Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita melihat bahwa jejak tertua bahasa Arab kuno yang telah sampai kepada kita
tidak melebihi abad pertama SM. Jejak-jejak bahasa Arab tertua yang masih ada
yang sampai kepada kita hampir tidak melebihi abad ke-5 M. Oleh karena itu, kita
tidak tahu apa-apa tentang masa kanak-kanak bahasa Arab dan tahapan-tahapan
yang dilaluinya pada masa-masa awalnya.
Bahasa Arab, bersama dengan bahasa Yaman kuno dan bahasa Semit
Abyssinian, merupakan satu divisi linguistik yang disebut Divisi Semit Selatan. Hal
ini karena ikatan kekerabatan yang mengikatnya pada kedua cabang tersebut jauh
lebih kuat daripada ikatan kekerabatan yang menghubungkannya dengan pembagian
bahasa Semit Utara, terlihat dari keseimbangan antara keduanya dalam asal kata,
bunyi dan tata bahasa, dan ini tiga cabang itu sendiri berbeda dalam jumlah
kedekatannya satu sama lain. Hubungan kekerabatan antara bahasa Yaman kuno
dan bahasa Semit Abyssinian jauh lebih kuat daripada kekerabatan antara masing-
masing dan bahasa Arab. Alasan untuk ini adalah bahwa bahasa Semit Abyssinia
secara langsung dipisahkan dari bahasa Yaman kuno, dan kredit untuk menyebarkan
bahasa Semit di negara Abyssinia adalah karena pendatang pertama dari negara
Yaman, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. , dan ketiga cabang ini juga
berbeda dalam jarak mereka dari bagian utara (bahasa Aram dan Kanaan).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Popularitas dan statusnya termasuk di antara bahasa Semit?
2. Bagaimana Asal-usul dan pembagiannya?
3. Bagaimana Hubungan bahasa Arab dengan bahasa Semit sangat kuat ?
4. Bagaimana masa Kemenangan Dialek Quraisy Dan Sebab-Sebabnya ?
5. Bagaimana Pengaruh Al-Quran Dan Hadist Dalam Bahasa Arab ?
6. Bagaimana Perbedaan antara bahasa tulisan dan bahasa ucapan ?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami Popularitas dan statusnya termasuk di antara bahasa Semit
2. Dapat memahami Asal-usul dan pembagiannya
3. Dapat memahami Hubungan bahasa Arab dengan bahasa Semit sangat kuat
4. Dapat memahami Kemenangan Dialek Quraisy Dan Sebab-Sebabnya
5. Dapat memahami Pengaruh Al-Quran Dan Hadist Dalam Bahasa Arab
6. Dapat memahami Perbedaan antara bahasa tulisan dan bahasa ucapan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Popularitas dan statusnya termasuk di antara bahasa Semit
Bahasa Arab, bersama dengan bahasa Yaman kuno dan bahasa Semit
Abyssinian, merupakan satu divisi linguistik yang disebut Divisi Semit Selatan. Hal
ini karena ikatan kekerabatan yang mengikatnya pada kedua cabang tersebut jauh
lebih kuat daripada ikatan kekerabatan yang menghubungkannya dengan pembagian
bahasa Semit Utara, terlihat dari keseimbangan antara keduanya dalam asal kata,
bunyi dan tata bahasa, dan ini tiga cabang itu sendiri berbeda dalam jumlah
kedekatannya satu sama lain. Hubungan kekerabatan antara bahasa Yaman kuno
dan bahasa Semit Abyssinian jauh lebih kuat daripada kekerabatan antara masing-
masing dan bahasa Arab. Alasan untuk ini adalah bahwa bahasa Semit Abyssinia
secara langsung dipisahkan dari bahasa Yaman kuno, dan kredit untuk menyebarkan
bahasa Semit di negara Abyssinia adalah karena pendatang pertama dari negara
Yaman, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. , dan ketiga cabang ini juga
berbeda dalam jarak mereka dari bagian utara (bahasa Aram dan Kanaan). Jarak
belakang antara cabang utara di satu sisi, dan bahasa Yaman dan Abyssinian di sisi
lain, jauh lebih sempit daripada jarak belakang antara cabang ini dan bahasa Arab.1

B. Asal-usul dan pembagiannya


Meskipun bahasa Arab berasal dari tanah air Semit tertua (negara-negara Hijaz,
Najd, dll.), apa yang sampai kepada kita dari jejaknya adalah salah satu artefak
Semit terbaru, sedangkan jejak Akkadia tertua berasal dari sebelum abad ke-20 SM.
Dan dari pengaruh bahasa Ibrani hingga abad ke-12 SM , dan dari pengaruh Fenisia
hingga abad ke-10 SM , dan dari pengaruh Aram hingga abad ke-9 SM. Kita
melihat bahwa jejak tertua bahasa Arab kuno yang telah sampai kepada kita tidak
melebihi abad pertama SM. Jejak-jejak bahasa Arab tertua yang masih ada yang
sampai kepada kita hampir tidak melebihi abad ke-5 M. Oleh karena itu, kita tidak
tahu apa-apa tentang masa kanak-kanak bahasa Arab dan tahapan-tahapan yang
dilaluinya pada masa-masa awalnya.
Mengingat apa yang telah mencapai kita tentang efeknya, itu dapat dibagi
menjadi dua bagian: bahasa Arab yang tidak berfungsi; dan bahasa Arab lainnya.
1. Adapun "Arab yang tidak berfungsi" atau "Prasasti Arab": digunakan untuk
merujuk pada dialek yang diucapkan oleh klan Arab yang tinggal di Hijaz
utara dekat dan di dalam perbatasan Aram, karena ekstrem dialek ini di
utara, dan kontak intens mereka dengan bahasa Aram, dan jarak mereka dari
pusat Arab asli Di Najd dan Hijaz, ia kehilangan banyak komponennya dan

1
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ilmu al-Lugah (Cet. V; Mishra: Lajnah al-Bayaan al-‘Arabiy, 1962), hlm. 78.

2
diwarnai dengan warna Aram. Dialek ini menghilang sebelum Islam, dan
hanya beberapa prasasti yang ditemukan baru-baru ini. di daerah-daerah 2
yang disebutkan di atas telah sampai kepada kita, dan karena alasan itu
mereka kadang-kadang disebut "prasasti Arab."
2. Adapun bahasa Arab yang tersisa: itulah yang ditunjukkan oleh kata Arab
ketika diluncurkan, yang masih digunakan oleh kami dan negara-negara
Arab lainnya sebagai bahasa sastra, tulisan, dan komposisi. Termasuk dialek
yang digunakan di era sekarang. di negara-negara Hijaz, Najd, Yaman dan
protektorat independen dan emirat yang berdekatan dan terhubung dengan
mereka, dan di Palestina, Yordania, Suriah, Lebanon, Irak, Kuwait, Mesir,
Sudan, Maghreb dan Malta. , kita akan melihat sekilas "bahasa Arab yang
sudah tidak ada", kemudian kita akan melihat paragraf selanjutnya dari bab
ini dan bab-bab berikutnya tentang "bahasa Arab yang bertahan lama".
a. Bahasa Arab yang Tidak Berfungsi atau "Prasasti Arab"
Nama ini sekarang diberikan kepada beberapa dialek Arab yang
digunakan di masa lalu di beberapa daerah yang terletak di utara, dekat
perbatasan Aram dan di dalam perbatasan ini, terutama di oasis Tayma dan
Al-Hajar “atau Madain Saleh” dan Wilayah Al-Ula di Hijaz utara. Dialek-
dialek tersebut tidak sampai kepada kita kecuali melalui prasasti-prasasti
yang belakangan ini ditemukan di wilayah yang luas terbentang dari
Damaskus hingga wilayah Al-Ula, dan banyak dari prasasti-prasasti ini
ditemukan bahkan di Al-Hijr dan Tayma. Tampak dari prasasti-prasasti ini
bahwa penutur dialek-dialek tersebut diisolasi dari orang-orang Arab di Najd
dan Hijaz, dan bahwa mereka kehilangan banyak komponen Arab mereka,
dan diwarnai dengan peradaban Aram dan Nabatean, sampai-sampai mereka
memberi penanggalan pada prasasti mereka dengan Perang Nabatea, sejarah
Bosra, perang Persia dan Romawi3.
Bahasa di mana prasasti-prasasti ini ditulis sesuai dengan "bahasa Arab
yang tersisa" dalam banyak komponen dan karakteristiknya dalam bunyi,
tata bahasa dan kosa kata.Pada fitur terpenting dari tata bahasa Arab,
terutama artikulasi dengan gerakan, yaitu menambahkan pendek vokal di
akhir kata untuk menunjukkan fungsi dan hubungannya dengan sisa elemen
kalimat Dan kesamaan di antara mereka tampaknya paling jelas dalam asal
usul kosa kata dan nama diri, tetapi bahasa Arab yang tidak berfungsi
dibedakan dari bahasa Arab lainnya karena pengaruhnya yang kuat pada
bahasa Aram, dan perbedaannya tidak signifikan dalam banyak aspek suara,
kosa kata, semantik dan tata bahasa, dan di antara manifestasi perbedaan

, Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 79


2

3
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 80

3
mereka dalam aturan adalah alat yang menentukan4. Dalam dialek-dialek ini,
itu adalah huruf Haa atau "han," seperti yang terjadi dalam bahasa Ibrani,
sedangkan "al" dalam bahasa Arab yang tersisa. Prasasti-prasasti yang
sampai kepada kami dari bahasa Arab yang tidak berfungsi melaluinya
dibagi menjadi dua bagian: bagian yang sangat dipengaruhi oleh bahasa
Aram, dan bagian yang kurang terpengaruh olehnya dan lebih rendah ke
bahasa Arab yang tersisa.
1) Adapun prasasti bagian pertama, kedangkalan bahan hanya berisi
beberapa nama diri dan beberapa frase pendek, dan dibagi menurut
daerah di mana mereka terungkap dan klan yang diyakini telah
menggunakannya menjadi tiga. kelompok: prasasti Lihyaniyyah;
prasasti Thamud; dan prasasti Safawi. Prasasti Lihyanite dikaitkan
dengan suku-suku Lihyan, dan para sarjana telah sangat berbeda dalam
asal usul suku-suku ini, dan mereka belum mencapai pendapat tertentu
dan tanggal prasasti ini belum ditetapkan secara pasti, tetapi itu tampak
bahwa yang tertua di antara mereka tidak melebihi abad ke-2 atau
pertama SM. Dan yang terbaru tidak melebihi. Ke-6 M. (1) Banyak dari
prasasti ini mencantumkan raja-raja Lihyan dan gelar mereka. Dan
sejenisnya, dan font di mana itu ditulis berasal dari skrip musnad, dan
bergerak dari kanan ke kiri. Prasasti Tsamud dikaitkan dengan suku-
suku yang tempat tinggalnya disebutkan dalam Al-Qur'an lebih dari satu
kali.Prasasti ini ditemukan di tempat yang sama yang diyakini orang
Arab sebagai tempat tinggal, dan kebanyakan dari mereka berasal dari
abad ketiga dan keempat Masehi, dan gambar di mana mereka ditulis
tidak jauh berbeda dengan gambar yang tertulis di prasasti Lihyanic
tersebut, seperti itu berasal dari garis predikat, tetapi kurang dari gambar
Lihyani dalam urutan dan keanggunan. daerah Safa; Ditemukan di
Hurra, terletak di antara Tulul al-Safa dan Jabal al-Druze 5. Ini berasal
dari tiga abad pertama Masehi. Aksara penulisannya sangat mirip dengan
aksara Lihyani, hanya saja arahnya berbeda. Kadang-kadang dibaca dari
kanan ke kiri; Lainnya dari kiri ke kanan, dan sebagian besar kredit
untuk memecahkan prasasti Safawi jatuh ke orientalis Jerman Littmann,
yang memiliki sekitar seribu empat ratus prasasti, dan kemudian bekerja
mempelajari mereka untuk waktu yang lama, mengungkapkan alfabet
mereka dan memecahkan sebagian besar simbol mereka.Berikut adalah
enam contoh prasasti ini, tiga yang pertama adalah prasasti Thamudian;
Dan tiga yang terakhir adalah prasasti Safawi,6 dan kami menulis

4
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 81
5
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 83
6
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 86

4
semuanya dalam huruf Arab, dan kami menambahkan masing-masing
terjemahan ke dalam bahasa Arab kami.
2) Prasasti Namara
Prasasti ini ditemukan di daerah Namara, yang merupakan istana
Romawi kecil di dekat Damaskus, selatan daerah Al-Safa yang
disebutkan di atas.Prasasti ini berasal dari tahun 328 M. Ini mengacu
pada makam Imru' al-Qays bin Amr, yang merupakan salah satu raja al-
Hira, dan pengaruhnya meluas ke Levant. Huruf-huruf itu ditulis dalam
gambar Nabatea yang berkelanjutan, dan gambar Nabatea adalah salah
satu jenis gambar Aramiyah. Prasasti dan Gambar Arab pada Tahap
Awal Munculnya jejak-jejak bahasa Aram dalam bahasa prasasti ini,
mencakup banyak kosakata dan kalimat yang sepenuhnya sesuai dengan
bahasa Arab lainnya. Di antaranya adalah ucapannya: 7 "Raja tidak
mencapai batas penuh," dan "Dia turun ke bangsa-bangsa," "raja semua
orang Arab," dan "Dia binasa setahun." .
3) Adapun prasasti Zabad terdiri dari dua baris, dan teksnya dalam huruf
Arab. Prasasti ini ditemukan di reruntuhan yang disebut Zabad, yang
terletak di tenggara kota Aleppo antara Qansreen dan Efrat, dan berasal
dari tahun 512 -513 M. Prasasti ini ditulis dalam tiga bahasa: Arab,
Syria, dan Yunani, dan hanya bagian yang telah kami sebutkan yang
tersisa dari bagian Arabnya. Ini termasuk kata Arab "Tuhan" dan nama-
nama banyak tokoh Arab. Juga diyakini bahwa mereka adalah nama-
nama mereka yang berpartisipasi dalam membangun gereja di yang
prasasti ini ditempatkan. Adapun jenis gambar di mana karya ini ditulis,
itu berasal dari gambar Nabatean dengan huruf terus menerus, dan itu
mewakili gambar Arab dalam tahap tertua.
4) Prasasti Houran
Prasasti ini ditemukan di Hauran al-Laja, selatan Damaskus, di bagian
utara Gunung Druze, diukir di atas batu di atas pintu gereja, yang
frasanya merujuk pada pendiri dan tanggal pendiriannya. tanggal
kembali ke tahun 468 M. Itu ditulis dalam dua bahasa: bahasa Arab dan
Yunani yang sudah tidak berfungsi. Bagi kami, pembagian bahasa
Arabnya utuh dalam semua kata, dan dialek di mana bagian ini ditulis
tidak berbeda dari "sisa bahasa Arab” kecuali dalam beberapa hal.
Keduanya ditulis dalam aksara yang berasal dari gambar Nabataean yang
terhubung dengan huruf, dan keduanya mewakili kaligrafi Arab pada
tahap tertua, tetapi gambar dari prasasti ini jauh lebih rendah daripada
gambar dari prasasti sebelumnya.8 , dan oleh karena itu tidak seorang pun

7
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 90
8
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 91

5
yang mengetahui gambar Arab menemukan banyak kesulitan dalam
menguraikan simbol-simbolnya.

b. Sisa bahasa Arab


Bahasa yang mengacu pada kata Arab ketika diluncurkan, dan yang masih
digunakan oleh kami dan negara-negara Arab lainnya sebagai bahasa sastra,
tulisan, dan komposisi. Ini diucapkan di era sekarang di negara-negara Hijaz.
, Najd dan Yaman. Dari literatur, hingga penelitian filologi, Kurang,
bertambah, atau terdistorsi. Literatur pra-Islam tidak ditulis sampai lebih dari
seratus tahun setelah Islam. Selama periode yang panjang ini, orang-orang
mentransmisikannya secara lisan, dan hanya dompet mereka yang
memahaminya. Tidak perlu dijelaskan bahwa jejak-jejak kesusastraan
ditransmisikan oleh para penerus dari para pendahulu dalam jangka waktu
yang lama - Begitulah, dan hanya ingatan mereka yang memahaminya. Itu
harus diperoleh, dengan sengaja dan tidak sengaja, dengan banyak distorsi,
dan banyak dari apa yang terkandung di dalamnya. jatuh keluar, dan apa
yang bukan darinya dimasukkan ke dalamnya. Hal ini karena dipengaruhi
oleh hal-hal non-linguistik lainnya seperti urusan agama, politik, sosial, dan
sebagainya. Berikut adalah contoh bahwa Mu'allaqat dan sebagian besar
jejak literatur pra-Islam hampir tanpa hal-hal yang mengacu pada
kepercayaan dan ibadah pagan, meskipun mereka memiliki otoritas besar
atas jiwa orang Arab sebelum Islam.Al-Qur'an memberitahu kita tentang hal
ini dan ditunjukkan oleh fakta-fakta. sejarah, maka tidak diragukan lagi
bahwa para perawi dengan sengaja menghapus atau mengubah banyak nash-
nash yang termasuk hal-hal tersebut, sebagaimana mereka pada masa awal
Islam mengubah nama-nama tokoh yang termasuk hal-hal kafir: Fatim Al-
Lat, misalnya, dipanggil oleh Rasulullah Saw, Untuk menghindari
penyebutan berhala dengan nama Jidda. Banyak peneliti Arab memahami
diri mereka sendiri sebagai distorsi literatur pra-Islam, dan unsur-unsur yang
turun darinya, dan intrusi ke dalamnya, dan mereka mengemukakan alasan-
alasannya, maka mereka menyebutkan faktor-faktor sebelumnya dan faktor-
faktor lainnya. pra-Islam dan apa yang dikaitkan dengan ayah pertama
mereka, sehingga mereka menciptakan puisi yang mereka hubungkan
dengan penyair mereka di era pra-Islam dan dikaitkan dengan ayah mereka
banyak perbuatan bangsawan, kedermawanan dan keberanian, dan mereka
juga menyebutkan bahwa banyak Orang-orang Badui sendiri biasa membuat
puisi dan mengaitkannya dengan mereka9.
Untuk penyair dari era pra-Islam, untuk memuaskan keinginan para
perawi yang mendesak mereka dan meminta lebih dari mereka, dan mereka
juga menyebutkan bahwa Hamada sang narator mengurai rambut orang
selain dia dan memperbanyak puisi, dan bahwa dia mengakui kehadiran
Amirul Mahdi dengan apa yang dia tambahkan padanya dalam puisi Zuhair
9
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ibid., hlm. 95

6
bin Abi Selmi, dan bahwa penerus Al -Ahmar dan lain-lain Mereka
menciptakan puisi yang tidak ada, dan mereka berbohong kepada penyair
Ansar. Namun, pentingnya bagian yang dibuat itu sendiri tidak kalah
pentingnya di mata peneliti ahli bahasa daripada pentingnya bagian yang
benar, karena penemunya dekat dengan era pra-Islam “kebanyakan dari
mereka adalah mereka yang tumbuh. pada tiga abad pertama setelah hijrah”
dan mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang bahasa dan sastranya,
sehingga mereka tidak berusaha keras untuk meniru dan berjalan di masa
pra-Islam. Mereka serupa dengan apa yang mereka hubungkan dengan
mereka, jadi apa yang mereka diciptakan mewakili representasi paling benar
dalam semangat, frase, kosa kata dan metode bahasa sastra pra-Islam.
Kebangkitan kembali bahasa Quraisy dan faktor-faktor kebangkitannya
Banyak faktor yang berkonvergensi pada kemajuan bahasa Quraisy,
pemantapan pijakannya, dan pemberdayaan bahasa lidahnya. Orang-orang
Arab, dan perluasan produksinya, dan yang terpenting dari faktor-faktor ini
adalah sebagai berikut:
1) Apa manfaat bahasa Quraisy dari kontaknya dengan dialek Arab lainnya.
Dan beberapa bahasa tertindas menunjukkan perlawanan. Semua itu dan
apa yang terkait dengannya meninggalkan banyak jejak bahasa dominan
dalam aspek bunyi, aturan dan gaya, dan mentransfer banyak kosa kata
kepada mereka, dan pengaruh ini muncul dalam bentuk yang paling jelas
dalam bahasa Inggris. aspek-aspek yang tidak dimiliki oleh bahasa
dominan, karena bahasa dominan biasanya bermaksud untuk
menaklukkan lawannya dan menyerap darinya apa yang dibutuhkannya:
apa yang dibutuhkannya untuknya dan mengambil darinya apa yang
kurang darinya sebelum dia mempersiapkan diri untuknya.
Bahasa Quraisy tidak luput, dan tidak bisa lepas, dari hukum-hukum
ini, karena kontak yang berkepanjangan dengan dialek-dialek Arab
lainnya meninggalkan banyak jejak dialek-dialek ini, dan sejumlah besar
kosakata dan metode mereka ditransmisikan kepada mereka, terutama di
daerah yang kurang, apa yang kurang, dan meningkatkan fleksibilitas
dan kemampuan untuk mengekspresikan berbagai seni berbicara.
Namun, dalam mengutipnya, dia tidak berhenti pada hal-hal yang
tidak dia miliki, tetapi juga memindahkan banyak kosakata dan formula
yang tidak diperlukan oleh kehadiran rekan-rekan mereka dari dialek ini.
Dalam teks aslinya, dan ini adalah beberapa faktor karena banyaknya
kosakata bahasa ini, dan kelimpahannya Sinonimnya, kemunculan jamak
dari satu kata di dalamnya dalam berbagai bentuk, dan penerimaannya
terhadap banyak bobot untuk verba tunggal , apa yang mirip dengan
situasi yang berakhir dengan bahasa Quraisy di sebuah danau yang
bercampur dengan airnya? Air aslinya adalah air lain dengan rasa dan
warna berbeda yang diturunkan dari banyak sungai.
Kami tidak dapat, berdasarkan informasi kami saat ini, membedakan
antara apa yang berasal dari Quraisy dan apa yang diturunkan ke bahasa

7
Quraisy dari saudara perempuannya, karena kami tidak mengetahui apa
dialek Quraisy dan dialek Arab lainnya pada tahap awal, hampir
sepenuhnya bodoh Dialek-dialek Arab yang saya taklukkan, dan tidak
satu pun dari dialek-dialek ini sampai kepada kami sebelum dialek
Quraisy mengalahkan mereka, dan tidak ada yang tersisa dari mereka
dalam percakapan setelah dialek ini mengalahkan mereka kecuali
sejumlah kecil.
2) Perhimpunan-perhimpunan pribadi yang dulu diadakan oleh orang-orang
Arab pada zaman ini untuk belajar dan berkonsultasi dalam berbagai
urusan sosial mereka, atau untuk pemerintah dan untuk menyelesaikan
kasus dan perselisihan, atau untuk aliansi dan kontrak, atau hanya untuk
simpati dan rekreasi diri dengan menyebutkan berita dan fakta, dan
cerita, atau dengan bertukar aturan dan berita.Itu bahasa. Bahasa yang
digunakan dalam masyarakat ini Perkembangan Bahasa Arab Penamaan
bahasa yang bersumber dari bahasa Semit sebenarnya muncul dengan
kemunculan bangsa-bangsa yang berasal dari keturunan bangsa Semit itu
sendiri, maka muncullah bahasa-bahasa ‘Akkadiyah( Abad XX SM)
yaitu bahasa yang dipergunakan oleh bangsa Asyuriah dan Babilonia,
Bahasa-bahasa Aramiyah (Abad IX SM) dan Abbariyah ( sebelum abad
XX SM) Finikiyah (Abad XII SM)10.
Begitu pula muncul bahasa-bahasa Arab, bahasa Yaman Kuno dan
bahasa Habsyi. Bahasa Arab lahir dari sebuah rumpun bahasa yang
bernama Semit, sebelum datangnya agama Kristen, para peneliti tidak
dapat menemukan apapun karena tidak ada bukti dokumen tertulis
berupa teks-teks. Kelangkaan teks-teks Arab itu karena meluasnya buta
huruf (‘ummiyyah) dikalangan bangsa arab sebelum Islam datang.
Namun tidak berarti sebelum datangnya agama Kristen bahasa Arab
belum ada. Tidak pula berarti bahwa bahasa Arab lebih mudah dibanding
dengan bahasa ‘Ibranidan bahasa-bahasa Semit lain. Bahasa Arab
mewarisi dan memelihara unsur-unsur bahasa bahasa Semit asal, berbeda
dengan bahasa ‘Ibrani sangat banyak memperbaharui diri dan itu
semakin menjauh dari persamaan dengan bahasa Semit asal.
Bahasa Arab sama halnya dengan bahasa-bahasa Yaman Kuno,
bahasa- bahasa Habsy Semit adalah berasal dari satu induk yang sama
yakni bahasa bangsa Semit yang berdiam disebelah selatan, tepatnya
diwilayah Irak, dengan demikian11.

C. Hubungan bahasa Arab dengan bahasa Semit sangat kuat


Lain halnya dengan Bangsa Semit yang ada di utara sangat berbeda dengan
bahasa Arab dari berbagai aspek, seperti asal-usul kata, Aswaat dan qawaid-nya.
10
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ilmu al-Lugah (Cet. V; Mishra: Lajnah al-Bayaan al-‘Arabiy, 1962), hlm. 93.
11
11Mulyanto Sumardi, Ibid., hlm. 31

8
Sedangkan bahasa–bahasa Yaman Kuno dan bahasa-bahasa habsy–Semit sangat
kuat dan lebih dekat dengan bahasa Semit selatan dibanding dengan bahasa Arab.
Menurut Ali Abd al-Wahid Wafiy, informasi yang sempat terekam dalam
sejarah dan sampai kepada kita tentang bahsa Arab adalah temuan dari prasasti
tentang Arab Baidah yang diperkirakan hidup pada abad ke-1 SM, sedangkan Arab
Baqiyah, informasi yang ditemukan nanti setelah abad V masehi.12
Sehingga periodisasi pertumbuhan bahasa Arab sangat sulit untuk dilacak.
Bahasa Arab secara tertulis masih sangat sedikit jika dibanding dengan bahasa yang
lain, sehingga periodisasi bahasa Arab dan kesusasteraannya hanya terbatas pada
zaman jahiliah, masa munculnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw,
masa Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, kemunduran dan periode moderen.
Dan yang diperpegangi oleh para ahli, tentang perkembangan bahasa Arab pada
masa pra Islam (jahiliyah) adalah nukilah puisi-puisi yang dikembangkan pada
zaman tersebut yang dipindahkan dari generasi kegenerasi. Dari hal di atas dapatlah
dilihat pembagian bahasa Arab menjadi dua bagian yaitu:
a. Bahasa Arab Baidah
Bahasa Arab Baidah atau incrips adalah bahasa Arab prasasti, yang biasa
juga disebut dengan istilah Arabiyah al-Nuqusy, karena informasi tentang
bahasa ini hanya diperoleh melalui tulisan pada prasasti atau lempengan batu.
Bahasa Arab Baidah yang berdiam disebelah utara Hijaz atau negeri yang
berdekatan Aramiah, dialek bahasa yang dipergunakan dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu: pertama, dialek Lihyaniyah yang dinisbahkan dari nama kabilah
atau suku Lihyan yang tinggal dibagian utara daerah Hijaz beberapa abad
sebelum masehi13.
Para ahli berdeda pendapat tentang asal mula suku itu dan tanggal prasasti-
prasastinya pun tidak diketahui secara pasti. Hanya diperkirakan prasasti tertua
setelah abad ke II atau satu sebelum masehi, dan yang termuda sekitar abad ke
VI masehi. Kedua, lahjah Samudiyah yang disandarkan kepada suku Samad
sebenarnya yang dikisahkan di dalam al-Qur’an secara ringkas dalam perjanjian
lama, baik Yunani maupun Roma, dan mahsyur didalam sejarah jahiliyyah.
Suku ini diperkirakan mendiami wilayah antara Hijaz dan Nejed dekat
Damaskus. Prasasti dalam bahasa Samud kira-kira abad ke III dan empat
masehi. Ketiga, lahjah safawiyah, prasastinya didapati di daerah Shafa’,
walaupun ada juga yang terdapat didaerah lain di Harah yang terletak antara
bukit dan gunung Daruz. Penulisannya diperkirakan antara abad ke III dan VI
M. Orientalis Jerman, Enno Litman memperlihatkan bahwa rumus huruf-
hurufnya mendekati huruf Samad, huruf-huruf tersebut kadang-kadang dibaca
dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Ketiga dialek di atas berbeda dengan bahas fushah, namun dekat dengan
bahasa bahasa Sam. Bahasa Arab Baidah juga ada kemiripan dengan bahasa

12
Karl Broklaman, Tarikh al-Adab al-Arabiy, jilid I (Cet. IV; al-Qahirah Dar al-Ma’arif, t.th), h. 30-38.
13
14 Lihat Muhammad Suyuti Suhaib, Kajian Puisi Arab Pra Islam (Cet. I; Jakarta: Al-Qushwa, 1990), h.
1-2

9
Aramiyah, semua yang masuk dalam kategori baidah ini telah lenyap oleh
dominasi.

b. Bahasa Arab Baqiyah


Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang masih dipakai oleh bangsa Arab
dalam kesusasteraan, tulisan dan karangan. Bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz
dan Nejed, kemudian tersebar keseluruhan daerah daerah yang pernah memakai
bahasa Semit dan Chamit, dari situlah timbul dialek-dialek yang dipergunakan
pada masa kini dinegeri-negeri Hijaz, Nejed, Yaman dan daerah-daerah
disekitarnya seperti Emirat Arab, Palestina, Yordania, Syiriah, Libanon, Irak,
Kuwaid, Mesir, Sudan, Libia, Al-Jazair, Maroko, dan Malta.16
Bahasa Arab yang dipergunakan oleh orang-orang Arab sekarang atau yang
terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi mulanya hanya tumbuh dan
berkembang di wilayah Nejed dan Hijaz, namun selanjutnya menyebar ke
berbagai daerah, seperti yang telah disebutkan, itu karena adanya Islam yang
memberikan pengaruh yang sangat luas terutama setelah diadakan perluasan
wilayah kekuasaan. Bahasa Arab Baqiyah dipakai dalam pergaulan sehari-hari,
berdagang, bermasyarakat dan dalam pemerintahan. Bahasa Arab ini bisa
bertahan dan tidak lenyap seperti saudara-saudaranya-baca: yang serumpun-
adalah tidak lepas dari pengaruh dan peran Islam saat itu. Dimana ajaran utama
Islam, al-Qur’an menggunakan bahasa Arab Baqiyah. Dengan sendirinya kaum
muslimin waktu itu berusaha mengetahui bahasa Arab, bagi yang bukan penutur
bahasa Arab Baqiyah yang selanjutnya bahasa Arab menjadi warna dalam
pergaulan mereka sehari-hari.14 Sehingga bahasa-bahasa sebelumnya yang juga
diapakai tidak lagi dipergunakan, disamping faktor agama juga faktor politik,
otomatis bahasa lainnya akan mati dengan sendirinya karena
.
D. Kemenangan Dialek Quraisy Dan Sebab-Sebabnya
Dialek Quraisy merupakan salah satu dari dialek-dialek yang terdapat
dalam bahasa Arab itu sendiri. Seperti yang sudah diketahui, bahwa bahasa
Arab sudah sejak dahulu terdiri dari berbagai macam suku dan suku yang satu
berbeda dengan suku yang lainnya. Perbedaan suku-suku bangsa Arab ini bisa
disebabkan oleh letak geografis, situasi alam dan sosialnya, pola pikir dan juga
tersedia atau tidaknya berbagai sarana dan prasarana kebudayaan. Suatu bahasa
ketika telah menyebar luas dan dipergunakan oleh berbagai kelompok manusia,
akan sulit untuk tetap menjaga keutuhan bahasanya yang semula, dalam jangka
masa yang panjang, karena tidak lama lagi bahasa itu pasti akan bercerai berai
menjadi dialek-dialek yang berbeda-beda.
Demikian pula dengan bahasa Arab, ia tidak bisa lepas dari ketentuan alam ini.
Bahasa Arab sejak dahulu telah terpecah-pecah menjadi berbagai macam dialek,
yang antara satu dialek berbeda dengan dialek lainnya, baik dalam aspek suara,
makna, kaidah, maupun dalam kosakata (Wafi, 1945: 108; al-Tawwab, 1985: 167).

14
Ibid., h. 103

10
Setelah tersebar dan meluasnya bahasa Arab, kemudian tersedia bagi dialek-
dialeknya yang berbeda-beda ini waktu yang sangat panjang untuk bercampur
baur karena berbagai faktor, seperti perdagangan, dekatnya satu suku dengan suku
yang lain, berpindah-pindahnya mereka dalam mencari rumput dan
menggembala, perkumpulan saat musim haji, interaksi-interaksi perdagangan
yang berlangsung di pasar-pasar, pertemuan-pertemuan pada peperangan-
peperangan antarsuku yang sangat biasa dan juga perjumpaan-perjumpaan pada
hari-hari besar bangsa Arab.
Pada semua kesempatan itu terjadilah percampurbauran dalam pergulatan
bahasa antara satu dialek dengan dialek lain, yang kemudian dialek Quraisy-
lah yang tercatat sebagai pemenangnya. Dialek Quraisy mengalahkan dan
menguasai dialek-dialek lainnya dan jadilah ia kemudian bahasa sastra dalam puisi
dan prosa semua suku-suku bangsa Arab; ia juga menjadi bahasa agama, bahasa
politik dan juga ekonomi. (Wafi, 1945: 108).
Dari gambaran di atas, bisa diketahui bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan dialek Quraisy bisa mengalahkan dialek-dialek lainnya. Di antara
faktor-faktor itu adalah faktor agama, ekonomi, politik dan kekayaan bahasa yang
dimiliki oleh dialek Quraisy sendiri (Wafi, 1945: 108; Halal, 1986: 167-170).
Faktor agama sangat mendukung kemenangan dialek Quraisy. Hal ini
disebabkan karena sebelum masa Islam, suku Quraisy telah memegang posisi
keagamaan yang sangat penting. Mereka adalah tetangga Baitullah dan juga
pengabdinya. Baitullah di pandangan kebanyakan orang-orang Jahiliah adalah suci.
Mereka yang berasal dari suku yang lain datang berhaji di Baitullah,
mengunjungi berhala-berhala mereka dan juga mempersembahkan kurban-
kurban baginya. Dengan posisi seperti ini, suku Quraisy memiliki kuasa agama
terhadap suku-suku yang lain. Selain faktor agama, faktor ekonomi pun tidak
kalah perannya dalam memenangkan dialek Quraisy.
Orang-orang Quraisy menguasai ekonomi, karena mereka adalah elemen
bangsa Arab yang paling pintar dan rajin. Di tangan mereka terdapat sebagian
besar omzet perdagangan Jazirah Arab. Dengan membawa dagangan, mereka
berpindah-pindah dari satu daerah Jazirah Arab ke daerah Jazirah Arab lainnya.
Dari utara, yaitu Syam, sampai selatan di ujung daerah Yaman. Mereka juga
mengadakan perjalanan-perjalanan dagang pada berbagai musim. Pada musim
dingin mereka ke Yaman dan pada musim panas ke Syam. Dengan kegiatan
perdagangan ini mereka memiliki kekayaan yang melimpah.
Dengan memiliki dan menguasai pengaruh keagamaan dan perekonomian serta
letak daerahnya yang strategis, secara langsung orang-orang Quraisy pun
memiliki pengaruh politik terhadap daerah-daerah Arab lainnya pada masa
Jahiliah. Oleh arena itu, tidak salah ketika dialek mereka mengalahkan dialek-
dialek yang lainnya. Selain faktor-faktor di atas, ada satu faktor lagi yang
membuat dialek Quraisy menjadi pemenang terhadap dialek-dialek yang lain,
yaitu kekayaan bahasa yang dimiliki oleh dialek Quraisy sendiri. Ia adalah dialek
bahasa Arab yang kekayaan bahasanya paling banyak, materi paling melimpah,
uslub-nya paling tinggi, dialek Arab yang paling sempurna, dan paling

11
fleksibel untuk diujarkan. Selain itu, dengan tersedianya banyak waktu untuk
bercampur dengan dialek-dialek yang lain, ikut menambah kekayaan
kebahasaan dialek ini berupa kosakata-kosakata baru yang belum dimilikinya.

E. Pengaruh Al-Quran Dan Hadist Dalam Bahasa Arab


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi al-quran dan hadist dalam bahasa arab,
yaitu:
1) Menguatkan bahasa quraisy, Al-quran dan hadist di datangkan dengan bahasa
quraisy, yang mana keduanya merupakan sandaran agama islam yang dianut
oleh kabilah-kabilah arab.
2) Memelihara bahasa arab, memperbaikinya dan membangun bahasa arab supaya
lebih maju. Pengaruh tersebut jelas pada perbedaan yang mengarah pada bahasa,
yaitu pada bahasa tujuan,ma’na, susunan dala lafaz. Al-quran dan hadist telah
membuka pintu-pintu seni dalam bahasa arab, misalnya dalam masalah hukum
dan perundang-undangan, kisah-kisah dan sejarah, peraturan agama, masalah
sosial, tatanan politik, bahkan bahasa arab itu mencapai bidang matematika,
kimia,logika, filsafat, hukum, seni bahasa, pesan politik, mengendalikan urusan
negara dan ateisme.
Terhadap kata dan makna efeknya sangat jelas. Mengkhususkan lafaz-lafaz
arab dari makna yang umum sampai masalah ibadah, urusan politik,administrasi
dan perang atau istilah ilmu pengetahuan dan seni. Al-quranul karim dan agama
islam memberikan pengaruh yang sangat besar pada bahasa arab, yaitu:
a) Berkembangnya ilmu-ilmu bahasa arab, seperti ilmu nahu, ilmu sharaf,
mu’jam, ilmu balaghah dan ilmu adab.
b) Ilmu-ilmu tersebut dipakai oleh bangsa arab dan non arab, mreka saling
berlomba-lomba mendalami bahasa arab, mempraktekka
nya,memperbaikitata bahasa mereka dan menggunakan susunan-susunan
dalam al-quran.
c) Mereka mengangkat bahasa arab menjadi bahas internasional, tidak terbatas
penggunaanya bagi bangsa arab saja tetapi untuk kaum muslimin dimana
saja.
d) Menyebutkan kisah-kisah para nabi. Sedangkan pengaruh al-quran,hadist,
dan agama islam dalam bahasa arab adalah:
a. Timbulnya kata-kata baru, gaya bahasa yang indah dan seni berpidato.
Tumbuhnya kata-kata hikmah dan gaya bahasa yang diambil dari gaya
al-quran dan hadist nabi.
b. Islam menghapus istilah-istilah yang berlaku khusus bagipemimpin pada
masa jahiliyyah yaitu istilah-istilah yang memberi kedudukan istimewa
pada pemimpin dalam pembagian harta rampasan perang.
c. Penghapusan bentuk-bentuk khusus dalam berdoa.

12
d. Terciptanya kata-kata dan ungkapan yangbelum ada pada masa
datangnya jahiliyyah yaitu zaman sbelum islam dan kata munafiq yaitu
orang masuk islam hanya di mulut saja, tetapi di hati nya tidak ada15.
e. Islam mengajak kaum muslimin untuk berfikir, mengamati, mendorong
untuk mencari ilmu, menambah pengetahuan yang bermacam-macam.
f. Kemampuan bahasa arab lebih besar dari pada bahasa serumpun yang
lain, kandungan pengertian nya tercrmin dalam ungkapan-ungkapan nya
dan terjabar di dalam kaidah-kaidahnya.
g. Bahasa itu telah tersebar di berbagai negeri dan digunakan oleh berbagai
bangsa, sebab bahasa arab merupakan bahasa agama, bahas kitab suci,
bahasa hadist nabi, dan dugunakan dalam pelaksanaan ibadah16.
F. Perbedaan antara bahasa tulisan dan bahasa ucapan
Tidak melibatkan anomali apa pun sampai kita dapat menemukan pengobatan
untuk itu, Melainkan Sunnah alami dalam bahasa.Negara-negara dituturkan dalam
dialek sehari-hari yang bercabang dari Latin Kuno, tetapi berbeda secara
fundamental darinya dalam bunyi, kosa kata, konotasi dan aturannya, dan perbedaan
mereka dari mereka dalam hal-hal ini telah mencapai di zaman modern jumlah yang
tidak menyebutkan perbedaan bahasa sehari-hari kita dari Bahasa Arab Standar,
bahkan bahasa Prancis. , misalnya, yang belum belajar bahasa Latin tidak dapat
memahami sesuatu yang signifikan dari bahasa yang digunakan orang menulis di
negaranya, yaitu bahasa Latin, dan bahasa Latin kuno tetap menjadi bahasa tulisan
sampai dialek percakapan mereka matang dan menyelesaikan perkembangannya.
Yang merupakan dialek sehari-hari yang digunakan dalam percakapan normal
saja, menjadi bahasa tulisan dan sastra, dan ini dilakukan sekitar abad ketujuh belas
M, tetapi fenomena duplikasi kuno tidak segera menyusul. Bahwa ia dibangkitkan
kembali, karena dialek-dialek bahasa di negara-negara tersebut, yang pada prinsipnya
sesuai dengan bahasa-bahasa tertulis di dalamnya, lambat laun mulai berkembang
dan menyimpang dari asal-usul aslinya, sedangkan bahasa tulis tetap statis dalam
bahasa aslinya.
Negara atau dekat dengan itu, dan dengan demikian menjadi dialek hadis di
negara-negara ini berbeda tidak jauh dari bahasa penulisan di dalamnya, memang
benar bahwa perbedaan di antara mereka belum mencapai sejauh perbedaan antara
dialek hadits kita dan bahasa Arab klasik, tetapi kesenjangan di antara mereka akan
melebar sedikit demi sedikit sampai ibu ini mencapai keadaan yang mirip dengan
keadaannya saat itu.Bahasa penulisannya adalah bahasa Latin.

15
Dr.Abdul Wahid Wafi, Fiqh Lughah, Darul an-nahdhatu Misri Liltab’ Wa An-nashari: Kairo. Hal.118
16
Muhammad Sirhaan, Fiqh Lughah Ilmu Bahasa Arab, (IKIP Semarang Press: Semarang)

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

14
Popularitas dan statusnya termasuk di antara bahasa Semit, Bahasa Arab,
bersama dengan bahasa Yaman kuno dan bahasa Semit Abyssinian, merupakan satu
divisi linguistik yang disebut Divisi Semit Selatan. Hal ini karena ikatan
kekerabatan yang mengikatnya pada kedua cabang tersebut jauh lebih kuat daripada
ikatan kekerabatan yang menghubungkannya dengan pembagian bahasa Semit
Utara, terlihat dari keseimbangan antara keduanya dalam asal kata, bunyi dan tata
bahasa, dan ini tiga cabang itu sendiri berbeda dalam jumlah kedekatannya satu
sama lain. Hubungan kekerabatan antara bahasa Yaman kuno dan bahasa Semit
Abyssinian jauh lebih kuat daripada kekerabatan antara masing-masing dan bahasa
Arab.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam hasil makalah yang dibuat.

15

Anda mungkin juga menyukai