Anda di halaman 1dari 7

Perlawanan

Rakyat Demak
Terhadap
Portugis
Perlawanan kesultanan Demak terjadi karena kesultanan-kesultanan islam yang lain juga terancam terhadap
kedudukan Portugis di Malaka. Kedatangan bangsa Portugis ke Pelabuhan Malaka yang dipimpin oleh Diego
Lopez de Sequeira menimbulkan kecurigaan rakyat Malaka. Malaka jatuh
ke tangan Portugis pada 1511. Akibatnya, aktivitas perdagangan di pelabuhan Malaka menjadi terganggu
karena banyak pedagang Islam yang merasa dirugikan.

Akibat dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan kegiatan perdagangan orang-orang Islam.
Oleh karena itu, Sultan Demak R. Patah mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk menyerang Portugis
di Malaka. Perlawanan rakyat Demak tersebut dipimpin oleh Adipati Unus. Pati Unus melancarkan
serangannya pada tabun 1512 dan 1513. Dengan kekuatan 100 kapal laut dan lebih dari 10.000 prajurit Adipati
Unus menyerang Portugis. Namun, serangan tersebut mengalami kegagalan dan belum berhasil. Kemudian
pada tahun 1527, tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap Portugis yang mulai menanamkan
pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan Fatahillah tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa kernudian diubah menjadi Jayakarta.
Faktor Kerajaan Demak Menyerang Portugis

1. Jatuhnya Malaka
Jatuhnya Malaka pada tahun 1511 M oleh orang-orang Portugis sebenarnya memberikan keuntungan besar bagi
aktivitas perdagangan di Ibu Kota Demak, namun bukan berarti tidak ada perhatian dan rasa kepedulian terhadap
kekuatan Katolik Portugis di Malaka. Wilayah Islam di Malaka berdiri sejak tahun 1404 M telah berubah menjadi
wilayah kafir di bawah Katolik Portugis pada 5 Agustus 1511 M. Rasa kepedulian dan keinginan untuk mengembalikan
tanah Islam yang telah terampas oleh musuh serta mengembalikan kemulian kerajaan Islam di Malaka.
2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mendorong kerajaan Demak menyerang Portugis dikarenakan penguasaan Selat Malaka.
Penguasaan Selat Malaka oleh Portugis menjadikan para perahu dagang yang ingin mengirimkan komoditas
dagangannya ke negara-negara tentangga seperti Bima, India, Gujarat dan Teluk persia tidak berani melewati Malaka,
karena mereka takut akan dirampok barang dagangannya. Sehingga hal ini menjadikan para pedagang dari Nusantara
mencari jalur lain untuk melakukan perdagangan yakni melewati Selat Sunda trus ke barat menelusuri pesisir sebelah
barat pulau Andalas (Sumatera). Selat Malaka sebagai jalur sutra dalam perdagangan Nusantara dan Internasional,
sehingga dengan posisi demekian Demak berusaha merebutnya dari Portugis. Karena penguasaan terhadap Selat Malaka
akan menjadikan kerajaan semakin maju.
Adipati Unus (1518-1521)

Sejak tahun 1509, Pati Unus, raja Demak, sudah merancang rencana untuk menguasai Malaka. Saat itu Malaka berada di
bawah kekuasaan Kesultanan Malaka. Dengan kata lain, perlu dicatat bahwa serangan Demak ke Malaka jelas bukanlah sebuah
serangan anti-kekuasaan asing, tetapi sebuah invasi imperialis. Tahun 1511, Alfonso D'Alburquerque, Laksamana armada Portugis,
mendahului Pati Unus dengan menaklukkan Malaka. Sultan Malaka Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan.
Pati Unus sangat mengerti bahwa kekuatan utama Portugis adalah pada armada lautnya. Portugis memiliki kapal yang kuat,
bahkan lebih kuat dibandingkan dengan kapal Majapahit. Selain itu, Portugis sudah menggunakan meriam yang dipasang di
masing - masing kapal di mana pada waktu itu meriam adalah senjata pamungkas yang tidak bisa ditandingi oleh senjata apapun.
Oleh karena itu, langkah pertama Pati Unus adalah menghidupkan kembali kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama
pada saat masa - masa perebutan kekuasaan. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan Cetbang, yaitu meriam api, di
mana kapal dan cetbang juga merupakan kekuatan andalan Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah Semarang,
gerbang masuk Demak, dengan bantuan orang-orang Tionghoa lokal.
Selanjutnya Pati Unus menghimpun kekuatan - kekuatan
nusantara untuk membentuk armada gabungan dengan satu
tujuan, mengusir Portugis dari Malaka. Ia juga meminta bantuan
orang-orang Jawa yang ada di Malaya untuk jadi agen dalam di
Malaka. Tetapi ternyata, ketika Pati Unus terlanjur berangkat ke
Malaka,orang-orang Jawa ini terlanjur dipergoki Portugis dan
melarikan diri ke Cirebon. Pati Unus pun bertempur tanpa
bantuan mata-mata dan agen dalam - kapal-kapalnya dengan
mudah diremuk meriam-meriam yang ditodongkan ke laut di
Benteng Portugis di Malaka.

Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis


merupakan ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun
1512, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran
Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh menyerang Portugis
di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami
kegagalan. Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan
Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis.
Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak
berheti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan
membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur
Laut Jawa. Karena itulah kapal dagang Portugis yang membawa
rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak melalui Laut Jawa,
tetapi melalui Kalimantan Utara.
Fatahillah

Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan


ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527.
Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan
perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan
mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Ketika orang-orang Portugis mendatangi
Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di
bawah pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu,
orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur. Kemudian, pelabuhan Sunda
Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti
kejayaan yang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai