Anda di halaman 1dari 12

Makalah:

MAYSIR DAN GHARAR

Dosen Pengampu :

Rachmadani S.Sy. MH

Disusun Oleh :

Muhammad Yusuf /2022010101295

Akmal Fatur Rozak

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Kendari

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini disusun sebagai salah satu tugas akademik dalam rangka memenuhi persyaratan
mata kuliah yang kami ambil.

Makalah ini membahas tentang Maysir dan Gharar. Kami berharap makalah
ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan bagaimana penggunaannya
dapat membantu meningkatkan pengamalan secara istiqomah dalam kehidupan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan pasti
masih banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
terbuka terhadap saran dan masukan yang dapat membantu meningkatkan kualitas
makalah ini di masa mendatang.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya para pembaca yang tertarik untuk mempelajari metode pembelajaran
secara lebih mendalam. Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan
selama penulisan makalah ini.

Kendari, Mei 2023

Hormat kami,

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
BAB 1.....................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................4
Latar Belakang.....................................................................4
Rumusan Masalah................................................................5
Tujuan...................................................................................5
BAB 2.....................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................6
Pengertian Maysir................................................................6
Hukum Maysir......................................................................6
Karakteristik Maysir.............................................................7
Pengertian Gharar.................................................................8
Bentuk Transaksi Gharar......................................................9
Hukum Gharar....................................................................10
BAB 3....................................................................................11
PENUTUP.............................................................................11
KESIMPULAN..................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengenai hal ini sudah terdapat di dalil Al-Qur’ an yang melarang


maysir/gharar dalam QS. Al Maidah:90 berikut:
“ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya(meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala,mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasukperbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah:90).
Sebagian Ulama’ juga menjelaskan bahwa maisir dapat diartikan sebagai taruhan.
Ibnu Hajar al-Makki rahimahullah dalam Az-Zawâjir ‘ an Iqtirâfil Kabâ‘ ir, 2/200,
menyatakan,

Al-Maisir (judi) adalah taruhan dengan jenis apa saja”

Maysir atau Qimar yaitu suatu bentuk permainan (game) yang didalamnya
dipersyaratkan, jika salah satu seorang pemain menang, maka ia akan
mendapatkan keuntungan dari pemain yang kalah dan sebaliknya seorang pemain
yang kalah tidakmendapatkan keuntungan akan tetapi mendapatakan suatu
kerugian. Maysir juga dapat didefinisikan dengan “ Impermissible games of
chance” .

Pada hukum islam yaitu al-Quran dan Sunnah. Pelarangan riba, gharar,
dan maisir semakain relevan untuk era modern ini karena pasar modern banyak
mengandung usaha memindahkan resiko bahaya pada pihak lain dalam asuransi
konvensional pasar modal dan berbagai transaksi keuangan yang mengandung
unsure perjudian.5 Dimana setiap usaha bisnis pasti memiliki resiko dan tidak
dapat dihindari. Sistem inilah yang dihapus oleh islam agar proses transaksi tetap
terjaga dengan baik dan persudaraan tetap terjalin dan tidak menimbulkan
permusuhan bagi yang melakukan transaksi dalam pasar keuangan.

Salah satu wujud beragama secara kaffah adalah bertakwa


kepada Allah SWT. Imam An-Nawawi dan Imam Ar-Raghib AlAshfahani
mendefinisikan takwa sebagai mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya.
Sehingga memahami pengertian suatu larangan merupakan hal yang sangat
penting sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT. Dampak positifnya setiap
muslim tidak mudah untuk tersesat dan terkecoh terhadap sesuatu itu tetap
terlarang. Termasuk dalam hal ini yaitu Mengetahui dan memahami makna dan
hakikat maisir dan gharar serta bentuk implementasinya dalam transaksi
keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian Maysir ?
2. Apa hukum transaksi Maysir ?
3. Apa karakteristik transaksi Maysir ?
4. Apa itu pengertian Gharar ?
5. Bagaimana bentuk transaksi Gharar ?
6. Apa hukum Gharar ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Maysir
2. Untuk mengetahui hukum transaksi Maysir
3. Untuk mengetahui karakteristik transaksi maysir
4. Untuk mengetahui pengertian Gharar
5. Untuk mengetahui bentuk transaksi Gharar
6. Untuk mengetahui hukum gharar
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maysir


Kata maysir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu
dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja.
Maysir dalam terminologi agama diartikan sebagai “suatu transaksi yang dilakukan
oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu
pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan
suatu tindakan atau kejadian tertentu.
Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maisir adalah qimar.
Menurut Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar dimaksudkan sebagai
permainan untung-untungan (game of cance). Dengan kata lain,yang dimaksudkan
dengan maisir adalah perjudian.

