Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI IBADAH

PSIKOLOGI PERJUDIAN

DOSEN PENGAMPU :

Ibu Dr. Syahidah Rena, M.Ed.

DISUSUN OLEH :

Savira Puspita Nur A. 11180700000028

Fiza Tia Sabillah 11180700000034

Alma Ghalizha 11180700000199

Elvina Indah Murni 11190700000069

SEMESTER/KELAS :

5C

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan
rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Psikologi Ibadah ini. Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, pada segenap keluarga, para sahabat serta umatnya
sepanjang zaman.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Ibadah yang dibimbing oleh Ibu Dr. Syahidah Rena, M.Ed. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang sudah membantu dan memberi dukungan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.

Namun terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini terdapat banyak kesalahan, dan jauh dari kata sempurna. Baik dari segi bahasa,
penyusunan, serta penulisannya. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik
dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami agar
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalahan
lainnya yang masih berhubungan pada makalah makalah berikutnya.

Bogor, 2 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

A. Pengertian Perjudian....................................................................................................2

B. Jenis dan Kategori Perjudian.......................................................................................2

C. Bahaya Perjudian.........................................................................................................7

D. Hubungan Psikologi dan Perjudian...........................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................14

A. Kesimpulan................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini banyak dijumpai permainan yang menjanjikan berbagai
macam hadiah. Permainan terebut baik dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, melalui media elektronik (misalnya media Internet) maupun media cetak.
Dengan berbagai macam dalil yang dilontarkan para pemainnya bahwa hiburam. Akan
tetapi kenyataannya permainan tersebut dicampuri dengan perjudian, artinya sering
dijumpai di masyarakat, baik di lingkungan tempat tinggal, di pasar, bahkan di tempat
kerja, permainan ini dibarengi dengan melakukan taruhan antara pemainnya. Berbagai
cara dilakukan dalam penanganan perjudian, meski pada hakekatnya perjudian
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral kesusilaan,
maupun hukum. Namun perjudian masih menunjukan eksistensinya dulunya hanya
terjadi dikalangan orang dewasa pria. Sekarang sudah menjalar ke berbagai elemen
masyarakat anak-anak dan remaja yang tidak lagi memandang baik pria maupun
wanita. Perjudian membahayakanbagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara. Meski demikian berbagai perjudian tetap berkembang seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia. Macamdan bentuk perjudian saat ini sudah merebak
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang di maksud dengan judi?
B. Apa saja jenis dan kategori dari perjudian?
C. Bagaimana judi dapat membahayakan individu?
D. Bagaimana hubungan psikologi dengan perjudian?

C. Tujuan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan judi
B. Untuk mengetahui jenis dan kategori perjudian
C. Untuk mengetahui bahaya perjudian
D. Untuk mengetahui hubungan psikologi dengan perjudian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perjudian
Judi atau al-Maysir (bahasa Arab), bambling (bahasa Inggris) adalah permainan
dengan memakai uang yang sebagai teruhan atau mempertaruhkan sejumlah uang atau
harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan
sejumlah uang atau harta semula dalam hal ini judi yang dimaksut dalam tulisan ini
adalah permainan yang mengandung unsure taruhan (semua bentuk taruhan) dan orang
yang menang dalam permainan itu berhak mendapatkan taruhan tersebut. Dalam AL-
Qur’an kata al-Maysir, disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS. Al- Baqarah (2)
219, dan QS. Al-Maidah (5): 90-91.

1. QS Al-Baqarah : 219 Artinya: “mereka bertanya kepadamu tentang Khamar dan Judi.
Katkanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya…”

2. QS. Al-Maidah : 90 Artinya : “hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya


(meminum) Khamar, berjudi, (berkorban untuk) barhala, mengundi nasip dengan panah,
adalah perbuatan kejih adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”

3. QS. Al-Maidah : 91 Artinya: “Sesungguhnya setan itu bermaksut hendak


menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) Khamar
dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”

B. Jenis dan Kategori Perjudian

B.1 Jenis - Jenis Perjudian

B.1.1 Pada masa jahiliyah dikenal dua bentuk judi/al-maysir, yaitu:


 Al-Mukhatharah (‫)المخاطرة‬
Adalah perjudian yang dilakukan antara dua orang laki-laki atau lebih yang
menempatkan harta dan istri mereka masing-masing sebagai taruhan dalam suatu

2
permainan. Orang yang berhasil memenangkan permainan itu berhak mengambil
harta dan isteri dari pihak yang kalah. Harta dan isteri yang sudah menjadi milik
pemenang itu dapat diperlakukannya sekehendak hati. Jika dia menyukai kecantikan
perempuan itu, dia akan mengawininya, namun jika ia tidak menyukainya,
perempuan itu dijadikannya sebagai budak atau gundik.
 Al-Tajzi`ah (‫)التجزئة‬
Adalah perjudian yang dilakukan 10 orang laki-laki dengan menggunakan kartu yang
terbuat dari potongan-potongan kayu (karena pada waktu itu belum ada kertas).
Kartu itu disebut al-azlam, kartu itu berjumlah 10 buah, yaitu al-faz berisi satu
bagian, al-taw’am berisi dua bagian, al-raqib tiga bagian, al-halis empat bagian, al-
nafis lima bagian, al-musbil enam bagian, dan al-mu’alif tujuh bagian, yang
merupakan bagian terbanyak. Sedang kartu al-safih, al-manih dan alwaqd
merupakan kartu kosong. Jadi jumlah keseluruhan dari 10 nama kartu itu adalah 28
buah.
Kemudian seekor unta dipotong menjadi 28 bagian, sesuai dengan jumlah isi
kartu tersebut. selanjutnya kartu dengan nama-nama sebanyak 10 buah itu
dimasukkan ke dalam sebuah karung dan diserahkan kepada seseorang yang dapat
dipercaya. Kartu itu kemudian dikocok dan dikeluarkan satu per satu hingga habis.
Setiap peserta mengambil bagian dari daging unta itu sesuai dengan isi atau bagian
yang tercantum dalam kartu yang diperolehnya. Mereka yang mendapatkan kartu
kosong, yaitu tiga orang sesuai dengan jumlah kartu kosong, dinyaatakan sebagai
pihak yang kalah dan merekalah yang harus membayar unta itu. Sedangkan mereka
yang menang, sedikit pun tidak mengambil daging unta hasil kemenangan itu,
melainkan seluruhnya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Mereka yang
menang saling membanggakan diri dan membawa-bawa serta melibatkan pula suku
atau kabilah mereka masing-masing.Di samping itu, mereka juga mengejek dan
menghina pihak yang kalah dengan menyebut-nyebut dan melibatkan pula kabilah
mereka. Tindakan ini selalu berakhir dengan perselisihan, percekcokan, bahkan
saling membunuh dan peperangan.
Al-Jashshash juga menceritakan bahwa sebelum ayat pelarangan judi
diturunkan, Abu Bakar juga pernah mengadakan taruhan dengan orang-orang
musyrik Mekkah. Taruhan itu dilakukan ketika orang-orang musyrik tersebut
menertawakan ayat yang menjelaskan bahwa orang-orang Romawi akan menang

3
setelah mereka mengalami kekalahan (surat al-Rum ayat 1-6). Padahal pada waktu
ayat itu turun, bangsa Romawi baru saja mengalami kekalahan dalam peperangan
menghadapi bangsa Persia Sasanid. Ketika Nabi mengetahui taruhan yang dilakukan
Abu Bakar, beliau menyuruh Abu Bakar menambah taruhannya.
Beberapa tahun kemudian, ternyata bangsa Romawi mengalami kemenangan
dalam perang menghadapi bangsa Persia, dan Abu Bakar menang dalam taruhan
tersebut. Tapi kebolehan taruhan ini kemudian di-nasakh dengan turunnya ayat yang
menegaskan haramnya permainan judi tersebut dengan segala bentuknya.
Tentang lotre (al-yanatsîb), Muhamamd Abduh mengemukakan pendapatnya,
dalam kiab Tafsir al-Manar juz II dengan sub-judul al-maisir al-yanatsib (judi lotre),
adalah nama nama bagi kegiatan pengumpulan uang dalam jumlah besar yang
dilakukan oleh pemerintah, yayasan atau organisasi dari ribuan orang. Sebagian kecil
dari uang yang terkumpul itu diberikan kembali kepada beberapa orang, misalnya
mendapat 10%, dan dibagikan melalui cara al-maisir (cara yang berlaku pada
permainan judi), sedang sisanya dikuasai oleh penyelenggara dan digunakan untuk
kepentingan umum. Caranya adalah dengan mencetak kartu atau kupon yang
bentuknya mirip dengan mata uang. Setiap kupon yang disebut “kupon lotre ini
dijual dengan harga tertentu dan diberi nomor dengan angka-angka tertentu serta
dicantumkan pula jumlah uang yang akan diterima oleh pembelinya, jika ia
beruntung.
Penentuan atas pemenang di antara pembeli kupon dilakukan melalui undian
beberapa kali putaran. Para pembeli yang nomor kuponnya cocok dengan nomor
yang keluar dalam undian itu dinyatakan sebagai pemenang dan berhak mendapatkan
hadian uang sebanyak 10% dari hasil yang terkumpul. Undian ini dilaksanakan
secara periodik, misalnya, sekali dalam sebulan dan waktunya juga sudah ditentukan.
Sedangkan para pembeli kupon yang lain tidak mendapatkan apa-apa. Cara
penetapan pemenang ini, menurut Abduh, mirip sekali dengan cara penarikan
pemenang pada almaysir bentuk al-tajziah.
Dalam pandangan Abduh, al-maisir al-yanatsib itu dengan jenis-jenis almaisir
yang lain tidak menimbulkan permusuhan, kebencian dan tidak menghalangi
pelakunya dari perbuatan mengingat Allah dan mendirikan shalat, sebagai contoh,
para pembeli kupon lotre itu tidak berkumpul pada satu tempat, tetapi bahkan mereka
berada di tempat-tempat yang berjauhan jaraknya dengan tempat penarikan undian

4
itu. Untuk mengikuti undian itu, mereka tidak banyak melakukan kegiatan lain yang
menjauhkan mereka dari zikir atau judi meja.
Para pembeli yang tidak beruntung juga tidak mengetahui orang yang
memakan hartanya, berbeda dengan pelaksanaan almaisir jahiliyah atau judi meja.
Akan tetapi, lanjut Abduh, dalam pelaksanaannya undian lotre ini terdapat akibat-
akibat buruk seperti yang juga yang terdapat pada jenis unduian lainnya. Akibat-
akibat dimaksud antara lain adalah kenyataan bahwa pelaksanaan undian lotre ini
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan harta orang lain secara tidak sah, yaitu
tanpa adanya imbalan yang jelas, seperti pertukaran harta itu dengan benda lain atau
dengan suatu jasa. Cara-cara seperti ini diharamkan oleh syarah.

B.1.2 Pada masa sekarang ini, adapun bentuk-bentuk judi dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

 Bentuk perjudian yang legal


Bentuk perjudian yang legal ini diizinkan oleh pemerintah. Kegiatannya mempunyai
lokasi resmi, dijamin keamanan beroperasinya dan diketahui oleh umum. Contoh judi
legal antara lain ialah:
1) Casino-casino dan Petak Sembilan di Jakarta, Sari Empat jalan kelenteng
Bandung.
2) Toto (totalisator) Grey Hound di Jakarta (telah ditutup Oktober 1978 oleh
pemerintah DKI).
3) Undian Harapan yang sudah berubah berubah menjadi Undian Sosial Berhadia,
pusatnya ada di Jakarta. Sedangkan di Surabaya ada undian Sampul Rejeki, di
Solo ada Sampu Borobudur, di Medan ada Sampul Danau Toba, dan di Jakarta
ada Sampul Sumber Harapan. Semuanya berhadiahkan 80 (delapan puluh) juta
rupiah.

Bentuk perjudian yang diberikan legalisasi oleh pemerintah antara lain


bertujuan untuk mendapatkan dana keuangan untuk pembangunan dan dana sosial.
Contoh, dana sosial tertentu antara lain diperoleh dengan jalan mengadakan undian.
Mengenai undian ini, Direktorat Jenderal Bantuan Sosial Departemen Sosial pada
tahun 1977 menyatakan sebagai berikut :

5
Undian dalam Undang-undang tanggal 27 Juli 1954 no. 22 disebutkan bahwa
tiap-tiap kesempatan yang diadakan oleh suatu badan untuk mereka yang setelah
memenuhi syaratsyarat tertentu dapat ikut serta dalam memperoleh hadiah berupa
uang atau benda, yang akan diberikan kepada pesertapeserta yang ditunjuk sebagai
pemenang dengan jalan undi atau dengan lain cara menentukan untuk yang tidak
dapat dipengaruhi oleh peserta sendiri.

Selanjutnya Undang-undang no. 22 tahun 1954 pasal 1 dan 2 menyatakan


sebagai berikut : Undian yang diadakan itu ialah oleh negara dan oleh suatu
perkumpulan yang diakui sebagai badan hukum atau oleh suatu perkumpulan yang
terbatas pada para anggota. Untuk keperluan sosial, sedang jumlah harga nominal dari
undian tidak lebih dari Rp. 3.000,-. Undian ini harus diberitahukan kepada instansi
pemerintah yang berwajib, dalam hal ini Kepala Daerah. Izin untuk mengadakan
undian hanya dapat diberikan untuk keperluan sosial yang bersifat umum.

 Bentuk perjudian illegal


Banyak negara melarang perjudian dengan memberikan sanksi keras disebabkan oleh
pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh perjudian antara lain berupa : kriminalitas,
alkoholisme, kecanduan bahan narkotik dan prostitusi atau pelacuran. Namun
demikian, kegiatan-kegiatan judi secara diam-diam dan ilegal terus berkembang
dalam berbagai bentuk. Beribu-ribu agen judi dan berjuta-juta pemain judi ikut
bertaruh dalam pertandingan, sport dan pacuan. Walaupun permainan judi itu pada
umumnya informasi sifatnya, namun dalam kenyataannya dilindungi oleh
organisasiorganisasi dan oknum-oknum resmi. Biasanya ada backing berupa kekuatan
bersenjata, centeng-centeng, kelompok tukang pukul sebagai pelindung dan penjamin,
oknum-oknum pejabat dan polisi.

B.2 Kategori Perjudian


Stanford Wong dan Susan Spector pada tahun 1996 dalam buku Gambling Like a
Pro, membagi empat kategori perjudian berdasarkan karakteristik psikologis mayoritas
para penjudi. Keempat kategori tersebut ialah :
1) Patience Games
Bagi penjudi yang ingin santai dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan hasil, maka
patience games merupakan pilihan yang paling digemari. Dalam perjudian model ini

6
para penjudi menunggu dengan sabar nomor yang mereka miliki keluar. Bagi mereka
masamasa menunggu sama menariknya dengan masa ketika mereka memasang
taruhan, mulai bermain ataupun ketika mengakhiri permainan. Termasuk dalam
kategori ini adalah: Lottery, Keno, Bingo.
2) Sociable Games Dalam Sociable Games
Setiap orang menang atau kalah secara bersama-sama. Penjudi bertaruh di atas alat
atau media yang ditentukan bukan melawan satu sama lain. Pada perjudian jenis ini
akan sering dijumpai para penjudi yang saling bercakap, tertawa, atau pun tegang.
Walaupun para penjudi selalu ingin menang, mereka sadar bahwa jika mereka sudah
mendapatkan kesempatan yang baik untuk emncoba permainan. Termasuk dalam
kategori ini adalah: Dadu, Baccarat, BlackJack, Pai Gw Poker, Let it Ride, Roulette
Amerika.
3) Games You Can Beat Dalam Games You Can Beat
Penjudi sangat kompetitif dan ingin sekali untuk menang. Penjudi juga berusaha
ekstra keras untuk dapat menguasai permainan. Dalam kategori ini penjudi
menganggap kemenangan diperoleh melalui permainan dengan penuh keahlian dan
strategi yang jitu serta dapat membaca strategi lawan. Penjudi harus dapat memilih
dan membuat keputusan secara tepat serta dapat membedakan alternatif kondisi mana
harus ikut bermain. Secara singkat dpat dikatakan bahwa permainan judi jenis ini
adalah permainan yang dirancang khusus bagi penjudi yang hanya mementingkan
kemenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah : Black Jack, Poker, Pai Gow
Poker, Video Poker, Sports Betting, Pacuan Kuda.
4) Analytical Games Analytical Games
Sangat menarik bagi orang yang mempunyai kemampuan menganalisis data dan
mampu membuat keputusan sendiri. perjudian model ini memerlukan riset dan
sumber informasi yang cukup banyak serta kemampuan menganalisis berbagai
kejadian. Termasuk dalam kategori ini adalah: Pacuan kuda, Sports Betting (contoh:
Sepakbola, Balap mobil/ Balap motor, dll).

