Kelompok 7 Pai
Kelompok 7 Pai
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS SUBANG
2021
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlombaan berasal dari kata As-sabaq yang berarti mendahului atau membalap.
Perlombaan bisa dilakukan dengan kuda atau hewan lain. Kata As-Sabaq adalah bentuk
mashdar dari kata dasar sabaqa yasbiqu sabqan. As Sabaq, dengan ba’ yang berharkat,
adalah hadiah yang diperebutkan dalam suatu lomba. Sedangkan jika dibaca dengan
ba’ mati (as-sabq) maka artinya pekerjaan berlomba.
Perlombaan merupakan salah satu bentuk hiburan bagi manusia. Hubungan
yang terjalin dalam perlombaan bukanlah antara makhluk dengan penciptanya
melainkan terjadi di antara manusia. Maka dari itu berlaku kaidah umum bahwa segala
sesuatu pada dasarnya adalah diperbolehkan hingga ada dalil yang mengharuskan
melakukan atau meninggalkannya. Pada dasarnya, perlombaan diperbolehkan selama
tidak melanggar aturan aturan shari’ah.
Dalam Islam merebut atau mendapatkan hadiah salah satunya disebut
Musabaqah secara etimologis berarti mendahului dan mengalahkan dalam suatu hal.
Adapun Musabaqah secara terminologis berarti transaksi antara dua orang, dua klub,
atau lebih untuk saling mengalahkan agar diketahui yang menang dan yang kalah dalam
berbagai cabang kompetisi yang mubah.
Di zaman Rasulullah Saw pun sering diadakan perlombaan-perlombaan, seperti
balap kuda, memanah, lomba lari, dan lain-lain. Seperti suatu ketika Rasulullah Saw
lomba lari dengan Aisyah radiyallah u‘anha dalam hadith riwayat Ahmad dan Abu
Dawud. Pada zaman modern sekarang ini, banyak dilaksanakan kompetisi kompetisi
yang mempunyai cabang yang sangat bervariasi dan tujuan yang beragam. Ada yang
bertujuan mendatangkan manfaat, semata-mata mendapatkan keuntungan materi, dan
menyebarluaskan informasi kepada khalayak umum. Bermula dari suatu permainan
yang umum dilakukan oleh masyarakat, kemudian beralih bentuk dan sifat menjadi
hiburan yang dipertunjukkan pada acara tertentu.
Pada perkembangan selanjutnya, permainan tersebut beralih karakter dan
motivasinya, yang akhirnya, dipertandingkan dengan transaksi berhadiah. Semua
kompetisi itu diatur dalam prinsip-prinsip mu’amalah sehingga pada dasarnya
hukumnya boleh jika tidak mengandung riba, kecurangan, judi, dan kezhaliman. Oleh
karena itu, jika peserta menang dan mendapatkan hadiah serta tidak membayar jika
kalah, hukumnya boleh-boleh saja. Namun, jika peserta mendapatkan hadiah apabila
menang dan harus membayar apabila kalah, hukumnya jelas tidak boleh
B. Rumusan Masalah
a. Apakah perlombaan dengan pungutan biaya pendaftaran termasuk judi?
b. Sebutkan apa saja hukum perlombaan berhadiah yang disunahkan dan
diharamkan?
c. Apa yang dimaksud dengan maysir?
d. Apa dasar hukum perlombaan dengan taruhan?
1
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apakah perlombaan dengan pungutan biaya pendaftaran
termasuk judi apa tidak
b. Untuk mengetahui apa saja yang ada di perlombaan berhadiah yang disunahkan dan
diharamkan
c. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan maysir
d. Untuk mengetahui dasar hukum perlombaan dengan taruhan
D. Manfaat
a. Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang Perlombaan Modern Dalam Piqih
Islam
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu mengenal lebih luas tentang Perlombaan
Modern Dalam Piqih Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
َ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ ُ ُّ َ ْ َ َ َ َ ْ ن... ْ ُ َ ْ َ ً َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ
ي غن ٍم َوغ َ ٍرم ي ال ِقمار المحرم كل لع ٍب تردد ب
ِ ي ال ِعوض المتس ِابق ِان معا لم يجز وهو أ
ِ و ِإن أخرجاه أ
“Dan jika kedua pihak yang berlomba mengeluarkan hadiah secara bersama, maka
lomba itu tidak boleh dan hal itu, maksudnya judi yang diharamkan adalah semua
permainan yang masih simpangsiur antara untung dan ruginya.
