Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DISMENOREA

Dosen Pembimbing : Tutik Setyowati S. Kep, Ns. M.Kes

Disusun oleh :

Nurussya’adah Dwi Ayuningrum

P1337420418005/2A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KONSEP TEORI

A. Definisi Dismenorea

Dismenorea berasal dari bahasa Yunani. Dys berarti sulit, nyeri

atau abnormal; meno berarti bulan; rhea berarti aliran. Jadi, dismenorea

berarti nyeri perut pada perut bawah sebelum, selama dan sesudah

menstruasi. Bersifat kolik terus menerus (Karim, 2009).

Dismenorea merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram

perut). Dismenorea merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah

menstruasi. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum

terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 – 36 jam. Kram

tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke

punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus dismenorea berat nyeri

kram dapat disertai dengan muntah dan diare (Andira, 2010).

Dismenorea atau rasa nyeri saat menstruasi pada wanita merupakan

suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh Prostaglandin.

Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu terjadi bila mana

kadar progesteron dalam darah rendah (Sarwono, 2006).

B. Klasifikasi Dismenorea

1. Dismenorea Primer

Dissmenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa

ditemukan keadaan patologi pada panggul. Dismenorea primer

berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi


myometrium sehingga terjadi iskemik akibat 8 adanya

prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi.

Perempuan dengan dismenorea primer didapatkan kadar

prostaglandin lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa

dismenorea (Prawirohardjo, 2011).

Dismenorea primer terjadi sejak pertama menstruasi,

biasanya tanpa ada kelainan alat kandungannya. Biasanya dimulai

pada saat seorang wanita berumur 2 – 3 tahun setelah menarche

dan mencapai puncaknya pada usia 15 – 25 tahun (Andira, 2010).

2. Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang

berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genital,

mislanya endrometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis

serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul

(Prawirohardjo, 2011). Dismenorea ini sangat jarang terjadi.

Biasanya terjadi pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun dan

dapat terjadi pada 25 % wanita yang mengalami dismenorea

(Andira, 2010).

C. Derajat Dismenorea

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Sedangkan

menurut Menurut Karim (2009), ditinjau dari berat ringannya rasa nyeri,

Dismenorea dibagi menjadi :


1. Dismenorea ringan yaitu dismenorea dengan rasa nyeri yang

berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk

menghilangkan nyeri tanpa disertai pemakaian obat.

2. Dismenorea sedang yaitu dismenorea yang memerlukan obat untuk

menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas

sehari-hari.

3. Dismenorea berat yaitu dismenorea yang memerlukan istirahat

sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari

selama 1 hari atau lebih.

D. Etiologi Dismenorea

Penyebab pasti dismenorea belum diketahui. Diduga faktor psikis

sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenorea primer umumnya

dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi.

Penyebab tersering dismenorea sekunder adalah endometriosis dan

infeksi kronik genitalia interna. Hingga baru-baru ini, dismenorea

disisihkan sebagai masalah psikologis atau aspek kewanitaan yang tidak

dapat dihindari.

a. Dismenorea primer

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore antara lain :

 Faktor Kejiwaan

 Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang

mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik

maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi


perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,

mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan

gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore.

 Faktor endokrin

Pada umumnya hal ini dihubungkan dengan kontraksi usus yang

tidak baik. Hal ini sangat erat kaitanya dengan pengaruh hormonal.

Peningkatan produksi prostagladin akan menyebabkan terjadinya

kontraksi uterus yang tidak terkordinasi sehingga menimbulkan

nyeri.

b. Dismenorea sekunder

Dalam dismenorea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah :

 Faktor konstitusi

Seperti kista, tumor atau fibroid.

 Anomali uterus konginental

Seperti : rahim yang terbalik.

 Endometriosis

Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan

endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan

yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan

endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya

kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan

terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

E. Manifestasi Klinis Dismenorea


a) Dismenorea primer

1. Haid pertama berlangsung

2. Nyeri perut bagian bawah

3. Nyeri punggung

4. Nyeri paha

5. Sakit kepala

6. Diare

7. Mual dan muntah

b) Dismenorea sekunder

1. Terjadi selama sikuls pertama haid dan sampai berhari hari,

yang merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital.

Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun

2. Terdapat ketidak normalan pelvis kemungkinan adanya :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflamatory disease

c. Pelvic adhesion (pelekatan pelvis)

d. Adenomyosis

F. Patofisiologi

1. Dismenorea primer(primary dysmenorrhea)

Disebabkan karena kelebihan atau ketidak seimbangan dalam

jumlah sekresi prostaglandin (PG) dari endometrium saat menstruasi,

prostaglandin F2α (PGF2α) merupakan stimulan miometrium yang kuat

dan vasokonstriktor pada endometrium. Selama peluruhan


endometrium, sel-sel endometrium melepaskan PGF2α saat menstruasi

dimulai. PGF2α merangsang kontraksi miometrium, iskemia dan

sensitisasi ujung saraf.

Dismenorea terjadi karena kontraksi uterus yang berkepanjangan

sehingga terjadi penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar

prostaglandin meningkat ditemukan di cairan endometrium wanita

dengan dismenorea dan berhubungan lurus dengan derajat nyeri.

Peningkatan prostaglandin endometrium sebanyak 3 kali lipat

terjadi dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut

yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di

endometrium setelah penurunan progesterone pada akhir fase luteal

berakibat peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang

berlebihan. Leukotrien diketahui dapat meningkatkan sensitivitas serat

nyeri di rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan dalam

endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak merespon

baik dengan pengobatan antagonis prostaglandin. Hormon hipofisis

posterior vasopressin dapat terlibat dalam hipersensitivitas miometrium,

berkurangnya aliran darah uterus, dan nyeri pada dismenorea primer.

Peran Vasopresin dalam endometrium mungkin terkait dengan sintesis

dan pelepasan prostaglandin. Vasokonstriksi menyebabkan iskemia dan

telah diteliti bahwa neuron nyeri tipe C dirangsang oleh metabolit

anaerob yang dihasilkan oleh endometrium iskemik dan dapat

meningkatkan sensitivitas nyeri.


2. Dismenorea Sekunder (secondery dysmenorrhea)

Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun

paling sering muncul di usia 30-an atau 40-an, setelah tahun-tahun

normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan

prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun,

secara pengertian penyebab yang umum termasuk: endometriosis,

leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium dan chronic

pelvic inflammatory disease.

G. Pathway

H. Penatalaksanaan

a) Disminorea Primer
1. Latihan

a. Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang

b. Latihan menggoyangkan panggul

c. Latihan dengan posisi lutut ditekukkan ke dada, berbaring

terlentang atau miring

2. Kompres air hangat

3. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostagladin

4. Istirahat

5. Obat-obatan

a. Kontrasepsi oral, Menghambar ovulasi sehingga meredakan

gejala

b. Mirena atau progestasert AKDR, Dapat mencegah kram

b) Disminorea sekunder

1. PRP

a. PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau

peritonitis panggul.

b. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria

Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative,

anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital.

Lakukan kultur dengan benar.

c. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat

diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis,


adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and

prevention (CDC) adalah sebagai berikut :

 Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14

hahri, di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

 Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g

probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2

kali/ hari selama 14 hari.

 Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter

spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk

di berikan antibiotic pe IV.

d. Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap

terapi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan. 

2. Endometriosis

a. Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi

b. Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan

lain sesuai anjuran dokter.

3. Fibroid dan polip uterus

a. Polip serviks harus di angkat

b. Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus

di rujuk ke dokter.