C. Bahaya Perjudian
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 219, Allah berfirman:

7
Yang artinya: “mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya", dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: "yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,”. (Q.S Al-Baqarah (2) : 219)
Ayat di atas merupakan ayat yang pertama kali diturunkan berkaitan tentang judi, di
mana ayat tersebut menyatakan bahwa pada judi terdapat dosa besar serta manfaat,
namun dosanya jauh lebih besar.
Manfaat-manfaat yang didapat dari judi seperti misalnya memberi kelapangan bagi
orang-orang yang membutuhkan (fakir miskin), membuat pemenangnya merasa gembira
dan menjadi kaya tanpa bersusah payah, dan sebagainya. Namun sesuai dengan firman
Allah tersebut, dampak negatif dari judi jauh lebih banyak. Selain memerintahkan supaya
menjauhi kegiatan judi, Allah menjelaskan bahwa judi dapat menimbulkan dua
kerusakan, yaitu kerusakan yang bersifat agamis dan kerusakan yang bersifat duniawi.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 91, yaitu:

Yang artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan


permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).” (Q.S Al-Maidah (5) : 91)
Seperti yang telah disebutkan di atas, judi menimbulkan dua kerusakan, yaitu:
1. Kerusakan bersifat agamis akibat judi
Judi menghalangi pelakunya dari mengingat Allah dan melaksanakan
shalat. Hal ini disebabkan dalam setiap kali sedang berjudi, maka mereka akan
mencurahkan seluruh akalnya kepada permainan agar dapat menang dan tidak
mendapat kerugian, sehingga memalingkannya dari mengingat Allah serta
8
kewajiban-kewajiban agama yang seharusnya dijalankan. Kalaupun si penjudi
melaksanakan shalat, maka ia tidak akan melakukannya dengan khusyu’. Selain
itu, judi juga dapat menyebabkan berkurangnya iman seseorang sehingga
mendorong untuk mudah melakukan tindakan-tindakan kejahatan, seperti
mencuri dan merampok untuk modal berjudi. Judi merupakan perbuatan syaitan,
yang melahirkan berbagai tindak kejahatan dan kezaliman pelakunya, serta
kemurkaan dari Allah, sehingga membuat pelakunya jauh dari keberuntungan
dan keselamatan.
2. Kerusakan bersifat duniawi akibat judi
Kerusakan duniawi yang disebabkan oleh judi di antaranya yaitu
menimbulkan permusuhan dan perpecahan di antara manusia, yaitu yang
menang dan yang kalah dalam perjudian serta dapat merusak rumah tangga
karena melupakan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga (atau bahkan
menjadikan anak dan istri sebagai bahan taruhan). Selain itu, judi juga dapat
menyebabkan kemiskinan akibat tidak mau berhenti judi serta mengakibatkan
hartanya habis dan pekerjaan terlantar. Judi juga mendorong seseorang
melakukan tindakan kriminal kepada orang lain, seperti mencopet, merampok,
menipu, bahkan membunuh lawan mainnya karena tidak terima dikalahkan.
Jika merujuk pada dalil-dalil al-Qur’an dan hadist mengenai pelarangan melakukan
judi, terdapat berbagai hikmah di dalamnya, yaitu:
1) Islam menghendaki agar setiap muslim melakukan pekerjaan yang baik dalam
mencari penghasilan, sedangkan judi membuat pelakunya hanya mengandalkan
nasib atau keberuntungan, kebetulan, dan mimpi-mimpi kosong.
2) Islam menjadikan harta manusia sebagai sesuatu yang terhormat, karenanya tidak
boleh diambil secara semena-mena. Sedangkan mengambil harta orang lain dengan
cara berjudi sama saja dengan memakan harta orang lain dengan batil.
3) Islam adalah agama yang mencintai perdamaian, sedangkan judi membangkitkan
permusuhan dan kebencian di antara para pelakunya, karena akan ada pihak yang
kalah dan menang, yang untung dan rugi, yang menipu dan tertipu.
4) Kekalahan dan kemenangan yang didapat saat melakukan judi mendorong
pelakunya untuk mengulangi perjudiannya terus-menerus agar mendapat harta
yang lebih banyak sampai mereka kecanduan dan hartanya habis, bahkan ketika
hartanya habis pun mereka akan tetap mencari cara agar mendapat uang untuk
dijudikan yang tentu dengan cara tidak baik.
9
Dalam perundang-undangan di Indonesia juga dibahas mengenai hukuman berkaitan
dengan pelaksanaan judi. Hukuman kepada mereka yang menjadi fasilititator atau yang
menyiapkan sarana dan mengajak orang lain melakukannya adalah paling lama penjara
sepuluh tahun dan denda paling banyak dua puluh juta rupiah, sedangkan bagi mereka
yang terlibat sebagai pemain judi hukumannya paling lama adalah kurungan empat tahun
dan denda paling banyak sepuluh juta rupiah, sesuai dalam KUHP Pasal 303 ayat (1).
Pada dasarnya, judi sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan melanggar norma
agama yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Judi tidak hanya berdampak pada
timbulnya permusuhan antar manusia, tetapi juga pada kelalaian melaksanakan
kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Oleh karenanya, sudah sepatutnya umat
Islam menjauhi hal-hal tersebut, karena dapat merusak dirinya sendiri, keluarganya,
masyarakat, juga nilai-nilai dalam agama.

D. Hubungan Psikologi dan Perjudian


Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat
bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Manusia pada khususnya dan pada
berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instink
(species-spesific behavior) yang disadari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan,
Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan
membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Keyakinan mengenai apa
yang bersifat normatif yang diharapkan oleh orang lain dan motivasi untuk bertindak
sesuatu dngan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri
individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu
mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.
Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang
berada dalam kondisi yang lemah (Ajzen, 1988).

Dalam konteks mengenai perilaku, salah satunya perilaku judi, Greenson (dalam
Bawengan, 1991 : 31) membagi perilaku penjudi menjadi 3 jenis tipe, yaitu:

a) Normal person, atau orang normal (biasa) yang berjudi sebagai hiburan atau iseng
dan mampu menghentikannya bila individu tersebut menghendakinya.
b) Professional gamblers, ialah orang yang memilih perjudian sebagai mata
pencahariannya.

10
c) Neurotic gambler, ialah penjudi yang neurotic, melakukan perjudian karena
dorongan alam tidak sadarnya dan sulit untuk menghentikannya.

Tipe Neurotic glambler termasuk dalam habitual criminal yaitu tindak kriminal yang
dilakukan berulang-ulang tanpa memikirkan dampaknya. Biasanya tipe ini adalah
individu yang mempunyai ketagihan (addicted) untuk terus berjudi.

Perilaku judi adalah perilaku menyimpang yang termasuk dalam patologis sosial.
Adapun perilaku penjudi dalam DSM-IV (1994 : 618) adalah sebagai berikut:

1. Preoccupation: Terobsesi dengan perjudian. Kegiatan berjudi yang dilakukan


secara intens dan relatif kontinyu dapat dikatakan sebagai sebuah perilaku. Salah
satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan condisioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut ((Walgito, 2001 : 18).
Dalam sebuah penelitian salah satu dari subyek percaya pada hal-hal yang sifatnya
ghaib atau mistik. Ritual-ritual yang tujuannya adalah mecari nomor
keberuntungan, agar ketika dipasang memperoleh keuntungan yang banyak,
bahkan rela untuk tidak tidur sampai pagi ketika melakukan ritual-ritual ini.

