Dosen Pengampu:
Saijun, S.E., M.M
Kelompok 7:
Alhani Mistlaiha Annur (501200418)
Marliza Safitri (501200421)
M.Darwis (501190182)
Alhamdulillah penulis sampaikan puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Hanya karena izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis kirimkan
sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas kelompok dalam mata kuliah
Perpajakan.
1. Saijun, S.E., M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Bisnis
Islam.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
Penulis cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan penulis semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................ 4
B. Identifikasi Masalah .................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................. 5
A. Pengertian Jual Beli .................................................... 5
B. Dasar Hukum Jual Beli. .............................................. 6
C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak
Dalam Perjanjian Jual Beli ......................................... 8
D. Metode Pembayaran Dalam Transaksi Jual Beli ........ 10
BAB III PENUTUP ...................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................. 13
B. Saran ........................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang
lain, aka selalu melakukan tolong– menolong dalam menghadapi berbagai
kebutuhan yang beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis
atau jual beli. Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan
rukun dan syarat yang telah di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah
dan alMubadalah”. Pada intinya jual beli merupakan suatu perjanjian tukar
menukar barang atau benda yang mempunyai manfaat untuk penggunanya, kedua
belah pihak sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.
B. Rumusan Masalah
Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli atau bisnis adalah:
a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan (Idris, 1986 :5).2
b. Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi
Menurut syara, pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki
sesuatu harta (uang) dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara,
sekedar memiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan syara untuk
selamanya yang demikian itu harus dengan melalui pembayaran yang
berupa uang (alGhazzi, t.th:30).3
c. Menurut Imam Taqiyuddin dalam kitab Kiffayatul alAkhyar
1
Haroen, Nasrun,2000, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama.
2
Ahmad, Idris, 1986. Fiqh al-Syafi’iyah, Jakarta: Karya Indah.
3
Al-Ghazzi, Muhammad ibn Qâsim, t.th, Fath al-Qarîb al-Mujîb, Indonesia: Dâr al-Ihya al-Kitab,
al-Arabiah.
5
Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab
qobul, dengan cara yang sesuai dengan syara (Taqiyuddin, t.th:329).
d. Syeikh Zakaria al Anshari dalam kitabnya fath Al Wahab
4
Al-Ansari, Syeikh Abi Zakaria, t.th, Fath al-Wahab, Juz 1, Singapura: Sulaiman Mar’I
5
Sabiq, Sayyid, 1997. Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr
6
Suhendi, Hendi, 2007, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo persada
6
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya
(Q.S.Al.Baqarah: 275)
Allah mengharamkan kepada umat Islam memakan harta sesama dengan
jalan batil, misalnya dengan cara mencuri, korupsi, menipu, merampok, memeras,
dan dengan jalan lain yang tidak dibenarkan Allah., kecuali dengan jalan
perniagaan atau jual beli dengan didasari atas dasar suka sama suka dan saling
menguntungkan. Nabi SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam
Bazzar yang berbunyi:
Dari Rif’ah Ibn Rafi sesungguhnya Rasulullah pernah ditanya “usaha apa
yang paling baik? Rasulullah SAW menjawab “Usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (jujur)”. (H.R. Al-Al-
Bazzar dan disahihkan oleh al Hakim) (al-Shan’ani, t.th: 4).
Berdasarkan dalil tersebut diatas, maka jelaslah bahwa hukum jual beli
adalah jaiz ( boleh ). Namun tidak menutup kemungkinan perubahan status jual
beli itu sendiri, semuanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya syarat dan
rukun jual beli.
7
C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli
Hak dari Penjual menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak
pembeli sesuai dengan kesepakatan harga antara kedua belah pihak. Sedangkan
Kewajiban Penjual adalah sebagai berikut:
8
Menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan menanggung
terhadap cacat-cacat tersembunyi. Pasal 30 sampai dengan pasal 52 United
Nations Convention on Contract for the International Sale of Goods mengatur
tentang kewajiban pokok dari penjual yaitu sebagai berikut:
7
Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1982, hlm. 8.
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Op.Cit., hlm. 257-258.
9
ditetapkan menurut perjanjian. Harga tersebut haruslah sejumlah uang
meskipun hak ini tidak ditetapkan dalam undangundang.9
9
Subekti, Op.Cit., hlm. 20.
10
Kartini Muljadi dan Gunawan Widijaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2003, Hal. 92
10
3. Metode Pembayaran dengan Memakai Kart Kredit
Agar pihak pembeli aman dengan tidak membawa uang cash kemana-
mana, sementara membayar dengan uang cek belum begitu membudaya,
maka pembayaran dengan menggunakan kartu kredit marupakan pilihan
yang populer.
4. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Debit
Metode pembayaran dengan memakai kart debit lebih praktis dari
penggunaan kartu kredit. Hanya saja, dengan kartu kredit, baik pembeli
maupun penjual harus sama-sama mempunyai rekening di satu bank
tertentu, yakni bank yang menyediakan kartu debit tersebut.
5. Metode Pembayaran dengan Memakai Cek
Metode pembayaran dengan memakai cek juga merupakan metode
pembayaran alternatif yang tidak memerlukan pemberian uang cash,
sehingga dianggap relatif lebih aman, meskipun berbagai persoalan bisa
timbul, misal pemalsuan cek, penerbitan cek kosong, dan lain-lain.
6. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu
Dengan menggunakan pembayaran terlebih dahulu ini, pihak penjual baru
mengirim barangnya jika dia telah menerima seluruh pembayaran terhadap
harga barang tersebut. Model pembayaran seperti ini sangat tidak aman
bagi pembeli.
7. Metode Pembayaran secara Open Account
Metode in merupakan kebalikan dari metode pembayaran terlebih dahulu.
Dengan metode ini pihak pembeli baru membayar atau mengirim
pembayaran uang harga pembelian. Setelah dia menerima barangnya
secara utuh. Karena itu, sistem pembayaran seperti ini sangat tidak aman
bagi pihak penjual.
8. Metode Pembayaran Atas Dasar Konsinyasi
Metode ini sangat merugikan dan sangat tidak aman bagi pihak penjual.
Dalam hal ini, harga baru dibayar setelah pihak pembeli menjual lagi
barang tersebut kepada pihak ketiga dan setelah pembayaran oleh pihak
ketiga tersebut dilakukan.
9. Metode pembayaran Secara Documentary Collection
11
Metode in merupakan car pembayaran dengan menggunakan bills of
exchange. Dalam hal ini harga baru dibayar jika dokumen pengiriman
barang (shipping documents) tiba di banknya importir. Tapa membayar
harga barang, shipping document tersebut, tidak akan diberikan oleh bank,
dan tapa shipping documents tersebut barang yang bersangkutan tidak
dapat diambil oleh pembeli.
10. Metode pembayaran Hadiah dan voucher
Metode in menggunakan hadiah atau voucher. kartu dengan nominal
tertentu yang bisa digunakan pelanggan Anda untuk membayar, praktiknya
hampir sama dengan metode pembayaran lainnya seperti kart kredit dan
uang tunai.
11. Metode Pembayaran Wesel pos
Metode ini meruapakan jasa pengiriman uang dari seseorang yang
ditujukan ke orang seusai dengan alamat yang diberikan dengan melalui
post. Pengirim memberikan informasi yang akurat mengenai nama dan
alamat yang bear tentang siapa yang akan dikirim uang tersebut.
12. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit
Metode in merupakan pembayaran yang sangat populer sat ini khususnya
dalam dune ekspor impor. Metode ini dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disebut dengan Letter of Credits (L/C).
E. Konsep Jual Beli dalam Hukum Islam
Jual beli dalam Islam termasuk pada kajian fikih17, khusunya fikih
muamalah. Fikih lahir dari pemahaman ulama terhadap teks-teks ke-Agamaan,
baik Alqur’an maupun hadis. Setiap ulama memiliki metode tersendiri dalam
menggali sebuah hukum, termasuk di dalamnya jual beli.
Imam Hanafi (Abu Hanifah) seorang ulama mazhab fikih dengan
pendekatan rasional, sehingga terkenal dengan aliran rasiolan. Imam ini dalam
menggali sebuah hukum, langkah-langkah yang ditempuh dengan cara melihat
Alqur’an, kemudian hadis, selanjutnya qiyas, dan terakhir istihsan. Hal ini tentu
berbeda dengan Imam Malik, seorang ulama mazhab fikih yang lahir di Madinah,
besar di Madinah dan belajar di Madinah, sehingga dikenal dengan mazhab
tradisional. Dikatakan mazhab tardisional, karena jika ada hadis yang bertentang
12
dengan tradisi Madinah, maka didahulukan hadis. Langkah-langkah yang
ditawarkan oleh Imam ini dalam menentukan sebuah hukum dengan cara
mendahulukan Alqur’an, hadis, Ijmak amalan orang Madinah, qiyas, dan Masalih
Mursalah.
Imam Syafi’i seorang ulama yang lahir di Palestina (Ghaza) dan pernah
berguru kepada Imam Malik di Madinah, mencoba menggabungkan dua
pendekatan ulama tersebut di atas, yakni antara rasional dan tradisional. Imam
Syafi’i dalam menentukan sebuah hukum menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut; pertama Alqur’an, kedua hadis, ketiga Imam-imam Mujtahidin, ke empat
qiyas. Demikian juga dengan Imam Ahmad bin Hanbal dengan terkenal mazhab
Hanbali. Beliau dalam menentukan sebuah hukum menggunakan langkah-
langkah; pertama Alqur’an, kedua Ijmak Sahabat, ketiga Qiyas. (Sirajuddin
Abbas: 2003, 141-142).11
Metode yang digunakan oleh para Mujtahid tersebut di atas satu sama lain
sangat berbeda. Metode yang berbeda sudah tidak bisa dipungkiri akan
melahirkan hasil akhir yang berbeda. Demikian juga dalam menentukan aturan
jual beli dalam Islam, pasti, sekalipun ada kesamaan, tetapi tetap melahirkan
perbedaan. Perbedaan dalam Islam bukan untuk perpecahan, tetapi untuk saling
melengkapi.
11
Abas, Sirajuddin, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i, Jakarta: Pustaka Tarbiayah, 2003
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal albai’ dalam
bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asysyira
(beli). Dengan demikian, kata al-bai’ berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.
Hukum jual beli adalah jaiz ( boleh ). Namun tidak menutup kemungkinan
perubahan status jual beli itu sendiri, semuanya tergantung pada terpenuhi atau
tidaknya syarat dan rukun jual beli. Hak dari Penjual menerima harga barang yang
telah dijualnya dari pihak pembeli sesuai dengan kesepakatan harga antara kedua
belah pihak.
Jual beli dalam Islam termasuk pada kajian fikih17, khusunya fikih
muamalah. Fikih lahir dari pemahaman ulama terhadap teks-teks ke-Agamaan,
baik Alqur’an maupun hadis. Setiap ulama memiliki metode tersendiri dalam
menggali sebuah hukum, termasuk di dalamnya jual beli. Imam Hanafi (Abu
Hanifah) seorang ulama mazhab fikih dengan pendekatan rasional, sehingga
terkenal dengan aliran rasiolan. Imam Syafi’i dalam menentukan sebuah hukum
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut; pertama Alqur’an, kedua hadis,
ketiga Imam-imam Mujtahidin, ke empat qiyas. Demikian juga dengan Imam
Ahmad bin Hanbal dengan terkenal mazhab Hanbali. Beliau dalam menentukan
sebuah hukum menggunakan langkah-langkah; pertama Alqur’an, kedua Ijmak
Sahabat, ketiga Qiyas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazzi, Muhammad ibn Qâsim, t.th, Fath al-Qarîb al-Mujîb, Indonesia: Dâr
al-Ihya al-Kitab, al-Arabiah.
Al-Ansari, Syeikh Abi Zakaria, t.th, Fath al-Wahab, Juz 1, Singapura: Sulaiman
Mar’I
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Perikatan yang Lahir dari Undangundang,
Raja Grafindo Perseda, Jakarta: 2004
15