4. Prolaps uterus

a. Terapi definitive termasuk histerektomi


b. Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan

dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :

 Latihan kegel

 Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat

kandung kemih. 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, ras,

kewarganegaraan, pekerjaan, pendidikan, nomor RM, dan diagnosa

medis

2. Keluhan utama : keluhan utama yang dirasakan klien

3. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat kesehatan yang saat ini dialami

klien

4. Riwayat kesehatan dahulu : riwayat kesehatan yang pernah dialami

klien

5. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit yang pernah atau

sedang diderita oleh keluarga

6. Riwayat menstruasi : perlu ditanyakan umur menarche, siklus

menstruasi, lama menstruasi

7. Riwayat kehamilan sekarang : untuk mengetahui sudah pernah hamil

atau belum

8. Status perkawinan : mengetahui status perkawinan klien

9. Riwayat keluarga berencana : untuk mengetahui apakah klien pernah

atau sedang mengikuti program KB

10. Pola kehidupan sehari – hari (Pola Gordon)

11. Pemeriksaan fisik : pemeriksaan umum dan head to toe

B. DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d dismenorea


2. Intoleransi aktivitas b.d dismenorea

3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan

C. INTERVENSI

No. Dx Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Mengetahui detail

berhubungan tindakan pengkajian nyeri nyeri klien

dengan keperawatan 3 x secara 2. Lingkungan yang

dismenorea 24 jam, komprehesif kurang mendukung

diharapkan nyeri 2. Beri lingkungan dapat mempengaruhi

akut teratasi tenang dan rangsangan stress

dengan kriteria kurangi 3. Membantu

hasil : rangsangan meredakan nyeri

1. Skala nyeri 0 – penuh stress 4. Membantu

1 3. Kolaborasi mengurangi rasa

2. Klien tampak dengan dokter nyeri

rileks dalam pemberian 5. Membantu

analgesic mengurangi nyeri

4. Ajarkan strategi

relaksasi

(misalnya nafas

berirama lambat,

nafas dalam,

bimbingan
imajinasi

5. Berikan kompres

hangat
Intoleran Setelah dilakukan 1. Kaji tanda – 1. Mengetahui tanda

aktivitas tindakan tanda vital vital klien

berhubungan keperawatan 3 x 2. Observasi adanya 2. Mengetahui faktor

dengan 24 jam, pembatasan klien apa saja yang dapat

dismenorea diharapkan dalam melakukan membatasi aktivitas

intoleransi aktivitas klien

aktivitas teratasi 3. Berikan bantuan 3. Membantu aktivitas

dengan kriteria sesuai kebutuhan klien selama sakit

hasil :

1. Klien mampu

beraktivitas
Ansietas Setelah dilakukan 1. Libatkan klien/ 1. Melibatkan

berhubungan tindakan orang terdekat klien secara

dengan keperawatan 3 x dalam rencana langsung

kurangnya 24 jam, perawatan mempermudah

pengetahuan diharapkan 2. Berikan dalam proses

ansietas teratasi lingkungan keperawatan

dengan kriteria tenang dan 2. Lingkungan

hasil : istirahat yang tenang dapat

1. Klien 3. Bantu pasien mengurangi ansietas

menyatakan untuk 3. Membantu klien


kesadaran mengidentifikasi/ menentukan koping

perasaan memerlukan baru

ansietas perilaku koping 4. Membantu klien

2. Klien yang digunakan dengan koping baru

menunjukkan pada masa lalu

relaksasi 4. Bantu pasien

3. Klien belajar

menunjukkan mekanisme

perilaku untuk koping baru,

menangani misalnya teknik

stres mengatasi stres

D. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

perawatan (Tarawoto & Wartonah, 2015). Berdasarkan terminologi NIC,

implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang

merupakan tindakan keperawatan khusus yang dipergunakan untuk

melaksankan intervensi (Kozier et al, 2010).

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat

menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Tarawoto & Wartonah,

2015).
DAFTAR PUSTAKA

Nuranif. Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta :
Mediaction

Anonim A. Laporan Pendahuluan Dismenorea. Diakses dari


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1212/3/BAB%20II.pdf

Anonim B. Tinjauan Pustaka : Dismenorea. Diakses dari


http://eprints.umm.ac.id/42067/3/jiptummpp-gdl-maghfeyraf-49058-3-babii.pdf

Siwi. Murni. Dismenorea Fix. Diakses dari https://www.academia.edu/

Anda mungkin juga menyukai