Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Angklung :: Jenis-Jenis Angklung

Apakah pengertian angklung? Angklung adalah alat musik yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya
berkembang di daerah Sunda. Alat musik ini digunakan dengan cara digoyangkan sehingga menghasilkan
bunyi yang terjadi dari benturan antar pipa bambu dan membentuk nada suara 2, 3, sampai empat dalam
setiap nada baik bambu besar maupun yang kecil.

Jenis-Jenis Angklung
Ada beberapa macam angklung berdasarkan asal-usul dari alat musik tersebut. Antara jenis jenis angklung
tersebut yaitu angklung Kanekes, angklung Dogdog Lojor, angklung Gubrag, dan juga angklung Badeng.
1.

Angklung Kanekes, angklung yang berasal dari daerah Kanekes ini bukan semata-mata sebagai
alat musik untuk hiburan, tapi digunakan ketika mereka sedang menanam padi di huma/ ladang.

2.

Angklung Dogdog Lojor, angklung jenis ini dinamakan dogdog lojor terkait penggunaannya dalam
suatu kesenian yang bernama Dogdog Lojor yang terdapat di daerah sekitar Gunung Halimun
(berbatasan dengan jakarta, Bogor, dan Lebak).

3.

Angklung Gubrag, angklung Gubrag berasal dari daerah Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor.
Angklung jenis ini digunakan digunakan sebagai penghormatan terhadap dewi padi dalam kegiatan
melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke
leuit (lumbung).

4.

Angklung Badeng, angklung Badeng digunakan sebagai alat musik dalam kesenian musikal yang
bernama Badeng. Kesenian Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut.

5.

Ondel-ondel

Ondel-ondel
6. Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang
tingginya mencapai sekitar 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, boneka ini dibuat dari
anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya.
Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya
berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala
yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna
merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
7. Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan
juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal
dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali
dikenal dengan nama Barong Landung.
8. Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh
halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang
sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada
acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta
peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
9. Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan
pertunjukan keliling, Ngamen. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi
maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak
dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian ondel-ondel petani yang termasuk
abangan, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
10. Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu, tergantug dari asing-masing rombongan.
Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpian Gejen, kampong setu. Ada
yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan Beringin Sakti pimpinan Duloh,
sekarag pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, Kemes, Ningnong dan
Rebana ketimpring, seperti rombogan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel
betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota
metropolitan Jakarta.

Gamelan Jawa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lompat ke: navigasi, cari

Beberapa instrumen gamelan Jawa

Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang,
gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong,
kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan
keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat
Jawa.
Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut:
Kendang
Bonang
Bonang Penerus
Demung
Saron
Peking (Gamelan)
Kenong & Kethuk
Slenthem
Gender
Gong
Gambang

Rebab
Siter
Suling
Kempul

Kendhang
Fungsinya untuk mengatur tempo dalam permainan gamelan

Bonang & Bonang Panerus


Bonang Barung
Salah satu instrumen pemimpin

Lebih penting daripada Bonang Panerus


Bonang Panerus
Dimainkan 2X lebih cepat dari Bonang Barung
Deking dapat dilipat tempatkan tempo balungan

Demung
Fungsi demung : sebagai balungan / kerangka dari suatu gendhing yang dimainkan
Juga merupakan instrument melodi dasar
Pemainnya harus punya insting kuat
Termasuk dalam keluarga Balungan
Saron
1 set gamelan ada 4 saron
Termasuk dalam keluarga Balungan
Menghasilkan nada 1 oktaf lebih tinggi dari demung
Teknik khusus : tangan

kanan menabuh nada selanjutnya, tangan kiri menyentuh nada sebelumnya untuk menghapus
sisa dengungan] Peking
Lebih penting daripada engkuk meski engkuk dimainkan 2X lebih cepat daripada Peking
Termasuk dalam keluarga Balungan
Kenong dan Kethuk
Semacam Gong, tetapi ukurannya sama dengan gong
Dimainkan dengan tongkat berlapis
Slenthem
Semacam Gong, tetapi ukurannya sama dengan gong
Dimainkan dengan tongkat berlapis

Artikel bertopik budaya ini adalah sebuah


rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.
Ikuti Wikipedia bahasa
Indonesia di Facebook,
Instagram, dan Telegram

Gong
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lompat ke: navigasi, cari

Gong

Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong
seperti ini.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah
dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan
perunggunya menjadi lebih tipis.

Daftar gong[sunting | sunting sumber]

Gandingan

Agung

Babendil

Bonang

Coil Gong

Gandingan

Gong ageng

Kempul

Kempyang and ketuk

Kenong

Khong mon

Kulintang

chau gong

nipple gong (boa gong)

feng gong

tam tam

paiste symphonic

flat gong

rin gong

Umpan

Kkwaenggwari - gong kecil tipis

Jing - gong besar

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Gong

Traditional Music of the Southern Philippines - An online textbook about


Southern Pilipino Kulintang Music with an extensive section devoted to the
Philippine gongs: the kulintang, gandingan, agung and the babendil.
Handmade hammered Gongs from Nepal - Various plain and nipple gongs
manufactured in Nepal with various decorations and engravings.
Video of Cambodian Tribal Gongs being played
[sembunyikan]

Instrumen dan vokal yang digunakan pada gamelan


Jawa

Kempyang

Ketuk

Kempul

Kenong

Gong

Instrumen
colotomik

Instrumen
balungan

Saron panerus
Saron barung
Saron demung

Slenthem
Slentho

Instrumen

Bonang Gender Gambang Siter

panerusan

Celempung Suling Rebab

Instrumen

Kendang Bedug Kecer Kemanak

unpitched

Kepyak

Vokal dan

Gerong Pesindhen Alok

tepukan

Senggakan Keplok

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung
Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan
Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003
menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah
warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain
yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di
Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari
Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya
Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia
Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun,
kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan
perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan

di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang
berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada,
seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang
menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Para Wali Sembilan di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur,
wayang wong di jawa tengah dan wayang golek di Jawa barat. Adalah Raden Patah dan
Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa
jawi, sampai ketemu wong nya isi nya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di
Timur di wetan wiwitan. Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam
dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen
dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang asli nya.
Seperti dua kalimah syahadat. Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus di terjemahkan
ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang
ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia. (sik)
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan Tuhan atau
Dewa dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit
sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang
sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga
wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam
misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber
ceritanya berasal dari Alkitab.

Daftar isi
[sembunyikan]

Anda mungkin juga menyukai