sejarahnya dengan identitas Melayu Deli. Hubungan budaya Melayu dengan agama
Islam sangat kuat dan berpengaruh di dalam konteks pemerintahan kerajaan dan serta
Masjid Al-Mashun atau Masjid Raya yang berada di Medan Provinsi Sumatera
Utara ini adalah salah satu masjid peninggalan masa pemerintahan kerajaan Melayu
Deli. Sebagai Identitas budaya yang di kenal sebagai salah satu simbol kejayaan
kerajaan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al- Rasyid
(Baiduri, masjid raya al ma’shun medan, tinjauan arsitektural dan ornamental, 2012).
Ditinjau dari aspek pisik arsitektur bangunannya memiliki keunikan tersendiri. Siapa
dari fungsi masjid dari konsep agama dan ibadah, salah satu unsur yang dapat
dijadikan sebagai nilai artistik serta terhubung dengan nilai tradisi diantaranya
adalah sejumlah ornamen-ornamen yang dianggap sebagai identitas baik kekuasaan
pilosofis . Akan tetapi, benarkah ciri-ciri khas suku Melayu tersebut benar-benar
murni sebagai hak kepemilikkan suatu budaya yang tertatah dalam dekorasi masjid
dapat diketahui bahwa adanya kontribusi lain atau kepentingan kedaulatan pada
Keterkaitan apapun yang ada didalamnya fakta pisik sebagai bentuk yang
berwujud memberikan nuansa tersendiri bagi siapa saja yang dapat menikmatinya
secara visual. Artinya jika kita tidak mementingkan kedudukan khasnya suatu suku
atau tradisi tertentu tidaklah sangat menjadi persoalan. Karena keindahan bersifat
subyektif. Siapa pun boleh menaruh tinggi rendah nya nilai yang tercipta dari
Sangat berbeda pula jika kita melihat kedudukan ornamen tersebut bukan hanya
tatanan kehidupan merupakan sebuah citra luhur yang di usung dalam simbolsimbol
sebagai pengisi ruang kosong agar media tampak menjadi lebih indah, akan tetapi
jauh dari itu struktur budaya dari suatu suku bahwa simbolsimbol tersebut
Dalam hal ini penulis melihat fenomena yang terkait bahwa ornamen yang
melekat di setiap sudut masjid Al-Mashun tersebut tentu membawa arti penting
tujuan maksud tersendiri. Dilain pihak kontekstual sosial baik masyarakat suku
Melayu Deli sendiri maupun orang lain di luar suku Melayu memahami ornamen
otoritas, hak kepemilikan hanya suatu suku saja. Citra luhur yang di anggap sebagai
Ciri-ciri khas yang dapat dikenali karena adanya keakuan dan identitas tersebut,
suku menyatakan “kita bangga karena kita memiliki keluhuran“. Dalam catatan
diatas, penulis berasumsi bahwa ornamen-ornamen yang ada di masjid raya Al-
Mashun Medan tersebut didirikan atas kepentingan pihak Kesultanan sendiri sebagai
Suku Melayu Deli. Kemudian fungsi lain sebagai nilai-nilai yang menyangkut
Keagungan Tuhan.
Kesimpulan sementara yang menjadi pertanyaan penulis atas dua hal, yang
oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alamsyah sebagai suku melayu. Yang
kedua ornamen-ornamen itu sendiri justru aslinya berasal dari Negaranegara Islam
ornamen yang diletakkan di setiap bagian masjid justru mengutamakan hal-hal yang
Ornamen yang ada di setiap bahagian masjid Al-Mashun atau yang di kenal
dengan masjid raya Medan ini, memiliki nilai-nilai keindahan yang pantas
dipahami sebagai wujud bentuk untuk menandai penghargaan tertinggi buat Masjid
Al-Mashun.
nilai keindahan pada sebuah media, dalam hal ini kajian seni rupa yang mengukur
unsur bentuk, media, tekstur, motif atau tipe, warna bahkan sampai pada tafsir
makna. Dibagian badan masjid Al-Mashun terdapat corak ornamen dengan berbagai
motif. Dengan pemahaman agama Islam yang benar bahwa setiap unsur yang
yang di buat tidak hanya memperhitungkan keindahan belaka, akan tetapi sarat
ditentukan oleh Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah sendiri. Pada masa itu
kesultanan tidak memiliki arsitek khusus dari Bangsa Melayu yang mampu
Belanda bernama T.H. Van Erp. Arsitek ini adalah seorang perwira Zeni
Jakarta.
karakter inilah dapat dianalisa kandungan makna apa yang dapat nantinya diketahui.