3
“(Setiap kegiatan yang mengandung perjudian) Bentuk judi yang disepakati adalah
hadiah berasal dua pihak disertai kesetaraan keduanya. Itulah yang dimaksud al-
maisir dalam ayat al-Qur’an. [QS. Al-Maidah: 90]. Alasan keharamannya adalah
masing-masing dari kedua pihak masih simpang siur antara mengalahkan lawan
dan meraup keuntungan -atau dikalahkan dan mengalami kerugian-. Jika salah satu
pemain mengeluarkan haidah sendiri untuk diambil darinya bila kalah, dan
sebaliknya -tidak diambil- bila menang, maka pendapat al-Ashah
mengharamkannya pula.”
“Dan boleh menjanjikan hadiah dari selain kedua peserta lomba balap hewan,
seperti penguasa atau pihak lain. Seperti penguasa berkata: “Siapa yang menang
dari kalian berdua, maka aku akan memberi sekian dari hartaku, atau ia memperoleh
sekian jumlah dari bait al-mal.” Dan seperti pihak lain itu berkata: “Siapa yang
menang dari kalian berdua, maka ia berhak mendapat sekian harta dariku.” Karena
pernyataan itu merupakan penyerahan harta dalam ketaatan.
4. Minhaj al Thalibin
“Kitab tentang lomba balap dan lomba membidik. Keduanya sunah dan boleh
mengambil hadiah dari keduanya. Lomba membidik itu sah dengan panah. Begitu
pula tombak pendek, tombak, melempar dengan batu, manjaniq (alat perang
pelempar batu jaman kuno), dan semua yang bermanfaat dalam peperangan
menurut Madzhab Syafi’iyah.
4
B. Hukum Perlombaan Berhadiah yang Disunnahkan dan Diharamkan
a. Hukum perlombaan berhadiah yang disunnahkan
Pertaruhan atau hadiah dalam perlombaan yang disunnahkan sebagai berikut:
1. Hadiah itu datang dari penguasa lain
Dibolehkan mengambil hadiah perlombaan apabila hadiah itu diberikan dari
satu pihak, misalnya panitia penyelenggara. Artinya dananya bukan berasal dari
“uang saweran” peserta lomba.18 Atau pihak lain yang tidak ikut dalam
perlombaan sponsor Misalnya Pak Lurah menyediakan sponsor sebesar 10 juta,
urusannya selesai.19 Pihak panitia boleh menggunakan data pendaftaran peserta
untuk biaya konsumsi, sewa kursi, keamanan, kebersihan, atau keperluan
lainnya yang terkait dengan lomba
2. Hadiah datang dari para peserta yang berlomba dengan adanya muhalli
Hadiah dalam perlombaan boleh diambil apabila datang dua orang (pihak) yang
berlomba atau beberapa pihak yang berlomba, sementara di antara mereka
terdapat salah seorang atau salah satu pihak yang berhak menerima hadiah itu
bila dia menang dan tidak berutang bila dia kalah. Orang yang berhak menerima
hadiah bila menang dan tidak berutang bila kalah itu lah yang disebut muhallil
(penyela) diantara keduanya, muhallil adalah satu penunggang kuda atau lebih.
Muhallil harus memiliki kemampuanyang setara dengan dua penunggang kuda
tersebut, dimana keduanya tidak ada jaminan untuk dikalahkan.
b. Hukum perlombaan berhadiah yang diharamkan
1. Tidak boleh ada pemungutan dana perlombaan dalam kasus jika dana itu
dipunggut dari setiap peserta lomba, dengan ketentuan bahwa jika dia unggul,
maka dia berhak mendapatkan dana yang terkompul itu, dan jika diungguli
maka dia menangung dana seperti itu bagi rekannya yang unggul. Alasannya ini
termasuk dalam katagori taruhan (judi) yang diharamkan.
2. Tidak boleh melakukan permainan yang bisa menimbulkan marabahaya tanpa
adanya tuntutan kearah itu. Dan Jangan sampai permainan itu memperlihatkan
bagian tubuh dan aurat yang seharusnya ditutupi, dll.
C. Pengertian Masyir
Maysir dalam bahasa arab mengandung beberapa pengertian, di antaranya
adalah keharusan, mudah, kaya, dan membagi-bagi. Pengertian-pengertian ini dapat
5
menggambarkan karakter dari masyir itu sendiri. Adanya pengertian maysir secara
bahasa tersebut berkaitan dengan praktik maysir yang dilakukan oleh masyarakat arab
pada zaman dahulu hingga masyarakat secara umum pada zaman sekarang. Al-maysir
berasal dari yasara atau yusr yang artinya mudah sedangkan yasar yaitu kekayaan.
Suatu bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan dan orang yang menang
dalam permainan itu berhak mendapatkan taruhan tersebut. Maka dapat dipahami
bahwa al-maysir adalah permainan yang di lakukan secara langsuang atau berhadap-
hadapan dan tanpa perantara. Berdasarkan pernyataan ini, Ibrahim Hosen, seorang
ulama fiqih asal Indonesia, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan almaiysir itu
adalah permainan yang mengandung unsur taruhan yang 48 dilakukan oleh dua orang
atau lebih secara langsung atau berhadaphadapan dalam satu tempat.
Maysir secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja
keras atau mendapat keuntungan, tanpa kerja. Dalam islam, masyir yang dimaksud
disini adalah segala sesuatu yang mengandung unsur judi, taruhan, atau permainan yang
beresiko. Al-Maysir adalah tindakan merampas kekayaan orang lain. Orang Arab
memiliki kebiasaan berjudi dengan binatang yang disembeli. Mereka yang mendapat
undian harus membayar binatang tersebut. Binatang itu tidak dikonsumsi oleh para
peserta lain, tetapi di bagi-bagikan kepada fakir miskin, Seiring dengan
perkembangannya ruang dan waktu, cakupan istilah Al-Maysir menjadi bahan
perdebatan.
6
peperangan (jihad) dibolehkan dengan taruhan.” Termasuk pula lomba yang dibolehkan
dengan taruhan adalah lomba hafalan Qur’an dan lomba ilmiah dalam agama.
Ibnul Qayyim rahimahullah ditanya, “Apakah boleh melakukan perlombaan
menghafal Al Qur’an, hadits, fikih dan ilmu yang bermanfaat lainnya yang ditentukan
manakah yang benar manakah yang salah dan perlombaan tersebut menggunakan
taruhan?” Kata Ibnul Qayyim, “Pengikut Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Asy
Syafi’i melarang hal tersebut. Sedangkan ulama Hanafiyah membolehkannya. Guru
kami, begitu pula Ibnu ‘Abdil Barr dari ulama Syafi’iyah membolehkan hal ini.
Perlombaan menghafal Qur’an tentu saja lebih utama dari lomba berburu, bergulat, dan
renang. Jika perlombaan-perlombaan tadi dibolehkan, maka tentu saja perlombaan
menghafal Al Qur’an (dengan taruhan) lebih utama untuk dikatakan boleh.” (Al
Furusiyah, Ibnul Qayyim, hal. 318)
Ibnul Qayyim di tempat lain berkata, “Jika taruhan dibolehkan dalam memanah,
pacuan kuda dan pacuan kita karena terdapat dorongan untuk belajar pacuan dan
sebagai persiapan untuk jihad, maka tentu saja lomba dalam hal ilmu diin (agama) dan
penyampaian hujjah padahal dengan itu akan membuka hati dan memuliakan Islam,
maka itu lebih layak dibolehkan.” (Al Furusiyah, Ibnul Qayyim, hlm. 97)
Taruhan yang di haramkan, taruhan tersebut berasal dari iuran peserta (yang
lebih dari dua peserta), seperti masing-masing misalnya menyetorkan iuran awal
sebesar Rp.100.000 dan hadiah untuk pemenang akan ditarik dari iuran tersebut. Bentuk
ketiga ini disebut rihan (taruhan). Jumhur ulama tidak membolehkan taruhan semacam
ini dan termasuk judi yang diharamkan karena ada pihak yang rugi dan ada yang
beruntung. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 24:128-129)
Seperti perlombaan bola, balapan motor, perlombaan catur yang menggunakan
taruhan dengan dipungut dari iuran peserta, ini jelas terlarang karena bukan bertujuan
untuk menegakkan agama Allah atau jalan melatih untuk berjihad. Bahkan perlombaan
semacam itu termasuk dalam bentuk perjudian yang jelas haramnya. Jelaslah
bagaimana bentuk perjudian saat ini yang dikemas dengan berbagai trik. Seperti lomba
voli yang diikuti peserta dengan syarat setiap peserta membayar uang pendaftaran
Rp.100.000 lalu hadiahnya dipungut dari uang pendaftaran tersebut, ini jelas masuk
dalam judi. Sedangkan taruhan yang dilakukan di antara sesama penonton (misal dari
para penonton pacuan kuda atau memanah), tidak dibolehkan dalam perlombaan yang
masuk kategori boleh dengan taruhan. Karena yang boleh memakai taruhan di sini
adalah sesama para peserta sebagaimana penjelasan di atas.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlombaan berasal dari kata As-sabaq yang berarti mendahului atau membalap.
Perlombaan bisa dilakukan dengan kuda atau hewan lain. Kata As-Sabaq adalah bentuk
mashdar dari kata dasar sabaqa yasbiqu sabqan. As Sabaq, dengan ba’ yang berharkat,
adalah hadiah yang diperebutkan dalam suatu lomba. Sedangkan jika dibaca dengan
ba’ mati (as-sabq) maka artinya pekerjaan berlomba.
Sudah jamak kita jumpai perlombaan kerap menjadi sarana memeriahkan sebuah
peringatan atau momen tertentu. Lomba yang biasanya dibuka secara umum itu kadang
menyertakan syarat biaya pendaftaran. Uang pendaftaran dihimpun untuk mengongkosi
hadiah para pemenang. Banyak orang yang mengaggap praktik tersebut mirip dengan
aktivitas perjudian. Dalam perjudian, sejumlah orang mengumpulkan uang lalu di akhir
salah satu (kadang lebih) peserta pengumpul uang akan mendapatkan uang tersebut
dalam jumlah yang banyak melalui undian atau permainan tertentu. Artinya,
pengumpul uang adalah pihak yang sedang bertaruh. Ketika ia kalah, uang yang ia
taruhkan diberikan kepada pemenang.
Ada beberapa perlombaan yang disunahkan dan diharamkan yaitu, hadiah itu
datang dari penguasa lain, hadiah datang dari peserta yang berlomba dengan adanya
muhalli. Sedangkan yang diharamkan yaitu, tidak boleh ada pungutan dana itu dipungut
dari setiap peserta lomba dengan ketentuan bahwa jika dia unggul, maka dia berhak
mendapatkan dana yang terkompul itu, dan jika diungguli maka dia menangung dana
seperti itu bagi rekannya yang unggul. Alasannya ini termasuk dalam katagori taruhan
(judi) yang diharamkan dan tidak boleh melakukan permainan yang bisa menimbulkan
marabahaya tanpa adanya tuntutan kearah itu. Dan Jangan sampai permainan itu
memperlihatkan bagian tubuh dan aurat yang seharusnya ditutupi, dll.
B. Saran
Menurut penulis, perlombaan dengan pembayaran pendaftaran dan perlombaan
dengan adanya hadiah masih bisa dilakukan tetapi harus mengarah ke sesuatu yang
positif.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
10