Oleh:
NADYA QAMARA
2101110116
LIA WENING TIAS
2101110115
DOSEN PENGAJAR :
NAUFAL HIDAYAT. Lc.M.Ag
FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
2
BAB I
PENDAULUAN
Istilah judi (maysir) merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai tempat
untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang
yang seharusnya menempuh jalan yang seharusnya, tetapi sebaliknya, ia mencari
jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki, walaupun
jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah.
Banyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu, Karena
perjudian mempunyai konsekuensi sosial kurang baik, dan mengatur batas
yurisdiksi paling sah tentang undang-undang berjudi sampai taraf tertentu.
Beberapa negara-negara Islam melarang perjudian, hampir semua negara-negara
mengatur itu. Kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian, dan
memandang sebagai akibat konsekuensi masing-masing, dan tak dapat
dilaksanakan oleh proses yang sah sebagai undang-undang. Dengan begitu
organisasi kriminal sering mengambil alih penyelenggaraan dari utang perjudian
besar, kadang-kadang menggunakan metode yang kejam, seperti mafia, triad, atau
yakuza.
Akibat dari perjudian ini maka beberapa orang akan menjadi ketagihan.
Mereka tidak dapat berhenti berjudi, dan kehilangan banyak uang. Kadang-kadang
judi tidaklah adil. Jika anda menang atau kalah, maka anda harus membayar
sejumlah uang. Maka dalam kondisi tersebut seharusnyaa kita sadar bahwa
perjudian itu sangat merugikan diri kita
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu maisir
beserta jenisnya
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAULUAN......................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
Pengertian maisir..................................................................................................5
Dasar hukum dilarangnya maisir..........................................................................5
Jenis jenis dan macam macam perjudian.............................................................6
Faktor penyebab terjadinya perjudian..................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................9
Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian maisir
Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maisir adalah qimar.
Menurut Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar dimaksudkan sebagai
permainan untung-untungan (game of cance). Dengan kata lain, yang
dimaksudkan dengan maisir adalah perjudian.
Kata maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu
dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja.
Yang biasa disebut berjudi. Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai
“suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda
atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu”.
Agar bisa dikategorikan judi harus ada tiga unsur untuk dipenuhi: pertama,
adanya taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi.
Kedua,adanya suatu permainan yang digunakan untuk menetukan pemenang dan
yang kalah. Ketiga, pihak yang menang mengambil harta (sebagian/seluruhnya)
yang menjadi taruhan, sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya. Contoh
maisir ketika jumlah orang-orang masing-masing kupon togel dengan ‘harga’
tertentu dengan menembak empat angka. Lalu diadakan undian dengan cara
tertentu untuk menentukan empat angka yang akan keluar. Maka ini adalah undian
yang haram, sebab undian ini telah menjadi bagian aktifitas judi. Didalamnya ada
unsur taruhan dan ada pihak yang menang dan yang kalah, dimana yang menang
materi yang berasal dari pihak yang kalah. Ini tidak diragukan lagi adalah
karakter-karakter judi yang najis.
5
Dari ayat tersebut, para ulama ahli tafsir menyimpulkan beberapa hal:
Dalil larangan praktik maysir dalam Surah Al-Maidah (5) ayat 90 yang
menggambarkan maysir sebagai judi dan mengundi nasib dengan anak panah.
Kemudian pelarangan tersebut ditegaskan dalam HR Riwayat Bukhari dn Muslim
bahwa ketika seorang muslim berkata “Mari aku bertaruh denganmu” maka
setelahnya ia harus bersedekah.
Para ulama menafsirkan hadits ini sebagai larangan maysir karena setelah
umat muslim mengajak bertaruh, mereka harus memberikan “kafarat” atau
sejumlah denda yang harus ditunaikan karena perbuatan dosa agar tertutup dan
dampak negatifnya tidak menimpa kita di dunia maupun akhirat.
a. Undian yaitu dalam bentuk lotre, loto, porkas, togel dan sebagainya dimana
mereka hanya memiliki nomor tertentu. Judi ini adalah judi masal dimana bisa
diikuti oleh jutaan orang dimanapun mereka berada.
b. Taruhan untuk judi ini biasanya dikaitkan dengan analisa mengapa pengetahuan
dari sipenjudi; misalnya balapan kuda, anjing, sambung ayam, boksen maupun
sepak bola.
c. Judi antar sesama penjudi lainnya, seperti permainan domino, poker, dadu, dan
lain-lain.
d. Judi antar manusia dan mesin, misalnya main jackpot, mikey mouse, ding dong,
pachinko maupun permainan komputer lainnya.
6
Adapun macam-macam perjudian menurut penjelasan atas PP No. 9 Tahun 1981
tentang Pelaksanaan UU 7 Tahun 1974 yaitu: pasal 1 ayat (1) bentuk dan jenis
perjudian yang dimaksud dalam pasal ini meliputi:
1) Roulette.
2) Lempar paser/bulu ayam, dll.
1) Lempar gelang.
2) Lempar uang (coin).
3) Pancingan.
4) Lempar bola.
5) Adu ayam,sapi,kerbau,domba.
6) 10) Pacu kuda,anjing, dll.
1) Adu ayam,sapi,kerbau,kambing
2) Pacu kuda
3) Karapan sapi
b) Faktor situasional
7
pengelola perjudian dengan selalu mengekspos para penjudi yang berhasil
menang memberikan kesan kepada calon penjudi bahkan kemenangan dalam
perjudian adalah suatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja
(padahal kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil). Peran media
massa seperti televisi dan film yang menonjolkan keahlian para penjudi yang
‘seolah-olah’ dapat mengubah setiap peluang menjadi kemenangan atau
mengagung-agungkan sosok sang penjudi, telah ikut pula mendorong
individu untuk mencoba permainan judi.
c) Faktor belajar
Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap
perilaku berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Apa
yang pernah dipelajari dan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan akan
terus tersimpan dalam pikiran seseorang dan sewaktu-waktu ingin diulangi
lagi. Inilah yang dalam teori belajar disebut sebagai Reinforcement Theory
yang mengatakan bahwa perilaku tertentu akan cenderung diperkuat/diulang
bilamana diikuti oleh pemberian hadiah/sesuatu yang menyenangkan.
Penjudi yang merasa dirinya sangat trampil dalam salah satu atau beberapa
jenis permainan judi akan cenderung menganggap bahwa
keberhasilan/kemenangan dalam permainan judi adalah karena ketrampilan
yang dimilikinya. Mereka menilai ketrampilan yang dimiliki akan membuat
mereka mampu mengendalikan berbagai situasi untuk mencapai kemenangan
(illusion of control). Mereka seringkali tidak dapat membedakan mana
kemenangan yang diperoleh karena ketrampilan dan mana yang hanya
kebetulan semata. Bagi mereka kekalahan dalam perjudian tidak pernah
dihitung sebagai kekalahan tetapi dianggap sebagai “hamper menang”,
sehingga mereka terus memburu kemenangan yang menurut mereka pasti
akan didapatkan.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan. Al-Maysir (perjudian) terlarang dalam syariat
Islam, dengan dasar al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’. Dalam al- Qur’an terdapat
firman Allah yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah:90). Dari as-Sunnah, terdapat sabda
Rasulullah SAW “Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘mari aku
bertaruh denganmu’ maka hendaklah dia bersedekah” (HR. Bukhari- Muslim)
9
DAFTAR PUSTAKA
Ibid, Azzam Abdul, Aziz Muhammad, h. 217,www.ocbcnisp.com, ibid,34,
Haryanto, Indonesia negri judi( Jakarta : Yayasan khasana insan mandiri,2003)
10