2.1.2 Masjid Al-Mashun Medan
pusat Ibukota Kesultanan Deli kembali ke Medan. Istana Maimun ditempati pada
Berikutnya didirikanlah Masjid Al-Mashun atau yang dikenal dengan masjid Raya
Melayu Deli yang beragama Islam, maka masjid didirikan dalam kawasan istana,
berjarak dari istana lebih kurang dua ratus meter, sebagai kepentingan ibadah
fasilitas prasarana kesultanan dibangun. Yang memerintah kesultanan pada saat itu
Kerajaan Deli semakin maju pesat dalam perdagangan tembakau, pada saat inilah Deli
Setelah berdiri Istana Maimun tanggal 26 Agustus 1888 M dan ditempati pada
Sebelum masjid dibangun terlebih dahulu dibangun kolam Raja yang berjarak lebih
kurang dua ratus meter dari istana Maimun dan lebih kurang lima puluh meter dari
masjid Al-Mashun. Letaknya sebelah utara dari masjid. Penggalian tanah kolam
diangkut untuk menjadi timbunan dasar tanah masjid yang berikutnya akan
dibangun. Strategis dari tiga bangunan yang fundamental ini menunjukkan adanya
yang terpisah antara Istana Maimun, masjid Al-Mashun dan Kolam Raja. Strategis
setiap bangunan ini memiliki kepentingan fungsi yang berbeda. Istana Maimun
yang merupakan adanya ruang lingkup antara pejabat kerajaan, cukup pada wilayah
Pemerintah saja. Sedangkan kolam raja adalah tempat rileksasi Sultan beserta
menurut nara sumber sering juga Sultan mengadakan undangan kepada masyarakat
dan melaksanakannya diareal kolam tersebut. Sementara kedudukan masjid Al-
kesultanan dengan petinggi agama Islam dan masyarakat. Komunikasi ini dijalin
lebih dekat dan erat. Konsep ini dibentuk sebagai gambaran bahwa Sultan Ma’mun
dan agamais.
T.H. Van Erp, salah seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL adalah yang
Maimun. Ketika itu belum ada perancang lokal yang mampu membuat
Belanda terjalin yang disebut sebagai “Politik Kontrak Panjang” (Lange Politiek
Selanjutnya prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman, ketika itu Van Erp dipanggil
ke Jawa dari pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi
Candi Borobudur.
dalam artikelnya di majalah NION menyebutkan Medan Kota Raja terkenal dengan
MENARA
PINTU GERBANG
PERKUBURAN
TEMPAT WUDHU
U
MASJID AL-MASHUN
Gambar 6, denah area masjid Al-Mashun (sket ulang dari ratih:hal 40)
perbendaharaan kerajaan (lanschapskas) dan tidak darimana pun. Tetapi catatan ada
berhubungan baik degan kesultanan. Wajar saja demikian karena Tjong A Fie
didatangkan dari cina. Tjong A fie juga membangun masjid Petisah, dan ada
beberapa masjid didaerah Spirok (Tapanuli Selatan) dan juga di Sumatera Barat.
Beliau adalah tokoh Cina perantauan, diangkat sebagai Kapten Cina oleh Kolonial
Belanda (Ratih,dari sinar, 2012:27). Tempat tinggal Tjong A Fie lebih kurang dua
Nama masjid Raya Al-Mashun diartikan sebagai masjid yang dipelihara Allah
SWT. Dalam rangka peresmiannya untuk pertama dilaksanakan shalat Jumat oleh
kesultanan Deli serta para pembesar-pembesar dari Langkat dan Negeri Serdang.
Masjid ini di kenal dengan Masjid Raya Medan. Sekarang persisnya antara jalan
sebagai kota budaya Melayu Islam dan merupakan salah satu peninggalan budaya
Sebelum memberikan data letak dan posisi ornamen, terlebih dahulu diuraikan
area serta keadaan masjid Al-Mashun secara umum. Masjid raya Medan terletak di
Kelurahan Aur Kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan. Dari sebelah Barat
dibatasi dengan jalan Mahkamah, di sebelah Utara dibatasi oleh jalan Masjid Raya,
gerbang terdapat pada arah timur laut dengan memiliki dua ruangan. Dua ruangan
ini sekarang difungsikan sebagai kantor pemeliharaan dan pelestarian masjid Al-
Mashun.
Masjid sebagai titik sentral maka dapat dilihat bangunan utama dan bangunan
sebelum shalat), menara masjid (sebagai tempat pengeras suara bilal yang
gerbang.
dalam dua kelompok yakni secara vertikal dan horizontal. Melihat masjid Al-
Mashun tentu kita harus melihat areanya secara keseluruhan yang meliputi di mulai
dari pintu gerbang, bangunan tempat wudhu, menara masjid, dan bangunan induk
tertentu.
hampir mirip atau sejenis dan seragam. Misalnya jenis dasar bentuk ornamen
terhadap bentuk-bentuk yang lain seperti bentuk fauna, geometris, abstrak, dan
bentuk khayali.
Awal untuk memasuki area masjid Al-Mashun tentunya terlebih dahulu melalui
pintu gerbang. Pintu gerbang ini memiliki dua ruang kiri dan kanan, saat ini
Pintu gerbang ini juga penghubung seluruh lingkaran pagar yang membatasi area
masjid Al-Mashun, dan memiliki beberapa pintu gerbang kecil lainnya sebagai akses
ke masjid.
Secara vertikal atau sudut pandang dilihat urutannya dengan cara dari atas
kebawah. Tidak ada pembakuan apabila melihat sesuatu objek harus dengan satu cara
yang dibenarkan. Penulis hanya berpendapat bahwa dengan cara melihat di mulai dari
ornamen yang ada pada pintu gerbang yang pertama terletak pada bingkai atau bagian
atas (Cresting), yang melingkari berbentuk putik bunga sebagai hiasan pagar lantai
atas dengan empat sudut, setiap sudutnya berbentuk mahkota. Level berikutnya
berada di lantai bangunan kiri dan kanan, masih bagian dari pintu gerbang, persis
tepatnya atap ruangan yang terdapat dua ruang pintu gerbang yang berseberangan ,
juga sama persis bentuk ornamen yang terdapat pada level sebelumnya. Terbuat dari
Untuk bagian dalam atas lengit-langit pintu gerbang terdapat pola-pola dalam
kolom bercekung kedalam berbentuk empat segi. Setiap kolom berbentuk ornamen
berpusar pada delapan segi dengan memiliki ornamen kembar yang di chrossing atau
kecil segi empat. Setiap bidang terdapat bermotif lingkaran, dan dibawahnya
Pada level berikutnya terus mengarah pada bagian kebawah, terdapat dua level
atau dua lantai berturut-turut, bentuk pagar sama dengan diatas sebelumnya, namun
pagar-pagar ini terbuat dari batu semen serta bagian ring-ring bawahnya dihiasi
ornamen bentuk bintang bersudut delapan dibatasi dengan bingkai segi empat
berjumlah empat buah. Diantara bentuk bintang di sela dengan relief segi tiga
bersisik pada masing-masing bidang sisi menara. Kemudian kolom berikutnya ada
di bawah setelah bintang bersudut delapan dan segi tiga bersisik, terdapat bidang
datar terdapat bentuk lingkaran dalam segi tiga mengapit bentuk ornamen swastika
dalam lingkaran. Jumlah lingkaran dalam segi tiga jumlahnya dua belas, dan swastika
lantai paling bawah dengan sisi empat sudut atau seperti kubus, lazimnya standart
bangunan umum. Diatas bangunan ini terdapat bingkai Cresting berpola flora yang
berjarak 100 meter, terdapat bangunan yang paling utama di area masjid kerajaan
Masjid ini tegak berdiri ditengah-tengah area seluas 13200 m2 dibatasi dengan
pagar tembok dan besi. Bangunan ini merupakan sentral pisik atau bangunan yang
paling utama. Masjid ini memiliki tujuh pintu utama, sebelumnya mendapatkan tiga
pintu dari bangunan ruang yang berkubah. Bangunan berkubah ini berada di setiap
sudut bangunan utama masjid, hanya tiga yang memiliki anak tangga menuju
bangunan utama sedangkan yang satunya sebelah bagian lintang barat tidak ada anak
tangga karena persis letak area mihrab masjid yang tentunya adalah tempat imam
memimpin shalat.
Gambar 21, denah masjid Al-Mashun, warna kuning bangunan berkubah
sumber : ratih baiduri, masjid raya al-mashun Medan,41:2012
Arah struktur ornamen terlebih dahulu tentunya tertuju pada puncak bangunan
utama masjid, yakni terdapat pada bagin yang paling tertinggi. Pada bangunan utama
masjid yang paling tertinggi yaitu adalah kubah besar bangunan induk masjid
pagar sekitar kubah sama persis bentuknya dengan tipe yang berada di kubah
(sow tooth).
STRUKTUR ORNAMEN MASJID AL-MASHUN
Struktur bentuk
Struktur bentuk atau telaah dari unsur-unsur yang membangun pisik seni
para ahli tentang peninggalan sejarah yang berhubungan dengan seni klasik memang
membutuhkan kerja yang tidak mudah. Untuk mendapatkan penafsiran dan dugaan,
prakira bagaimana konsep ide diciptakan masa itu harus diselaraskan dengan
berbagai perhitungan dan pertimbangan yang ada kemudian harus dapat pengakuan
4.1.1 Bentuk
Bentuk (form) atau benda plastis menurut bahasa Indonesia kata “bentuk” yang
berarti bangun (shape), dalam pengertian seni rupa adalah wujud tampak sesuatu
materi atau pisik. Bentuk merupakan elemen rupa yang memiliki sifat countur atau
bentuk dasar permukaan pisik yang di sebut Raut. Dapat di lihat atau di sentuh secara
menyeluruh bahwa permukaan dari berbagai bentuk beraneka ragam. Dari yang
datar sampai pada yang berkeluk-keluk sangat rumit, inilah wujud sifat bentuk.
Bentuk juga terkait kepejalan atau volume materi yang di sebut gempal. Bentuk
memiliki ruang rongga yang di isi maupun tidak. Bersifat keras atau juga lunak,
Letak ornamen masjid Al-Mashun terbagi dua lokasi. Letak ini juga menentukan
maksud-maksud tertentu yang lebih spesifik. Tetapi dalam hal ini penulis harus
Dua lokasi tersebut adalah penempatan ornamen pada bidang letak yakni bagian
dalam (interior) dan bagian luar (eksterior). Dari setiap letak akan didapati fungsi
ornamen secara persentasi, apakah keindahan ornamen terjadi lebih sedikit atau
banyak, lebih rumit atau sederhana, tentunya semua ini dikehendaki sesuai dengan
dan sosial, keTuhanan, atau kekuasaan, tetapi juga estetika sebagai bentuk citra rasa
dengan tradisionil masih sangat kuat memiliki sistem tatanan kehidupan meski
masyarakat yang telah memeluk agama tidak meninggalkan pola paganisme nenek
dengan tradisionil.
Gambar 57, ornamen tradisi suku batak Sumatera Utara (net)
Ornamen modern adalah corak dekorasi yang bermotifkan berbagai ragam yang tidak
Tetapi beberapa pakar seni rupa mengatakan apabila salah satu tipe atau corak
ornamen apakah primitif maupun tradisionil ketika diletakkan pada suatu bidang
yang tidak semestinya sebagaimana asal aslinya, maka ornamen ini masih saja di