2.2 Hukum Maysir


Al-Maysir (perjudian) terlarang dalam syariat Islam, dengan dasar alQur’an,
as-Sunnah dan Ijma’. Dalam al-Qur’an terdapat firman Allah

‫َاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َمِل الَّش ْيٰط ِن َفاْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن ۝‬

yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


menyembah berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-
Maidah:90)

Dari as-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah SAW “Barangsiapa yang menyatakan


kepada saudaranya, ‘mari aku bertaruh denganmu’ maka hendaklah dia
bersedekah” (HR. Bukhari- Muslim)

2.3 Karakteristik Maysir


Terdapat beberapa karakteristik maysir yang perlu di ketahui, yakni sebagai
berikut.

1. Adanya Taruhan
Taruhan merupakan tindakan yang bergantung pada suatu kondisi tidak pasti,
dengan disertai risiko kerugian bagi salah satu pihak dan keuntungan bagi pihak
pemenang. Misalnya, pertaruhan sejumlah uang supporter dalam permainan
sepak bola.
2. Muqabil
Salah satu unsur maysir adalah adanya muqabil, yakni mempertaruhkan uang
atau harta terhimpun dengan tujuan memakan harta orang lain. Ketika seseorang
terlibat dalam perjudian, mereka biasanya mempertaruhkan sejumlah uang atau
harta yang dimiliki dengan harapan memenangkan lebih banyak uang atau harta
dari orang lain yang juga ikut berjudi. Ini adalah dasar dari maysir. Hasilnya
sangat tidak pasti, dan orang yang kalah akan kehilangan uang atau harta yang
telah mereka pertaruhkan
3. Pemenang Mengambil Harta Pihak yang Kalah
Maysir memberikan hak kepada pemenang untuk mengambil harta pihak yang
dikalahkannya. Hal ini tentu menimbulkan kerugian padahal keduanya tidak
saling memberi manfaat satu sama lain.
2.4 Pengertian Gharar
Gharar dalam bahasa arab berati al-khathr, pertaruhan, majhul al-aqibah,
kesamaran hasilnya. Gharar bisa juga di sebut al-mukhatharah; (pertaruhan) dan
al-jahalah (kesamaran). Berati gharar adalah bentuk ke tidak yakinan,
kebohongan, atau sesuatu yang mempunyai tujuan merugikan sesama manusia.

Sedangkan menurut istilah gharar, yaitu seluruh bentuk transaksi yang


terdapat unsur kesamaran, taruhan, dan gambling (judi). Dari kesemuanya bisa
mengakibatkan hasil keraguan kepada hak dan kewajiban didalam jual beli /
transaksi.

Gharar merupakan larangan dalam transaksi muamalah setelah riba gharar


mengacu pada ketidak pastian yang di sebabkan ketidak jelasan berkaitan dengan
objek perjanjian atau objek perjanjian dalam akad. perjanjian atau harga objek
yang diperjanjikan dalam akad.

Sedangkan definisi menurut Ulama:

Madzhaf Syafi'i mengemukakan gharar ialah seluruh perkara yang akibatnya


tidak terlihat dari sudut pandang dan perkara yang bisa memberikan akibat yang
tidak diharapkan / menakutkan.

Ibnu Qoyyim juga berpendapat bahwasanya gharar ialah perkara yang tidak bisa
diukur penerimaannya baik barang itu ada atau tidak ada. Misalnya menjual
kudanil yang masih belum tentu bisa ditangkap walaupun kudanil itu wujudnya
Ada dan kelihatan.
2.5 Bentuk Transaksi Gharar
a. Jual-beli barang yang belum ada (Ma’dum),
Jual beli yang barangnya belum atau tidak ada. Misalnya menjual anak onta
yang masih dalam kandungan, menjual buah yang masih di pohon (belum
matang), atau menjual susu hewan yang masih didalam tubuhnya. Pada
dasarnya bai ma’dum tidak dibenarkan.
Sesuai dengan hadis Nabi Saw.: “Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak
ada padamu (HR Khamsah dari Hakim bin Hizam).
b. Jual-beli barang yang tidak jelas (majhul)
Seperti pernyataan seseorang: “saya menjual barang dengan harga seribu
rupiah,” tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau seperti ucapan
seseorang: “aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga sepuluh juta,” namun
jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas, seperti ucapan seseorang: “aku jual tanah
kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran tanahnya tidak diketahui.
c. Jual beli ma’juzi at-Taslim
Yakni jual beli yang barangnya sulit diserahkan. Misalnya jual beli motor yang
hilang dan masih dalam pencarian, jual beli HP yang masih dipinjam orang
(teman) yang kabur, atau jual beli burung merpati yang mungkin kembali ke
sarangnya (tetapi pada saat jual beli tidak ada di tempat). Jual beli seperti ini
tidak dilarang berdasarkan hadis Nabi Saw.:
“Janganlah kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli seperti ini adalah
jual beli tipuan” (HR. Ahmad Ibn Hambal, Muslim, Abu Daud dan at Tirmizi).
2.6 Hukum Gharar
Dalam syari’at Islam, jual-beli gharar ini terlarang dengan dasar sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama dalam hadis Abu Hurairah yang artinya:
“Rasulullah melarang jual-beli al-hashah dan jual beli gharar.”

Berdasarkan hukumnya gharar terbagi menjadi tiga.


a. Gharar yang diharamkan secara ijma ulama
Yaitu gharar yang menyolok (al-gharar al-Katsir) yang sebenarnya dapat
dihindari dan tidak perlu dilakukan. Contoh jual-beli mulamasah, munabadzah,
bai’al-hashah, bai’ al-malaqih, bai’ al-madhamin, dan jenisnya. Tidak ada
perbedaan pendapat ulama tentang keharaman dan kebatilan akad seperti ini.
b. Gharar yang dibolehkan secara ijma ulama, yaitu gharar ringan (algharar al-
yasir). para ulama sepakat, jka suatu gharar sedikit maka ia tidak berpengaruh
untuk membatalkan akad. Contoh seseorang membeli rumah dengan tanahnya.
c. Gharar yang masih diperselisihkan
Para ulama sepakat bahwa ada gharar dalam jual beli yang melibatkan barang-
barang yang terpendam di tanah, seperti wartel, kacang tanah, bawang, dan
sejenisnya. Namun, perbedaan pendapat muncul dalam menghukuminya.
Beberapa ulama, seperti Imam Malik, mungkin merasa bahwa tingkat gharar
dalam transaksi semacam ini rendah atau bisa diterima jika ada kebutuhan
untuk menjual barang tersebut. Mereka mungkin berpendapat bahwa dalam
situasi-situasi tertentu, gharar tersebut dapat dianggap wajar dan tidak
mengganggu transaksi.
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa pelarangan terhadap transaksi gharar
didasarkan kepada larangan Allah Swt atas pengambilan harta/ hak milik orang
lain dengan cara yang tidak dibenarkan (bathil). Menurut Ibnu Taimiyah di
dalam gharar terdapat unsur memakan harta orang lain dengan cara bathil.
Dalam hal ini Ibnu Taimiyah menyandarkan pada firman Allah Swt, yaitu:

Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. al-
Baqarah: 188)

BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Gharar dan maysir yang berkembang sejak jaman jahiliyah hingga era
perekonomian modern saat ini cenderung merefleksikan ketidakpastian dan
untunguntungan. Refleksi ini bisa dilihat dari hasil yang tidak jelas dan
keuntungan ataukerugian yang hanya berpihak kepada salah satu pihak. Transaksi
yang inheren dengan unsur gharar dan maysir berimbas pada ketidakadilan dan
ketidakrelaan. Oleh karena transaksi ini dilarang dalam Islam.

Maysir/judi dapat diartikan dengan memperoleh sesuatu dengan gampang


tanpa kerja keras atau memperoleh keuntungan tanpa bekerja, atau dengan kata
lain segala sesuatu yang
mengandung unsur taruhan, atau permainan beresiko atau biasa disebut
spekulasi/gambling. Maisir (judi) dilarang dalam syariat Islam, baik dari Al-Qur’
an, As-Sunnah dan Ijma’ . Sehingga dalam kontrak muamalah bisnis perdagangan
syariah maupun bentuk transaksi ekonomi lainnya tidak diperbolehkan ada unsur
maysir di dalamnya.

Sebagai seorang muslim yang beriman seharusnya lebih memperhatikan


dan mempelajari kegiatan ekonomi yang dilarang dalam syariat islam supaya
tidak mendapatkan dosa,seperti halnya melakukan kegiatan yang terlarang. Bagi
semua umat muslim harus mempunyai niat yang benar dalam berinvestasi karena
niat yang salah akan menjerumuskan dalam bentuk kegiatan maysir. Maka dari itu
kita perlu memahami suatu metode transaksi ekonomi baik jual beli maupun
dilembaga keuangan supaya terhindar dari maysir , kegiatan yang dilarang.

DAFTAR PUSTAKA

Chaidir, Muhammad, Iqbal, Ichsan, & Razak, Ay.Abdur. (2019).Etika Investasi Syariah.
Qus Qazah, Journal of Islamic Econoics, Vol.1(No.1), pp. 3-15.

Chowdhurr, M.A.F. (2015). Why Islamic finance is different? AShort Review


ofIslamic Jurisprudential Interpretation aboutUsury,
Ambiguity(Gharar), Gambling (Maysir) and Exploitative
Commercial Arbitrage (Talaqi alRukban), Vol.3, (No.3), p.1-14.

Abdul Rahim Al-Saati, The Permisible Gharar (Risk) in Classical


Islamic Jurisprudence, J.KAU Islamic Economics Vol.
16 No.2, Jeddah: King Abdul Aziz University, 2003

Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Musthafa Dib al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah Menjalin Kerja


Sama Bisnis dan Menyelesaikan Sengketanya
Berdasarkan Panduan Islam, Penerjemah Fakhri Ghafur
dari buku Fiqh al-Mu’awadhah, Jakarta: Hikmah, 2010

Siddiq Mohammad Al-Ameen, Al-Gharar in Contracts and its Effects


on Contemporary Transactions, Jeddah: Islamic
Research and Training Institute Islamic Development
Bank, 1997

Anda mungkin juga menyukai