Anda di halaman 1dari 4

LARANGAN SPEKULASI ATAU JUDI

Nama: Jamaluddin
Npm: 20113020

Dosen Pengampu: ALFATTIAH ALDIN. M. Ag

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH

TAHUN 2023
A. Pendahuluan

Dewasa ini, praktik perjudian kian ramai ditemui. Bahkan dengan kemajuan teknologi
yang ada, memicu hadirnya aksi judi secara online.Pada hakikatnya perjudian merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan norma dan hukum. Karena dapat menimbulkan dampak
negatif dan merugikan moral dan mental masyarakat, khususnya bagi generasi muda. Oleh sebab
itu, tidak berlebihan pula jika judi disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat.

Perjudian dianggap satu pilihan yang menjanjikan keuntungan tanpa harus bekerja keras.
Bagi masyarakat dengan kelas ekonomi rendah menganggap judi pilihan tepat bagi untuk
mencari uang dengan lebih mudah. Disadari atau tidak, bahwa akibat yang ditimbulkan dari judi
jauh lebih berbahaya dan merugikan dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Judi merupakan
suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil suatu pertandingan,
permainan atau kejadian yang hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya.

B. Istilah Judi

Istilah judi dalam bahasa Arab disebut dengan dengan qimar, yaitu permainan yang
menjanjikan bahwa yang menang akan mendapatkan sesuatu dari yang kalah. Sedangkan dalam
Alquran, Allah menggunakan istilah al-maisir yang disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam
Alquran yaitu pada surah. Al-Baqarah: 219, dan surah Al-Maidah: 90-91. Lafazh al-maisir
memiliki arti mudah, tidak dengan lafazh ma’siru yang berarti susah. Menurut Syekh Mutawalli
Sya’rawi dalam Tafsir Sya’rawi, hal tersebut dikarenakan apabila seseorang berjudi, ia berharap
untuk menang. Apabila mengetahui ia akan kalah, maka tidak akan melakukannya. Al-maisir
merupakan salah satu bentuk perjudian yang dilakukan oleh orang Arab dengan menggunakan
anak panah. Jumhur ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali berpendapat bahwa
unsur pernting dari al-maisir adalah taruhan. Karenanya hal tersebut merupakan merupakan illat
(sebab) bagi haramnya al-maisir menurut jumhur ulama.

C. Spekulasi yang dilarang

Spekulasi yang dilarang dalam agama adalah tindakan seseorang untuk memperoleh
keuntungan dalam bisnis dengan mengandalkan kondisi dan sikap untung-untungan (gambling).
Spekulasi terjadi karena adanya ketidakjelasan (jahalah) mengenai apa yang akan terjadi di
kemudian waktu yang berdampak negatif dalam aktivitas bisnis. Spekulasi ini disebut maisir
yang diharamkan karena mengandung ketidakjelasan antara untung dan rugi.1

Dalam Surat al-Maidah ayat 90 Allah Swt berfiman ”Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan”. Tindakan spekulasi berangkat dari keinginan untuk mendapatkan
keuntungan yang besar dengan tidak memperdulikan tanggung jawab dan dampak negatif yang
merugikan. Contohnya seperti judi dan taruhan dimana pelaku berada pada posisi ketidakjelasan
antara kalah dan menang, ketika kalah dia yang merugi, dan ketika menang orang lain yang rugi.2

1
. Al-mausuíah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, juz 39, halalaman 405.
2
. Surat al-Maidah ayat 90
Dalam masing-masing kondisi itu memiliki dampak negatif. Spekulasi seperti inilah yang
dilarang oleh agama karena dapat merugikan diri sendiri dan berakibat munculnya permusuhan
antar manusia. Dalam Surat al-Maidah ayat 91, Allah berfirman ”Sesungguhnya setan itu
bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi…”.

Spekulasi berbeda dengan risiko meski masing-masing mengandung ketidakjelasan. Dalam


spekulasi pelaku mengandalkan nasib untung-untungan (game of change) dengan risiko yang
besar dan tidak jarang merugikan pihak lain. Sedangkan risiko adalah kemungkinan yang wajar
akan terjadinya kondisi untung dan rugi yang mengikuti setiap aktivitas bisnis. Risiko ini dalam
agama dianggap sebagai kondisi yang wajar karena dalam kegiatan apa saja dapat dipastikan
akan adanya risiko yang timbul seperti yang terjadi dalam prinsip bisnis. Allah berfiman, ”Dan
tidak seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa-apa yang diusahakannya esok”. 3
Oleh karena itu dalam aturan bisnis (muamalah) terdapat kaidah khusus yang berbunyi
”alghunmu bilghurmi” yakni keuntungan seseorang terjadi dengan menanggung adanya
kerugian. Artinya seseorang yang berhak keuntungan dalam bisnis ia harus siap menanggung
risiko.

