangnya nafsu makan.
 Penurunan berat badan.

3. Penyebab Batuk Darah


penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi,
neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi
adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol. Pada
tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi
tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan
perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan
mengakibatkan hemoptisis pula.
1.      Infeksi : TBC, bronkiektasis, pneumonia, abses paru, aspergillosis
2.      Tumor : Karsinoma paru
3.      Kardiovaskuler : mitral stenosis, ruptur aneurisma toraksik, malformasi Arteriovenous.
Darah yang berasal dari muntah darah adalah dari saluran pencernaan. Seperti muntah pada
umumnya, muntah darah (atau yang dikenal dengan istilah kedokteran hematemesis)
didahului oleh adanya aliran balik dari pergerakan saluran pencernaan dan dapat diikuti oleh
mual. Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain. Warna darah bisa merah
segar atau kehitaman.
Sedangkan untuk batuk darah berbeda. Darah berasal dari saluran pernapasan. Warna darah
merah segar dan tampak bercampur dengan lendir dan tampak berbusa karena adanya
gelembung – gelembung udara.

4. Diagnosis Batuk Darah

1. Pemeriksaan sampel dahak yang bercampur dengan darah.


2. Tes darah yang mencakup berbagai hal, di antaranya pemeriksaan sel darah merah, sel
darah purih, dan juga jumlah elektrolit dalam darah serta pemeriksaan fungsi ginjal
melalui sampel darah yang diambil. Dokter juga akan mengukur kadar oksigen dan
karbondioksida dalam darah serta kemampuan darah untuk membeku.
3. Bronkospi dilakukan dengan memasukkan alat yang disebut dengan endoskop ke dalam
saluran pernapasan melalui mulut atau hidung. Alat ini berbentuk seperti selang yang
disertai dengan kamera sehingga dokter bisa melihat kondisi saluran pernapasan dan
menentukan penyebab batuk darah.
4. CT scan yang bertujuan untuk menghasilkan gambar dari struktur dada secara lebih
terperinci.
5. Pemeriksaan X-ray pada dada untuk mengetahui adanya masalah kesehatan misalnya
infeksi atau penumpukan cairan di dalam paru-paru.
5. Pengobatan Batuk Darah
1. Pemberian antibiotik, langkah ini dilakukan untuk menangani batuk darah yang
disebabkan oleh infeksi paru-paru yang diakibatkan oleh bakteri, seperti pneumonia dan
tuberkulosis.
2. Pemberian steroid, langkah ini dilakukan jika batuk darah disebabkan oleh radang.
3. Kemoterapi atau terapi radiasi, langkah ini dilakukan jika batuk darah disebabkan oleh
kanker paru-paru atau tenggorokan.
4. Embolisasi arteri bronkial, langkah ini dilakukan jika batuk darah diakibatkan oleh
pendarahan di dalam arteri. Dengan metode ini dokter akan arteri yang bermasalah akan
diblok dengan zat atau bahkan kumparan logam kemudian mengalihkan peredaran darah
ke arteri lain yang lebih sehat. Untuk mengidentifikasi sumber pendarahan dapat dibantu
dengan kateter melalui monitor.
5. Operasi jika batuk darah disebabkan oleh kondisi yang mengancam nyawa pasien seperti
dengan cara operasi pengangkatan paru-paru pada penderita pneumonia atau paru-paru
basah.

6. Pencegahan Batuk Darah


1. Menjaga Jarak Dengan Penderita
Agar tidak tertular, sebaiknya anda menjaga jarak dengan penderita penyakit dalam
seperti paru-paru, TBC dan masih banyak lainnya. Sebaiknya anda menggunakan
masker yang menutup hidung dan mulut anda saat menjenguk orang yang terkena
penyakit dalam. Hal itu dikarenakan kuman dan bakteri yang disebabkan oleh TBC
bisa menyebar melalui udara.
2. Pola Hidup Sehat

Gaya hidup sehat bisa mencegah anda dari penyakit batuk berdarah. Pola hidup
sehat itu adalah tidak merokok. Bahaya merokok bisa menyebabkan anda terkena
kanker paru-paru. Jika sudah terkena kanker paru-paru kualitas hidup anda menjadi
menurun drastic.

3. Hindari Radikal Bebas


Anda harus berhati-hati terhadap radikal bebas, terutama dengan polusi udara yang
ada di sekitar anda. Gunakan masker dan konsumsilah makanan yang kaya akan
antioksidan untuk bisa mencegah batuk berdarah yang disebabkan oleh radikal
bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti, Egi
Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009.

M. Amin , 1999, Ilmu penyakit Paru, Surabaya : Airlangga universty press.


Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2.
Jakarta ; EGC.
Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC. Dongoes.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI :


Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai