Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS HASIL TES BAHASA ARAB

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran Bahasa
Arab”

Dosen Pengampu :

Domi Saputra, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh;

Syam Sinar T: 11.911.200.019

Tutik Hardianti : 11.911.200.021

FAKULTAS TARBIYAH & PENDIDIKAN

INSTITUT AGAMA ISLAM ABDULLAH SAID BATAM

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puja hanyalah milik Allah SWT. Shalawat serta salam senantiasa tercurah bagi
Nabi Muhammad SAW, utusan dan hamba-Nya. Hanya berkat Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Hasil Tes Bahasa Arab”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah evaluasi pembelajaran bahasa arab. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
penyusunan makalah ini, khususnya Ust Domi saputra yang telah secara ikhlas dan sabar
memberikan saran serta masukan kepada kami selama proses penyusunan makalah.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami merasa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran positif yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga kami dapat belajar dari kesalahan dan semoga dalam penyusunan
makalah-makalah selanjutnya kami dapat lakukan dengan lebih baik lagi.

Batam, 09 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A.

BAB III PENUTUP.............................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat fenomena yang kebanyakan terjadi, bahwasannya murid atau pelajar
yang mempelajari bahasa asing dalam hal ini bahasa arab sangat sulit untuk bisa
memahami dengan betul makna dan tujuan bahasa tersebut, sehingga mereka semua
tidak bisa menerapkan hasil pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Memang tidak bisa dipungkiri belajar bahasa arab merupakan suatu kesulitan
tersendiri, tidak lain karena kita dihadapkan dengan adanya bahasa ibu yang sudah
dipergunakan sejak lahir, setiap hari dan setiap saat. Untuk bisa memahami bahasa
arab perlu tahapan-tahapan yang prosesnya sangat lama dan dalam tahapan tersebut
membutuhkan proses pendidikan yang continue sekaligus terarah. Tahapan tersebut
antara lain adalah tahap pengenalan, pendengaran, pengucapan, dan pembiasaan.
Masalah yang lain adalah bahasa arab itu berbeda dengan bahasa ibu yakni dalam hal
segi-segi suara, kosakata, tata kalimat dan tulisan, sehingga si pembelajar harus
berjuang untuk memahami perbedaan tersebut dengan detail.
Melihat permasalahan yang sering terjadi pada guru bahasa arab yakni mereka
tidak menghiraukan apa yang dinamakan “perencanaan pembelajaran”, mereka asal-
asalan dalam mengajar dengan berdalih yang penting materinya selesai. Proses
pembelajaran yang terakhir disebut dengan evaluasi belajar. Di sini guru harus bisa
membuat alat untuk mengevaluasi hasil belajar yang sudah direncanakan. Salah satu
alat evaluasi tersebut adalah tes. Seorang guru bahasa harus benar- benar mengetahui
perencanaan pembuatan tes bahasa untuk muridnya demi tercapainya indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan. Oleh karena itulah, demi pemahaman yang
sempurna, suatu tes bahasa harus direncanakan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Karena dengan adanya perencanaan pembuatan tes bahasa, guru mampu
mengevaluasi atau melaksanakan tes bahasa dengan cara atau prosedur yang baik dan
benar. Dan dengan tes yang baik dan benar tersebut, dimungkinkan indikator-
indikator pencapaian belajar bisa berhasil.
Tes Bahasa Arab merupakan salah satu dari alat evaluasi pembelajaran Bahasa
Arab, di mana evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam kurikulum
pembelajaran Bahasa Arab. Untuk mendapatkan hasil tes yang baik, bermakna, dan
bermutu, maka perlu adanya perencanaan tes Bahasa Arab sesuai dengan tahapan
penyusunannya, yaitu di antaranya: (Persiapan, Pemilihan materi tes, Menentukan
bentuk dan jenis tes, Menentukan jumlah butir tes, Menentukan skor, Membuat kisi-
kisi, Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi, Uji coba tes yang telah disusun), dan
juga perlu adanya analisa terhadap tes Bahasa Arab yang sudah direncanakan dan
diujicobakan terhadap siswa baik itu menganalisa Tingkat kesukaran soal, Daya
Pembeda dan fungsi distractor, sehingga hasil tes bahasa Arab siswa yang kita
dapatkan itu valid dan reliabel.
B. Rumusan masalah
1. Apa maksud dari analisis tes bahasa arab?
2. Bagaimana teknik hasil tes uraian dan objektif?
3. Bagimana teknik penskoran untuk skala sikap dan domain psikomotor?
4. Bagaimana teknik data hasil tes berdasarkan PAN dan PAP ?
C. Tujuan
1. Memahami maksd dari analisis tes bahasa arab
2. Mengetahui tekhik hasil tes uraian dan objek
3. Mengetahui teknik penskoran untuk skala sikap dan domain psikomotor
4. Memahami teknik data hasil tes berdasarkan PAN dan PAP
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Tes
Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk
mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal
yang menjadi bagian dari tes tersebut. Tes sebagai alat evaluasi diharapkan
menghasilkan nilai yang objektif dan akurat. Jika tes yang digunakan guru kurang
baik, maka hasil yang diperolehpun tentunya kurang baik. Hal ini dapat merugikan
peserta didik itu sendiri. Artinya, hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tidak
objektif dan tidak adil. Oleh sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki
kualitas yang lebih baik dilihat dari berbagai segi. Tes hendaknya disusun sesuai
dengan prinsip dan prosedur penyusunan tes. Setelah digunakan perlu diketahui
apakah tes tersebut berkualitas baik atau kurang baik. Untuk mengetahui apakah suatu
tes yang digunakan termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukan analisis
kualitas tes.
Penganalisisan terhadap butir-butir item tes hasil belajar meliputi :
1. Tingkat Kesukaran/kesulitan
Analisis tingkat kesulitan butir tes dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sulit
atau mudahnya tes yang telah diselenggarakan, baik tes secra keseluruhan maupun
masing-masing butir tesnya. Tingkat kesulitan itu diperhitungkan dari
perbandingan antara jumlah peserta tes yang dapat mnjawab dengan benar dan
yang tidak mampu menjawab dengan benar. Dasarnya adalah bahwa semakin
banyak peserta tes yang menjawab dengan benar, semakin mudah tes atau butir tes
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, rumus sederhana untuk menghitung tingkat
kesulitan butir tes berupa :
P = JJB : JPT ×100%
Keterangan :
P : Tingkat Kesulitan Butir Tes
JJB : Jumlah Jawaban Benar
JPT : Jumlah Peserta Tes
2. Daya Pembeda
Selain tingkat kesulitan, aspek lain dari butir tes yang dijadikan sasaran analisis
adalah kemampuan butir tes untuk membedakan peserta tes yang mampu dan
yang kurang mampu dalam menjawab pertanyaan tes atau mengerjakan tugas tes
dengan benar. Kemampuan butir tes untuk membedakan peserta tes tersebut
dikenal dengan daya pembeda. Daya pembeda soal berkaitan dengan kemampuan
soal untuk mengetahuidan membedakan antara siswa yang pandai (menguasai
materi) dan siswa yang kurang pandai (tidak/kurang menguasai materi).
Cara untuk mengetahui daya pembeda ini adalah dengan mengurutkan skor
tertinggi paling atas sampai skor terendah, lalu dibagi 2, rumus yang digunakan
adalah:
BA BB
D¿ + =PA−PB
JA JB
Keterangan :
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyak Peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Banyak Peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pedoman yang digunakan untuk menginterpretasikan daya beda adalah:
a. Kurang dari 0,20 = Jelek
b. 0,20-0,40 = Sedang
c. 0,40-0,70 = Baik
d. 0,70-1,00 = Baik Sekali
e. Tanda negatif (-) = Jelek Sekali
3. Fungsi Distraktor
Dalam tes objektif selalu digunakan alternatif jawaban yang mngandung dua
unsur sekaligus, yaitu jawaban yang tepat dan jawaban yang salah sebagai
penyesat(distraktor). Tujuannya adalah sebagai pengecoh bagi yang kurang
mampu untuk dapat dibedakan dengan yang mampu. Jika sebuah distraktor dipiih
oleh 5% lebih dari semua peserta tes,maka sebuah distraktor yang bersangkutan
berfungsi, dan jika sebuah distraktor dipilih kurang dari 5% dari semua peserta tes
maka distraktor yang bersangkutan tidak berfungsi. Adapun rumus dari fungsi
distraktor ini adalah :
Rumus ; mencari P dan D = PA – P

B. Teknik Penskoran Hasil Tes Uraian dan Objektif


Tes hasil belajar yang dilakukan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu bentuk uraian (subjective test) dan bentuk objektif (objective test).
Karena kedua bentuk hasil belajar ini memiliki karakter fisik yang berbeda, sudah
barang tentu teknik pemeriksaan hasilnya pun berbeda pula
1. Tes Uraian (Subjektif)
Tes uraian adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan,
simpulkan, dan sebagainya. Tes uraian atau yang biasa disebut essay merupakan
alat evaluasi belajar yang melegenda (sudjana, 2002). Tes ini biasa disebut dengan
esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan sebagai tes subjektif terutama terkait
dengan proses pemeriksaan dan pemberian skor dari tester (evaluator) yang relatif
lebih bersifat subjektif jika dibandingkan dengan tes objektif. Pada tes uraian,
pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada setiap butir
soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan
atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap paling
benar.
2. Tes Objektif
Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk benar salah
(true-false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching test), dan
uraian objektif. Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah
peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan
ganda dan benar salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak,
waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes
objektif bentuk pilihan ganda adalah lembar jawaban bisa diperiksa oleh
komputer, sehingga objektivitas penskorannya dapat dijamin. Namun membuat tes
objektif yang baik ternyata tidak mudah. Berikut cara-cara memberi skor untuk tes
objektif :
a. Tes Benar-Salah (True-False) Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan
(statements). Statement ada yang benar dan ada yang salah. Ada dua rumus
untuk mencari skor akhir bentuk tes benar-salah, yaitu :
1) Dengan Denda
S = R-W
S : Skor yang diperoleh
R : Jawaban benar
W : Jawaban salah
Contoh : Jumlah soal tes 20 butir, A menjawab benar 16 butir dan salah 4
butir, maka skor untuk A adalah : 16-4=12
2) Tanpa Denda
Rumus : S = R, dihitung hanya yang benar.
b. Tes Pilihan Ganda
Untuk mengelola skor dalam bentuk pilihan ganda ini digunakan dua macam
rumus :
1) Dengan Denda
S = R – W/(0-1)
Keterangan :
S : Skor yang diperoleh
R : Jawaban benar W : Jawaban salah
0 : Banyaknya pilihan 1 : Bilangan tetap
Contoh : Si A menjawab benar 17 soal dari 20 soal dengan menggunakan
opsi 4 pilihan, maka skor untuk si A adalah =17- 3/(4-1)=16
2) Tanpa Denda
Rumus : S = R, dihitung hanya yang benar
3) Tes Menjodohkan
Cara mengelola skornya adalah : S = R
S : Skor yang diperoleh
R : Jawaban benar
4) Tes Lisan
Cara mengelola skornya adalah : S = R
S : Skor yang diperoleh
R : Jawaban benar

C. Teknik Penskoran untuk Skala Sikap dan Domain Psikomotor


1. Skala Sikap
Pada hasil belajar afektif, instrument yang digunakan adalah berupa skala
penilaian dan pedoman pengamatan. Pada umumnya, skala penilaian tersebut
menggunakan skala likert dengan rentangan 3, 4, atau 5 yang kemudian
ditafsirkan menggunakan kategori verbal seperti sangat tinggi, tinggi, cukup,
rendah dan sangat rendah atau dengan menggunakan sangat baik, baik, cukup,
kurang dan sangat kurang.
2. Domain Psikomotorik
Salah satu instrument yang sering digunakan untuk menilai hasil belajar
keterampilan adalah rubric. Teknik pemberian skor dengan rubric adalah dengan
menulis skor pada setiap indicator kemampuan sesuai dengan yang dapat
ditampilkan oleh siswa. Kemudian skor di setiap aspek tersebut dijumlahkan
untuk mendapatkan skor total dari masing-masing siswa.
D. Pengolahan Data Hasil Tes berdasarkan PAN dan PAP
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
a. Pengertian
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok, nilai-nilai yang diperoleh seorang siswa
dibandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam
kelompok itu.
Pendekatan penilaian ini menggunakan kriteria yang bersifat relatif. Nilai yang
diperoleh dari pendekatan penilaian ini tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diujikan,
tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam
komunitas (kelompoknya). Penilaian ini memberikan skor yang
menggambarkan penguasaan kelompoknya.
Penilaian dengan jenis pendekatan ini cocok digunakan dan diterapkan untuk
placement test atau tes penempatan, sesuai dengan kebutuhan, semisal ingin
dijadikan jadi 3 bagian kelompok (bawah, menengah, dan atas), atau dengan
menggunakan 5 skala nilai seperti sebuah nilai dengan konotasi A untuk
Mumtaz, B untuk Jayyid Jiddan, C untuk Jayyid, D untuk Maqbul dan E untuk
Mardud, atau lainnya.
b. Langkah-langkah Penerapan
Secara sistematis, penerapan dan pengolahan dengan pendekatan PAN ini,
yaitu :
1) Memberikan nilai pada skor mentah
2) Mencari nilai-nilai rata-rata kelas dan Standar Deviasi
3) Menentukan Pedoman Konversi
4) Menentukan Nilai dan Ketuntasan
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
a. Pengertian
Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang menentukan
keberhasilan seseorang pada penguasaan materi atas kriteria yang telah
dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.
Pendekatan penilaian ini cenderung sangat khusus dan mendetail. Nilai yang
diperoleh dari pendekatan penilaian ini mencerminkan tingkat kemampuan dan
penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diujikan. Penilaian ini
memberikan skor yang tidak menggambarkan penguasaan pada suatu
kelompok atau satu kelas saja, tapi bisa oleh suatu lembaga departemen
pendidikan diatur untuk semua lembaga yang setingkat, baik di wilayah yang
bercakupan satu kabupaten, provinsi, atau bahkan nasional. Artinya tidak
bergantung pada perbandingan nilai antar siswa satu dengan yang lain dalam
suatu kelompok, namun bergantung pada apa yang sudah ditentukan (patokan).
Penilaian dengan jenis pendekatan ini cocok digunakan dan diterapkan untuk
diagnostic test atau tes diagnostik.
b. Langkah-langkah Penerapan Penerapan
Pendekatan penialaian hanya ada dua langkah, yaitu :
a. Menyiapkan pedoman penilaian
b. Menentukan nilai dan ketuntasan (berdasarkan pedoman penilaian dan
KKM)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan
sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan. Bentuk
soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Tes hasil belajar
harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Tes hasil belajar
disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa. Adapun
Tahapan –tahapan yang dilalui dalam penyusunan tes bahasa, yaitu: Persiapan,
Pemilihan materi tes, Menentukan bentuk dan jenis tes, Menentukan jumlah butir tes,
Menentukan skor, Membuat kisi-kisi, Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi, Uji
coba tes yang telah disusun. Sedangkan cara menganalisis hasil tes bahasa Arab
adalah dengan menganalisis Tingkat kesukaransoal, Daya Pembeda dan fungsi
distractor.
Skor adalah hasil pekerjaan memberikan angka yang diperoleh dengan jalan
menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang telah dijawab oleh testee
dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Dan nilai adalah
angka atau pun huruf yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan
satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar
tertentu
DAFTAR PUSTAKA

Erta Mahyudin, 2012, Pengembangan Evaluasi dan Tes Bahasa Arab, Tanggerang:
Alkitabah.
Gito Supriadi, 2011, Pengantar dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Malang: Intimedia
Press.
M. Ainin, dkk. 2006, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: MISYKAT.
Moh. Matsna HS., Pengembangan Evaluasi dan Tes Bahasa Arab, Tanggerang: Alkitabah.
Soenardi Djiwandono, 2008, Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Jakarta : Indeks.
Nurfajriyani, Ilma, dkk. 2018. Pengolahan Hasil Penilaian. Makalah. Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati : Bandung

Anda mungkin juga menyukai