2. Tolerance: Kebutuhan untuk berjudi dengan kecenderungan meningkatkan jumlah


uang taruhan demi mencapai suatu kenikmatan atau kepuasan yang diinginkan.
Perasaan puas ketika bermain judi togel dirasakan pada saat berhasil menang
dalam berjudi. Kepuasan itu didasarkan atas proses dari cemas karena menunggu
pengundian nomer togel dan kemudian menang atau nomer yang di pasang
berhasil tembus.

3. Withdrawal: Menjadi mudah gelisah dan mudah tersinggung setiap kali mencoba
untuk berhenti berjudi. Menurut Greenson (dalam Bawengan, 1991 : 31) penjudi
seperti ini termasuk penjudi yang neurotic, melakukan perjudian karena dorongan
alam tidak sadarnya dan sulit untuk menghentikannya. Biasanya tipe ini adalah
individu yang mempunyai ketagihan (addicted) untuk terus berjudi.

4. Escapae: Menjadikan perjudian sebagai cara untuk melarikan diri dari berbagai
masalah hidup atau perasaan yang kurang menyenangkan. memanfaatkan judi

11
togel sebagai sebuah hiburan sehari-hari. Ketika mengalami sebuah masalah, judi
togel dijadikan sebuah alternatif. Gerungan (2009: 156) berpendapat bahwa
Sebagai mahkluk biologis, manusia memiliki motif-motif yang mendorongnya
bertingkah laku tertentu. Motif-motif biologis ini ialah kebutuhan untuk
menlanjutkan keberlangsungan hidupnya. Motif biologis lebih bersifat universal
dan kurang terikat dengan faktor lingkungan kebudayaan tempat manusia
berkembang, karena motif biologis ini berkembang alami dari dalam tubuh
manusia.

5. Chasing: Setelah kalah berjudi, cenderung kembali berjudi lagi untuk mengejar
kemenangan supaya memperoleh titik impas. Adanya sikap tidak menerima
kerugian itu maka yang dilakukan adalah bermain terus dan terus demi
memperoleh titik impas dari dana yang telah dikeluarkan. Ketika kalah berjudi,
subyek cederung semakin banyak memasang nomor togel, dengan cara
mengurutkan semua nomor yang menurutnya kemungkinan mempunyai peluang
untuk menang. Manusia pada dasarnya ingin selalu mendapatkan keuntungan
terutama keuntungan yang berlipat dengan usaha yang minimum. Sebenarnya
keinginan manusiawi tersebut berdasarkan prinsip ekonomi yaitu dengan beban
biaya minimal mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip tersebut yang juga
diadopsi individu dalam menimbulkan motivasi untuk berjudi. (Walgito, 2001 :
18).

6. Lying: Berbohong kepada anggota keluarga, konselor atau terapist atau orang lain
tentang keterlibatan dirinya dalam perjudian. Menurut Ajzen 1988 (dalam Azwar
2009 : 12). Keyakinan mengenai apa yang bersifat normatif dan motivasi untuk
bertindak sesuatu dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif
dalam diri individu.

7. Loss Of Control: Selalu gagal dalam usaha mengendalikan, mengurangi atau


menghentikan perilaku berjudi. Menurut Reckless (dalam Bawengan, 1991 : 32),
Penjudi yang tidak mampu menghentikan perilaku berjudi adalah karena dorongan
kebutuhan alam bawah sadarnya (unconscious needs) atau alam sadarnya yang
mengalami neurotik tetapi lebih kepada gangguan psikopatik yang berat.

12
8. Illegal Acts: Terlibat dalam tindakan-tindakan melanggar hukum demi menunjang
biaya finansial untuk berjudi. Tindakan kriminal untuk memenuhi beban financial
akibat dari berjudi juga dapat dilakukan dan hal itu dilakukan berulang-ulang.
Menurut Greenson (dalam Bawengan, 1991 : 31) Tipe ini termasuk dalam habitual
criminal yaitu tindak kriminal yang dilakukan berulang-ulang tanpa memikirkan
dampaknya.

9. Risked Significant Relationship: Membahayakan atau menyebabkan rusaknya


hubungan persahabatan dengan orang-orang yang sangat berperan dalam
kehidupan, hilangnya pekerjaan, putus sekolah atau keluarga menjadi berantakan,
atau kesempatan berkarir menjadi hilang. Ketika seseorang mempunyai dorongan-
dorongan untuk melakukan sesuatu hal seperti judi yang paling berpengaruh
adalah alam ketidaksadarannya atau keinginan yang kuat, dan kemudian
menjadikan seseorang kadang lupa akan dampak yang ditimbulkan karena terus
menerus disibukan oleh hal-hal yang sifatnya menyenangkan atau
menguntungkan.

10. Ballout: Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang kepada dirinya
ataupun keluarganya dalam rangka mengurangi beban finansial akibat perjudian
yang dilakukan. Pada dasarnya ketika seseorang belum mampu untuk mandiri,
sebagai mahluk sosial, yang kemudian akan dilakukan adalah meminta bantuan
atau bahkan mengandalkan individu lain untuk keberlangsungan hidupnya, dalam
hal ini adalah untuk memenuhi kebutuhan akan berjudi.

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Judi atau al-Maysir (bahasa Arab), bambling (bahasa Inggris) adalah permainan
dengan memakai uang yang sebagai teruhan atau mempertaruhkan sejumlah uang atau
harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan
sejumlah uang atau harta semula dalam hal ini judi yang dimaksut dalam tulisan ini
adalah permainan yang mengandung unsure taruhan (semua bentuk taruhan) dan orang
yang menang dalam permainan itu berhak mendapatkan taruhan tersebut. Dalam AL-
Qur’an kata al-Maysir, disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS. Al- Baqarah (2)
219, dan QS. Al-Maidah (5): 90-91.

Pada masa jahiliyah dikenal dua bentuk judi/al-maysir, yaitu Al-Mukhatharah (


‫ )المخاطرة‬dan Al-Tajzi`ah (‫)التجزئة‬. Pada masa sekarang ini, adapun bentuk-bentuk judi
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu bentuk perjudian yang diizinkan oleh pemerintah atau
disebut perjudian legal dan perjudian illegal dengan memberikan sanksi keras disebabkan
oleh pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh perjudian. Stanford Wong dan Susan
Spector pada tahun 1996 dalam buku Gambling Like a Pro, membagi empat kategori
perjudian berdasarkan karakteristik psikologis yaitu, Patience Games, Sociable Games
Dalam Sociable Games, Games You Can Beat Dalam Games You Can Beat, dan
Analytical Games Analytical Games.

Judi menimbulkan dua kerusakan, yaitu judi menghalangi pelakunya dari mengingat
Allah dan melaksanakan shalat dan kerusakan duniawi yang disebabkan oleh judi di
antaranya yaitu menimbulkan permusuhan dan perpecahan di antara manusia, yaitu yang
menang dan yang kalah dalam perjudian serta dapat merusak rumah tangga karena
melupakan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga (atau bahkan menjadikan
anak dan istri sebagai bahan taruhan). Selain itu, judi juga dapat menyebabkan
kemiskinan akibat tidak mau berhenti judi serta mengakibatkan hartanya habis dan
pekerjaan terlantar. Judi juga mendorong seseorang melakukan tindakan kriminal kepada
orang lain, seperti mencopet, merampok, menipu, bahkan membunuh lawan mainnya
karena tidak terima dikalahkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta Balai Pustaka,
hal. 419

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahas Indonesia, (Jakarta : balai
Pustaka, t.th)

Harahap, M. A. I. (2017). Judi Menurut Perspektif Al-Quran [skripsi]. Universitas Islam


Negeri Medan: Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam.

Ma’u, D. H. (2016). Judi sebagai Gejala Sosial (Perspektif Hukum Islam). Jurnal Ilmiah
Al-Syir’ah 5 (2).

Masjfuk Zuhdi, 1996. Masa’il Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam). Jakarta: PT Gunung
Agung

Hasan Muarif Ambary, 1996. Suplemen Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

Kartini Kartono, 1981. Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Ahmad Hanafi, 2005. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika

Jati Permana, Sri Maryati Deliana. 2014. Perilaku Judi Kupon Togel Pada Remaja Desa
Sukorejo. Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi, 80-83. Retrived Juni 2014, from
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

15
16

Anda mungkin juga menyukai