Dalam hal risiko, syariat menganjurkan adanya upaya untuk mengantisipasi seperti yang terdapat
dalam Surat Al-Hasyr ayat 18 ”Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Salah satu aturan mengantisipasi terjadinya risiko negatif dalam bisnis adalah larangan adanya
ketidakjelasan bisnis seperti ketidakjelasan waktu, tempat, deskripsi barang, akad dan seterusnya
yang semuanya mengarah pada keberpihakan masing-masing pelaku bisnis. Berbeda sekali
dengan tindakan spekulasi yang cenderung berpihak pada salah satu dan merugikan pihak yang
lain.

D. Bahaya dan Dampak dari Perjudian

Judi telah lama dikenal sepanjang sejarah, sejak zaman dahulu. Fenomena perjudian merupakan
gejala sosial, yang berbeda hanyalah pandangan hidup dan ragam permainannya saja. Larangan
berjudi dalam Islam merupakan bentuk kasih sayang bahwa praktik perjudian dapat merugikan
diri sendiri dan orang lain. Firman Allah ta’ala surah. Al-Baqarah: 219:

۞‫ك‬ َ ِ‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا َويَ ْسـَٔلُوْ نَكَ َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل‬
ِ ۖ َّ‫يَ ْسـَٔلُوْ نَكَ َع ِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُوْ ۙن‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada
keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar
daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka
infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan.4

3
. QS. Luqman: 34
4
. Tafsir Kementerian Agama RI
Penjelasan bahwa bahaya yang ditimbulkan dari perjudian tidak kurang dari bahaya minum
khamar.

Pertama, memicu permusuhan, kemarahan, hingga pembunuhan. Pekerjaan nekad, kerap kali
terjadi pada para pemain judi, seperti bunuh diri, merampok, dan lain-lain, terlebih apabila ia
mengalami kekalahan. Karenanya sangat beralasan harus menjauhkan diri dari perjudian.

Kedua, membuat seseorang menjadi malas mengerjakan ibadah serta jenuh hatinya dari
mengingat Allah. Selain membentuk tabiat yang jahat, berjudi dapat memicu seseorang jadi
pemalas dan pemarah. Pada akhirnya mampu merusak akhlak, tidak mau bekerja untuk mencari
rezeki dengan jalan yang baik, dan selalu mengharap untuk mendapat kemenangan.

Ketiga, menimbulkan kemiskinan. Banyak kekalahan yang dialami orang yang berjudi,
menjadikannya terus menerus penasaran dan berharap menang. Oleh sebab itu, tak segan-segan
menaruhkan berbagai macam harta untuk mewujudkan harapannya tersebut.

Keempat, merusak rumah tangga. Akibat keinginan memenuhi nafsu untuk bermain judi,
seseorang akan dipertaruhkan harta yang dimilikinya. Pada akhirnya dia melupakan
kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya. Bahkan bagi pejudi berat terkadang
dapat mempertaruhkan anak dan istrinya

Islam menghendaki setiap pemeluknya mengikuti Sunatullah dalam mencari penghasilan


dengan cara dan jalan yang baik. Adapun judi menjadikan seseorang hanya mengandalkan nasib
baik, kebetulan dan mimpi-mimpi kosong. Oleh sebab itu, ia enggan untuk bekerja keras dan
berusaha terhadap segalla yang telah dikaruniakan Allah.

Kedudukan harta manusia dalam Islam adalah sesuatu yang terhormat. Dilarang
mengambil semena-mena, kecuali dengan cara yang telah di syari’atkan, atau dalam bentuk
pemberian dengan suka rela.

Adapun mengambil harta orang lain dengan cara judi, ia termasuk memakan harta orang
lain dengan cara yang batil. Melalui cara yang batil tersebut, tak heran melahirkan permusuhan
dan kebencian di antara kedua bela pihak pemain, meskipun secara lahir mereka menampakan
kerelaan.

Anda mungkin juga menyukai